Mohon tunggu...
Rahmi FeBriantina
Rahmi FeBriantina Mohon Tunggu... Guru - Orang biasa

aq suka prosa,.. dan menikmatinya. menemukan jiwa-jiwa yg tak bisa q cegah tuk aq terbiasa masuk ke ruang baru n paling q suka,. PRoSa,-

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Puisi] Percakapan Pecinta di Akhir Cerita

6 Oktober 2015   11:53 Diperbarui: 6 Oktober 2015   12:33 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Ku bawa kamu kedataran terasing, mengenal belukar dan tingginya ilalang
Untuk kamu mulai paham cara mencemburui dan memainkan peran seperti insting musang takut elang menyergap induk ayam
Mungkin kamu terlalu dimanja...
Syarat mutlak untuk keterlepasanku
Kau harus sungguh...
Lacak lepas kebebasanku dan mata mu terantuk nanar menatap kedua mataku seakan menekanku ke dasar jurang mengutuk aku dari bulir dalil-dalil memasir yang pendewasaanya ku tau lebih dulu dari aku

Dan setiap sudut mata mu berair mengekalkan aku pada rentetan peristiwa kekasih musiman dan tak jarang datang
Sementara aku berdiam seperti anak kecil yang tengah sakit-sakitan merusak kesan senyum jiwa indah ku bertualang
Lalu kulihatkan diri kamu dalam suatu bentuk keniscahyaan
Kepekaan mengisyaratkan keharusan tak bisa digantikan aku
Percakapan dengan pencinta, perenungan untuk dibuang atau disayang
Di akhir cerita, aku pewayang, mulai bertepuk senang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun