Mohon tunggu...
Khadeejannisa
Khadeejannisa Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

بسم الله Menulis adl caraku berbagi dan bercerita

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pakaian: Kebutuhan Primer, Sekunder, atau Tersier?

16 April 2023   19:16 Diperbarui: 16 April 2023   19:21 1537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebutuhan pokok manusia dibedakan menjadi tiga yakni primer, sekunder dan tersier. Kebutuhan primer terdiri dari sandang, pangan dan papan. Sandang atau umumnya disebut dengan pakaian berasal dari kata dasar "pakai" yang menurut KBBI (kamus besar bahasa Indonesia) memiliki arti sebagai barang yang dipakai (baju, celana dan lain sebagainya). 

Kegunaan utama pakaian adalah untuk menutupi anggota tubuh serta sebagai alat pelindung diri dari cuaca maupun hal-hal yang dapat membahayakan tubuh lainnya. 

Fungsi sederhana pakaian dapat tervisualisasikan dalam serial kartun "The Flinstone" dimana setting waktunya menceritakan manusia jaman batu yang memanfaatkan dedaunan dan kulit binatang untuk membuat pakaian.

Seiring dengan perkembangan jaman, fungsi pakaian turut mengalami perkembangan seperti sebagai identitas (seragam sekolah/ instansi tertentu), fashion atau sarana pengekspresian diri sesuai trend yang sedang berkembang kala itu. Fungsi pakaian telah mengalami pergeseran, tak hanya sebagai kebutuhan primer namun bisa juga berubah sekunder bahkan tersier.

Pakaian termasuk kebutuhan sekunder jika fungsinya tak lagi sekedar pemenuhan kebutuhan pokok namun juga sebagai pelengkap dan penambah kebahagiaan. 

Misalnya membeli pakaian untuk mengikuti dunia fashion yang biasanya disesuaikan dengan musim atau trend yang sedang berkembang. 

Pakaian tak lagi berupa potongan atasan dan bawahan maupun terusan, namun juga dilengkapi dengan scarf, rompi, blazer maupun bolero sebagai pemanis. 

Tentunya dengan beragam jenis, warna, sebutan, model dan corak yang bermacam-macam. Biasanya trend berbusana diadaptasi dari fashion show, diciptakan oleh sosok inspiratif selayaknya artis atau selebgram.

Pakaian termasuk kebutuhan tersier jika tergolong barang mewah seperti pakaian branded yang harganya bisa fantastis. Standar kebutuhan tersier tergantung dari status sosial, lingkungan maupun kemampuan tiap individu. 

Misalnya bagi seorang siswa SMP dengan uang saku pas-pasan, memiliki baju butik seharga 700 ribu rupiah sudah bisa dikatakan mewah. Sementara tersier bagi seorang youtuber dengan followers terbanyak kedua di Indonesia adalah membeli baju branded berlogo perusahaan ternama dunia yang harganya bisa senilai satu buah mobil sedan.

Dengan demikian apakah bisa disimpulkan bahwa pergeseran fungsi pakaian dewasa ini merupakan bentuk dari pemuasan kebutuhan jasmani dan rohani manusia. 

Selain memilih pakaian yang dirasa sesuai dengan selera dan postur tubuh, seseorang juga ingin memiliki baju untuk pemuasan kebutuhan batin, prestige, pengakuan status sosial dan ajang pamer di media sosial.

Pendapat saya pribadi, pakaian itu tidak harus mahal tapi harus dapat mencerminkan kepribadian seseorang. Sebagaimana pepatah dalam bahasa jawa "Ajining diri saka lathi, ajining raga saka busana", yang artinya: harga diri seseorang ditentukan oleh ucapan, sementara kehormatan seseorang terlihat dari cara berpenampilan. 

Cara berpakaian secara tidak langsung dapat mencerminkan bagaimana karakter dan kepribadian seseorang. Dan diakui atau tidak, setiap pribadi akan memancarkan inner beauty atau aura yang menambah nilai busana itu sendiri. Dua orang memakai baju yang sama persis belum tentu akan mendapatkan "value" yang sama dimata orang lain bukan? *deeja


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun