Sama halnya dengan diet yang membutuhkan pencatatan kalori untuk melihat perkembangan, analisis data dalam perpajakan juga sangat penting untuk mengetahui pola ketidakpatuhan dan merancang solusi yang lebih tepat.Â
Pegawai pajak harus mampu mengolah data perpajakan yang ada, mengidentifikasi wajib pajak yang berisiko tinggi, serta merancang kebijakan yang lebih efektif. Dengan adanya teknologi big data, pegawai pajak dapat menganalisis pola pelaporan dan transaksi wajib pajak, sehingga bisa mendeteksi potensi penyimpangan lebih awal.Â
Kemampuan analisis data ini memungkinkan DJP untuk lebih proaktif dalam mendekati wajib pajak, memberikan edukasi atau peringatan dengan cara yang lebih personal dan tepat. Ini seperti memantau kemajuan diet dengan aplikasi yang mengingatkan kita tentang pencapaian yang sudah didapat dan hal-hal yang perlu diperbaiki.
Pajak itu memang seperti diet---semakin dihindari, semakin menakutkan! Namun, pegawai pajak yang memiliki kompetensi komunikasi yang efektif, penguasaan teknologi perpajakan digital, dan kemampuan analisis data dapat mengubah persepsi wajib pajak terhadap pajak dan membuat mereka lebih patuh dalam melaksanakan kewajiban.Â
Dari ketiga kompetensi ini, komunikasi efektif tetap menjadi yang paling utama, karena komunikasi yang baik akan membangun hubungan yang positif, mengurangi rasa takut, dan meningkatkan pemahaman wajib pajak tentang pentingnya pajak.Â
Jadi, dengan kompetensi-kompetensi ini, pegawai pajak bisa memastikan wajib pajak tidak akan lari, sama seperti orang yang berhasil menjalani diet dengan informasi yang tepat dan dukungan yang maksimal!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H