Saya sering menganalogikan Doctor Strange sebagai bentuk fiksi dari para sejarawan. Karena ia atau mereka (Sorcerer Supreme) mempunyai kesamaan dengan para sejarawan yakni "kemampuan khusus" untuk menyingkap tabir ruang dan waktu. Mereka ditugaskan untuk terus menjaga Time Stone yang ditaruh di dalam Eye of Agamotto. Sama seperti sejarawan, mereka juga ditugaskan untuk menjaga kebenaran sejarah dengan membuat konstruk masa lalu agar bisa "membaca ruang dan waktu."
Dalam sepanjang peradaban manusia, pengulangan sejarah akan terus ada dengan bentuk yang sama ataupun bentuk yang berbeda. Pepatah Perancis mengatakan "L'Histoire se Rpte" yang berarti "sejarah mengulang dirinya sendiri". Dengan rahim inilah, terlahir istilah apa yang biasa kita sebut dengan pola. Namun dalam kenyataannya, banyak orang tak menganggap ini penting.Â
Dalam kausalitas, kita terus terjatuh pada lubang yang sama. Saya sering mendengar wacana "Indonesia generasi emas 2045". Jika memang kita berharap itu bukan isapan jempol, maka sejauh mana kita bisa membaca pola? Dalam Infinity War, Doctor Strange membaca 14.000.605 kemungkinan.
Lagi-lagi soal pemilu. Sejauh mana peristiwa ini akan tercatat dalam sejarah Indonesia 100 tahun kedepan. Dalam sejarah, kita memerlukan beberapa tahap untuk menjadi generasi emas yang seperti diwacanakan. Namun sayangnya kita masih tergagap dalam membaca di tahap mana kaki bangsa ini berpijak.
Sependek pembacaan saya tentang pola pada tahap tersebut. Pemilu yang diadakan pada 2024 ini dan Indonesia dalam 15 tahun kedepan. Dengan maaf jika memang menyongsong generasi emas, kita akan membayar dengan harga yang mahal.
Tetapi kemungkinan, akan tetap tinggal sebagai sebagai kemungkinan.