Mohon tunggu...
Khadeejannisa
Khadeejannisa Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

بسم الله Menulis adl caraku berbagi dan bercerita

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Capek Hati Jadi People Pleaser

24 Desember 2022   19:35 Diperbarui: 24 Desember 2022   19:38 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ada pepatah bilang "Akibat terlalu sibuk menjaga perasaan orang lain, perasaan sendiri terabaikan". Istilah ini sepertinya cocok bagi people pleaser. Menurut Susan Newman, seorang social psychologist dari Amerika Serikat. People pleaser adalah sebutan bagi orang-orang yang memiliki kecenderungan untuk menyenangkan orang lain. Menomorsatukan kepentingan orang lain diatas kepentingannya sendiri. Tak jarang penerimaannya adalah pergolakan batin dengan hati nuraninya, bertentangan dengan kemauannya. Seorang people pleaser akan sulit berkata "tidak"

Saya memiliki salah seorang teman pelaku people pleaser, sebut saja X. Saya merasa gemas dan sering memintanya untuk merubah sikap tiap kali dia "diperalat" oleh orang lain. Contohnya ketika ada salah seorang rekan kerja kami yang memintanya membantu menyelesaikan tugasnya yang sama sekali bukan tanggung jawab si X. Apalagi yang meminta bantuan tersebut sebenarnya dan seharusnya bisa melakukannya sendiri. Namun karena melihat si X memiliki kecenderungan untuk "mengiyakan" maka timbullah penindasan berkedok "tolong ya....sekalian...mau kan?" Teman saya si X ini akan langsung menurut dan melakukan apa yang diperintahkan. Lalu beberapa saat kemudian ia mendatangi saya dan mengeluh. "Dia tuh selalu nyuruh-nyuruh sok bossy...sebel!" "Lah kalo kamu gak berkenan yaudah tolak aja, berontak lah. Kalau bukan kita yang membela diri siapa lagi?" Hufffff!!!!

Dalam masyarakat kita mirip dengan istilah "sungkan" yang dalam bahasa Jawa berarti menaruh hormat, segan dan serba tidak enak terhadap permintaan orang lain sekalipun bertentangan dengan hati kecilnya (penggunanya tergantung konteks dan sikon yang terjadi).

Ada beberapa hal yang mendasari seseorang berlaku people pleaser. Diantaranya hutang budi, merasa tak bisa sendiri dan takut ditinggalkan/ dijauhi orang lain, tak memiliki keberanian untuk mengungkapkan pendapat, merasa tak memiliki cukup "power" untuk menampilkan jati diri yang sebenarnya, meminimalisir perpecahan/ konflik, tekanan dari pihak tertentu, tidak ingin mengecewakan orang lain, hingga gangguan kepribadian/ trauma.

Sesekali kita membutuhkan tipe-tipe people pleaser untuk menjadi penengah, penetralisir ketika terjadi ketegangan dalam sebuah kelompok. Karena mereka tidak akan mau beradu argument, memaksakan kehendak dan atau mematahkan prinsip orang lain. Tapi jika terus menerus dilakukan tak baik juga dampaknya, baik bagi si pelaku maupun orang lain. Orang luar bisa menganggap anda plin-plan alias tak punya pendirian karena "mengiyakan" ini dan itu, apapun yang dikatakan orang lain. Orang lain juga dapat memanfaatkan kebaikan anda sebagai "alat" pemenuhan keinginannya akan sesuatu yang bisa jadi merugikan anda sendiri.

Sementara bagi pelaku people pleaser juga menimbulkan dampak negatif diantaranya: gangguan kecemasan, minder, kehilangan jati diri, stress. Anda perlu mengekspresikan apa yang anda pikirkan, rasakan dan inginkan. Bukankah perbedaan itu biasa terjadi dalam kehidupan. Yang terpenting bagaimana cara kita menghargai perbedaan yang ada, tak saling merasa benar ataupun merendahkan.

Boleh bersikap baik pada orang lain, tapi jangan kelewat baik. Sesuai porsinya saja lah. Kalau sekiranya merasa tidak nyaman jangan dilakukan. Buat apa mati-matian menyenangkan orang lain tapi nyatanya menjadi people pleaser yang melelahkan jiwa dan raga. Just be yourself *deeja

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun