Mohon tunggu...
Siti Khadijah Hasibuan
Siti Khadijah Hasibuan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Tenaga Pendidik/Magister Psikologi Anak Usia Dini Universitas Indonesia

Tenaga Pendidik/ Magister Psikologi Anak Usia Dini Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

"Papan Literasi" Sebagai Media Pembelajaran dan Media Menstimulasi Fisik, Kognitif, Sosial-Emosional, dan Bahasa Anak Usia Dini

21 Maret 2023   12:40 Diperbarui: 21 Maret 2023   14:47 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Papan literasi adalah papan yang berisikan berbagai permainan untuk anak-anak agar tertarik dengan literasi. Dimana melibatkan functional play dan constructive play. Papan literasi terbuat dari bahan flanel yang lembut dan aman, mudah dibuat, serta bersifat dinamis. Papan literasi dapat menstimulus berbagai aspek perkembangan pada anak usia dini, khususnya usia pra sekolah 3-5 tahun. Berbagai aktivitas menggunakan stimulasi dengan beragam warna, tekstur, dan ukuran sehingga memberikan rangsangan yang sangat baik untuk indra penglihatan, dan peraba anak-anak. Selain kaya akan stimulasi motorik, aktivitas yang tersedia juga dapat mengembangkan kemampuan kognitif, sosial-emosional, dan bahasa anak-anak. Sehingga pada akhirnya anak-anak memiliki ketertarikan untuk membaca dan memiliki literasi yang baik di kemudian hari. Anak yang dikenalkan membaca sejak dini diperkirakan memiliki 1.4 juta kosa kata lebih banyak dibanding yang tidak (Logan et al., 2019).

1. Aspek Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak (Papalia & Martorell, 2021). Menurut Goldstein (2012) bermain sangat bermanfaat dan penting untuk berkembangnya neurologis dan fisik anak usia dini (Goldstein, 2012). Setiap gerak sederhana pada anak-anak merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak. Disaat itulah perkembangan saraf dan otot anak dinyatakan telah matur atau matang (Grieves & Jeffery, 2017). Hal itulah yang dihasilkan dari perkembangan fisik anak yaitu koordinasi antara otot dan otak anak.
Menurut Papalia & Martorell (2021) perkembangan fisik motorik dibagi menjadi dua, motorik halus dan motorik kasar. Motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan kemampuan otot kecil dan koordinasi mata-tangan. Misalnya, Menyusun, mencocokkan benda, membuat garis, dll. Sedangkan motorik kasar adalah kemampuan otot besar, fisik dan keseimbangan. Misalnya, kemampuan duduk, menendang, berjalan, melompat, dll.

2. Aspek Perkembangan Kognitif

Ranah kognitif adalah ranah yang berhubungan dengan kemampuan berpikir. Menurut Jean Piaget tahap perkembangan kognitif anak usia dini yaitu disebut sebagai tahap pra operasional. Masa ini kemampuan menerima rangsangan terbatas, bahasanya mulai berkembang, walaupun pemikirannya masih statis dan belum berpikir abstrak  (Papalia & Martorell, 2021).

3. Aspek Perkembangan Sosial-Emosional

Menurut Erik Erikson sosial emosional anak prasekolah adalah autoautonomy vs shame and doubt (mandiri vs ragu), yaitu anak merasa sudah mampu melakukan aktivitasnya sendiri. Selain itu juga initiative vs guilt (berinisiatif vs bersalah), yaitu anak sudah mulai berinteraksi dengan lingkungannya dan mulai lepas dari orangtua.

4. Aspek Perkembangan Bahasa

Kemampuan bahasa anak terdiri dari dua aspek yaitu ekspresif (menghasilkan suara atau kata secara lisan, isyarat, gestur, pesan tulisan) dan reseptif (pesan dari bahasa tertulis, lisan, ataupun gestur). Anak yang sering diberikan stimulasi bahasa maka perkembangan bahasanya bisa 1,4 juta lebih banyak daripada yang tidak (Logan et al., 2019).

Piaget mengatakan bahwa anak-anak secara aktif membangun pengetahuan saat mereka memanipulasi dan menjelajahi lingkungan, serta terlibat dalam berbagai jenis permainan. Maka, hal itu akan mendukung berbagai pencapaian perkembangan dan kognitif anak-anak (Berk & Meyers, 2013). Bermain sangat penting dalam tahun-tahun formatif kehidupan anak usia dini. Dengan terlibat dalam bermain, anak-anak dapat belajar keterampilan fisik, sosial, imajinasi, kreativitas, dan pemecahan masalah yang efektif (Hall et al., 2022). Menurut Santrock, melalui pembelajaran yang konkret dengan alat peraga yang dapat di sentuh, dilihat, dirasakan, didengar, dan dicium, memungkinkan anak usia dini berinteraksi langsung dengan dunianya (Santrock, 2017).

Yuk ajak anak bermain!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun