Mohon tunggu...
Khafid Tri Kusumo
Khafid Tri Kusumo Mohon Tunggu... Lainnya - Pegawai Negeri Sipil

Suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengubah Mindset, Mengubah Perilaku: Strategi Baru Meningkatkan Kepatuhan Mahasiswa terhadap Larangan Mencontek

7 November 2024   02:20 Diperbarui: 7 November 2024   02:23 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Mencontek di kalangan mahasiswa bukan sekadar masalah akademikia-merupakan cerminan budaya dan pola pikir yang membutuhkan perubahan mendasar. Untuk meningkatkan kepatuhan terhadap larangan ini, kampus perlu menciptakan strategi inovatif yang tidak hanya menekan praktik mencontek, tetapi juga menumbuhkan rasa bangga atas integritas akademik. Alih-alih menggunakan pendekatan konvensional seperti sanksi tegas, mari kita jelajahi metode yang lebih kreatif dan berfokus pada transformasi psikologis dan sosial mahasiswa.

Mendorong mahasiswa agar jujur bisa dilakukan dengan konsep "gamifikasi", yaitu merancang sistem penghargaan berbasis poin bagi mahasiswa yang menunjukkan integritas akademik. Melalui aplikasi kampus atau platform pembelajaran, setiap kali mahasiswa menyelesaikan tugas dengan baik tanpa pelanggaran, mereka akan mendapatkan "poin integritas" yang dapat dikumpulkan dan ditukar dengan berbagai insentif seperti akses ke kursus tambahan, sesi mentoring, atau acara eksklusif kampus. Pendekatan ini mirip dengan prinsip yang diterapkan dalam berbagai aplikasi di gawai, di mana kemajuan dihargai sehingga partisipan merasa bangga dengan capaian mereka dan semakin termotivasi. Di Universitas Harvard, sistem serupa pada program "Academic Honor" berhasil menurunkan angka pelanggaran akademik hingga 20%, hal ini membuktikan bahwa apresiasi kecil bisa memberi efek besar pada perilaku mahasiswa.

Studi menunjukkan bahwa norma sosial sangat berpengaruh dalam membentuk perilaku individu. Maka, kampanye yang dipimpin oleh mahasiswa sendiri bisa menjadi cara efektif untuk mengubah budaya mencontek. Misalnya, kampus dapat menunjuk "Ambassadors of Integrity", sekelompok mahasiswa yang secara sukarela menjadi duta nilai kejujuran dan berbagi cerita tentang pentingnya keberhasilan yang diraih dengan usaha sendiri. Para duta ini bisa mengadakan sesi berbagi pengalaman, diskusi etika, dan bahkan menyebarkan cerita inspiratif melalui media sosial kampus. Ketika mahasiswa melihat teman sebayanya memimpin dengan integritas, mereka lebih mungkin mengikuti contoh positif tersebut.

Kampus juga bisa memperkenalkan "Honor Week"-satu minggu khusus dalam kalender akademik di mana semua kegiatan difokuskan pada penghargaan terhadap kejujuran akademik. Dalam program ini, kampus mengadakan lokakarya, seminar, dan sejenisnya yang mengangkat tema integritas, serta menghadirkan alumni sukses untuk berbagi cerita tentang pentingnya nilai tersebut di dunia kerja. Kegiatan ini mengajarkan mahasiswa bahwa integritas bukan hanya soal tidak mencontek, tetapi juga sikap yang membentuk karakter profesional mereka di masa depan. Dengan demikian, nilai ini menjadi arti yang lebih besar daripada sekadar "aturan" kampus.

Salah satu alasan mencontek adalah tekanan tinggi terhadap hasil akhir. Mengatasi masalah ini dapat dilakukan dengan mengubah sistem penilaian yang tidak hanya melihat nilai ujian, tetapi juga menilai proses belajar, keterlibatan, dan pemahaman secara bertahap. Misalnya, jika tugas akhir mahasiswa dievaluasi berdasarkan rangkaian tugas dan diskusi mingguan, mahasiswa akan lebih fokus pada proses belajar dibandingkan mengejar nilai akhir dengan cara instan. Dengan sistem yang berorientasi proses, maka nilai kejujuran lebih dihargai dan tindakan mencontek menjadi kurang menarik.

Membangun integritas akademik juga membutuhkan refleksi diri. Melalui program "Pengasuhan", mahasiswa dapat mengikuti sesi mentoring dengan memaksimalkan peran "pengasuh" di kampus. Pada kegiatan ini mereka diajak merenungkan tujuan belajar dan prinsip-prinsip etika dalam konteks pribadi dan profesional. Program ini membantu mahasiswa memahami bahwa kesuksesan yang diperoleh tanpa mencontek memiliki makna yang lebih dalam dan menguatkan komitmen mereka terhadap perilaku jujur. Sesi-sesi ini juga membantu mahasiswa yang mengalami tekanan akademik untuk menemukan cara-cara sehat dalam menghadapi tantangan belajar.

Pendekatan yang lebih kreatif dan berorientasi jangka panjang ini menekankan bahwa integritas bukan hanya aturan akademik, tetapi bagian penting dari karakter mahasiswa. Dengan menggabungkan gamifikasi, norma sosial positif, sistem penilaian berbasis proses, dan program reflektif, maka kampus dapat menciptakan budaya yang menginspirasi kepatuhan terhadap nilai kejujuran. Ketika mahasiswa mulai menghargai integritas sebagai kebanggaan dan bukan sekadar tuntutan, kampus pun berhasil mencetak generasi yang siap menghadapi tantangan hidup dengan sikap yang jujur dan tangguh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun