Di era tahun 90an, sinema elektron atau biasa disebut dengan sinetron menjadi tontonan favorit masyarakat terutama kalangan ibu dan remaja.Â
Tak heran karena di masa itu televisi adalah hiburan utama sebelum tergeser dengan kemunculan internet hingga berkembang pesat seperti sekarang.Â
Pada awal kemunculannya, sinetron di Indonesia umumnya ditayangkan 1 sampai 2 kali seminggu dengan jumlah episode singkat hanya sampai puluhan. Setelah diterima di masyarakat luas, sistem penayangan pun berubah menjadi stipping alias kejar tayang setiap hari dengan durasi penayangan panjang antara satu hingga dua jam.Â
Production House berlomba-lomba memperpanjang episode hingga ratusan bahkan ribuan, memproduksi sekuel hingga sesi 1..2..3 dan seterusnya. Masih lekang dalam ingatan kita bagaimana fenomenalnya Tersanjung, Cinta Fitri, Tukang Bubur Naik Haji hingga Ikatan Cinta yang meraih rating dan share fantastis.Â
Di satu sisi menguntungkan pihak PH (Production House) serta para cast yang terlibat didalamnya mengingat banyaknya jumlah episode dikaitkan dengan honor maupun iklan dan endorsement.Â
Di sisi lain sinetron stripping berimbas pada menurunnya kualitas produksi diantaranya alur cerita yang amburadul, kurang mengeksplore akting para pemain, penulis skenario yang asal-asalan karena dikejar deadline sehingga menghasilkan karya yang kurang berbobot dan kurang mendidik.
Setiap judul pun Seiring dengan kemajuan IPTEK, kepopuleran TV mulai tergantikan dengan ponsel pintar. Imbasnya, sinetron pun tak lagi menjadi primadona karena tontonan masyarakat beralih dari media layar kaya menjadi media streaming baik series, film maupun shortmovie yang semuanya ada di genggaman tangan.Â
Apalagi setelah diterpa badai Korean waves yang juga berdampak pada menjamurnya drama korea atau drakor, nama bekennya. Sebut saja The World of the Married, Goblin atau Crash Landing on You yang sempat booming beberapa waktu lalu.Â
Melihat besarnya anemo masyarakat terhadap drama-drama populer produksi negeri Korea, membuat sineas negeri melihat peluang bagus untuk berkembang.Â
Melalui berbagai platform streaming tingkat dewa seperti Netflix, DisneyHotStar dan WeTV, hingga skala lokal seperti Vidio.com, Vision+ dan masih banyak lagi dimanfaatkan para sineas negeri untuk menelurkan tayangan-tayangan adaptasi drakor yakni berbentuk series.Â