Semarang (15/08/2022) POS PAUD Harapan Bangsa merupakan sebuah wadah dan sarana yang disediakan untuk anak-anak usia dini di kelurahan Panggung Kidul untuk belajar dan bermain guna mengembangkan sosio-emosional, kreatifitas, serta kemampuan yang mestinya di optimalkan ketika masa emas perkembangan anak. Rutinitas kelas PAUD yang dilaksanakan setiap jam 4 sore di hari Senin sampai Rabu disambut antusiasme yang tinggi oleh banyak orang tua anak di wilayah Panggung Kidul. Kegiatan pembelajaran biasa diawali oleh tenaga pengajar dengan berdoa terlebih dahulu, dilanjut dengan bernyanyi, lalu barulah saat kelas dimulai mereka bermain dan berceria bersama.
"Ini memang PAUD kita masih terbilang baru ya mas dan mbak, makanya banyak yang perlu dibenahi dari sisi tata kelola administrasi, hingga bagaimana kita mengajar anak-anaknya" Ujar salah satu tenaga pengajar POS PAUD Harapan Bangsa pada saat awal-awal survei KKN.
Melihat banyaknya anak-anak potensial yang akan menjadi generasi muda penerus bangsa, kita sebagai orang tua harus lebih memperhatikan anak-anak kita di masa usia emas perkembangan mereka. Melihat adanya potensi itu, mahasiswa KKN UNDIP berdiskusi dengan tenaga pengajar POS PAUD Harapan Bangsa untuk membuat berbagai macam media bermain dan belajar yang atraktif. Adapun ketika sesi kelas untuk anak PAUD diadakan, mahasiswa ikut turut memandu kegiatan bermain dan belajar bersamaan dengan tenaga pengajar. Mahasiswa KKN UNDIP membuat berbagai media bermain dan belajar yang dapat menstimulasi motorik kasar dan halus sang anak, lalu mengembangkan kreatifitas dan imajinasi anak, melatihh ketangkasan, serta kepercayaan diri sang anak.Â
Berbagai media yang diberikan diantaranya adalah arena untuk berlari, lalu labirin untuk anak-anak, tepuk anak paud, dongengan untuk anak, fashion show, hingga adanya karpet permainan. Oleh karena itu, dengan adanya media permainan dan pembelajaran yang diberikan kepada anak-anak, harapanya dapat menjadi sarana untuk anak dapat berkembang lebih optimal lagi. Adapun, untuk tenaga pengajar dan orang tua, adanya psikoedukasi mengenai berbagai maca media permainan yang diberikan dapat menjadi refrensi dan sarana pencerdasan di kemudian hari.
Penulis : Muhammad Jauzaak Khaidar (Mahasiswa Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro) Â
DPL : drg. Isniya Nosartika, MDSc., Sp. Perio.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H