Banyak yang mengira, hanya Indonesia saja yang gemar mengimpor produk tayangan dari luar negeri. Padahal, di negeri seberang tayangan kita begitu diminati dan dinanti, begitu juga di dalam negeri, tayangan negeri jiran juga diminati. Faktor utama antara lain kemiripan bahasa dan adat antar kedua negara menjadikan tayangan kedua belah pihak mudah diterima.
Pada tahun 2008, rakyat Indonesia disuguhi cerita anak-anak berwujud animasi impor dari Malaysia, Upin & Ipin yang tayang di TPI (sekarang MNCTV). Bahasa yang hampir sama dengan dialek yang berbeda menjadikan anak-anak saat itu, gemar melafalkan dialek melayu yang dicampur aduk dengan bahasa Indonesia, seperti “kamu nggak mandi, ke?” yang sebenarnya dalam bahasa Melayu berlafal: “Kau ni tak mandi, ke?”, lalu “Aku pun nggak tau lah” yang sebenarnya berlafal: “Aku pun tak tau lah”
[caption id="attachment_303343" align="alignnone" width="632" caption="Upin & Ipin saat tayang di Indonesia melalui MNCTV"][/caption] Begitupun di Malaysia, Singapura dan Brunei ratusan judul sinetron Indonesia yang telah mereka tonton membuat mereka terbius dengan bahasa Indonesia. Seperti komen-komen di social media yang kerap mencampur adukkan bahasa Indonesia yang “kecipratan” dengan bahasa Melayu, seperti: “cite ni memang best bangat”, ataupun “ngapain kau kat umah je?” yang sebenarnya dalam bahasa Indonesia yang benar ialah: “cerita ini memang bagus banget” dan “ngapain kamu di rumah aja?”.
[caption id="attachment_303344" align="alignnone" width="584" caption="Salah satu sinetron Indonesia, Cinta Fitri yang tayang di TV9 Malaysia"]
ISU AFTA 2015
Tahukah Anda? Bahwa kita pun akan menghadapi suatu masa dimana negara-negara ASEAN, akan menerapkan perdagangan bebas, tak hanya barang dan SDA, namun juga SDM. Ya, Asean Free Trade Area (AFTA) 2015. Karena pergeseran sistem ekonomi internasional menimbulkan dampak besar bagi dinamika hubungan perdagangan antar negara. Sistem ekonomi internasional bergeser kearah pasar bebas. Akibatnya negara-negara dituntut untuk dapat mengintegrasikan ekonomi nasionalnya menuju sistem perdagangan bebas. (suaramerdeka.com)
Pertanyaannya sekarang, apakah Indonesia sudah siap dengan SDM-nya? Apakah kita siap bersaing dengan bangsa Asia Tenggara lainnya? Di negeri sendiri? Atau pertanyaannya dibalik, siapkah kita bersaing dengan bangsa ASEAN lainnya di luar negeri?
[caption id="attachment_303348" align="alignnone" width="387" caption="ASEAN Free Trade Area (bubblews.com)"]
Begitupun juga dengan negara jiran, kalau mau berekspansi ke Indonesia mereka sudah punya bekal. Apa itu? Ya dengan itu tadi, sama dengan kita, tayangan impor dari kita yang tayang disana. Juga menjadikan mereka bekal bahasa. Disamping faktor lain mereka yang memang meminati tayangan kita.
Namun, dengan adanya itu semua apakah hanya menjadikan kita hanya asyik melongo di depan TV sambil menyaksikan tayangan tersebut tanpa memikirkan apa yang bisa diambil untungnya dari tayangan tadi? Ingat, Indonesia akan terancam didominasi oleh pekerja asing pada era kawasan perdagangan bebas Asean 2015 atau yang biasa disebut ASEAN Free Trade Area (AFTA). Dan kalian hanya diam saja?
Indonesia kekurangan tenaga kerja berkeahlian khusus, remember?. Satu kata, semangat dalam memperbaharui negeri sendiri dan kita sebagai putra bangsa harus maksimal dan professional dalam segala bidang. Dan berjanji untuk selalu cinta pada ibu pertiwi meski kelak kita menginjak kaki di negeri orang. Saya pun belum pantas sebenarnya untuk bicara seperti tadi, tapi marilah jadikan hal tadi sebagai cambuk bersama dalam mencintai negeri sendiri. Demi Indonesia!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H