Ilustrasi balita: https://pixabay.com/id/photos/anak-anak-laki-laki-balita-1522870/Â
Kondisi dimana anak mengalami keterlambatan dalam bicara dan berbahasa; kesusahan dalam mengucapkan sejumlah kosakata di batasan usia tertentu; memiliki perbendaharaan kosakata  yang tidak sesuai dengan usia perkembangannya. Speech delay merupakan gangguan komunikasi yang membutuhkan penanganan dan perhatian khusus agar tidak menimbulkan masalah pada proses tumbuh kembang anak di tahap selanjutnya. Orangtua terutama ibu perlu bersikap fast response, mendeteksi sedini mungkin apabila anak dirasa memiliki keterlambatan dibanding teman-teman seusianya.  Perlu diketahui bahwa mayoritas anak mulai lancar berbicara di usia 2 tahun, dan apabila diusia tersebut anak anda belum lancar berbicara apakah bisa dikatakan mengalami speech delay? Melansir pada www.thinkkids.com setidaknya ada beberapa hal yang menjadi pendeteksi dini, diantaranya:
Pada usia 2 tahun anak tidak dapat menggunakan sedikitnya 25 kata
Pada usia 2.5 tahun tidak dapat menggunakan kalimat gabungan berupa frase atau kombinasi kata benda dan kata kerja
Pada usia 3 tahun tidak dapat menggunakan sedikitnya 200 kata, tidak bisa menyebut nama benda, meminta ataupun merujuk hal-hal tertentu, sulit untuk memahami saat diajak bicara
Usia diatas 3 tahun tidak dapat menyebutkan kata-kata yang sudah diajarkan sebelumnya.
Menurut informasi yang diperoleh dari pauddikmasdiy.kemendikbud.go.id speech delay dibedakan menjadi 2 klaster yakni:
Gangguan Speech Delay Fungsional: gangguan yang tergolong ringan dan terjadi karena kurangnya stimulasi atau pola asuh yang kurang tepat. Dalam hal ini termasuk dampak negatif akibat terlalu banyak bermain gawai atau menonton televisi, serta minimnya interaksi dengan orang tua. Kecanduan gadget dapat memicu efek samping seperti meningkatkan resiko depresi, gangguan kecemasan, sulit fokus, gangguan mental lain semacam psikosis dan sebagainya. Tanpa disadari para orangtua terutama ibu yang memanjakan anak dengan memberi kebebasan untuk bermain gadget sesuka hati adalah tindakan yang tidak sepenuhnya dibenarkan. Terutama pada anak usia balita yang hanya akan menerima informasi satu arah saja. Anak akan terbiasa sibuk dengan dunianya sendiri, tidak mengetahui pentingnya berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Adanya beragam tontonan yang dikonsumsi anak dari gadget secara tidak langsung akan menjadi guru bagi mereka untuk mengadopsi tindakan apapun yang mereka saksikan. Apabila tontonan tersebut membawa nilai positif maka dirasa menguntungkan untuk ditiru anak, sebaliknya jika bernilai negatif pun akan dijadikan patokan dan panutan anak dalam berperilaku.
Sebaliknya dengan orangtua yang terlalu disibukkan dengan urusan masing-masing dan kurang meluangkan waktu untuk melakukan pendekatan dengan anak. Kurangnya interaksi dalam hubungan keterikatan antara orang tua dan anak akan berpengaruh pada kemampuan bahasa anak. Orang tua yang jarang mengajak anak bercakap-cakap, bercerita, berdiskusi dan bentuk-bentuk interaksi lain sangat mungkin dapat mengakibatkan anak mengalami speech delay. Membangun sebuah percakapan akan sulit dilakukan apabila seseorang tidak memiliki hubungan kedekatan dengan kita. Stimulasi dari lingkungan yang minim akan berimbas pada terbatasnya kosakata yang dikuasai oleh anak. Mungkin solusinya terbantu dengan adanya pengasuh yang lebih sering berinteraksi dengan anak dibanding orang tuanya sendiri. Biasanya bagi ibu-ibu pekerja kantoran yang memasrahkan si anak untuk diasuh oleh babysitter ataupun dititipkan ke daycare. Tetapi bagaimanapun sejatinya anak lebih membutuhkan peran orangtuanya bukan?Gangguan speech delay non fungsional: terjadi akibat adanya gangguan bahasa reseptif seperti autism maupun ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder). Ada pula beberapa kondisi lain yang menjadi penyebab speech delay non fungsional ini diantaranya adalah
Tongue tie: suatu kondisi yang membatasi jangkauan gerakan lidah sehingga sulit untuk mengucapkan suara atau bunyi-bunyian tertentu, seperti juga huruf D, L, R, S, T, Z, th
Gangguan pendengaran: anak yg tidak dapat mendengar dengan baik/ mengalami masalah dengan indera pendengaran biasanya susah untuk melakukan percakapan. Salah satu pertanda adalah anak tidak dapat mengenali orang/ obyek ketika anda sebutkan, tetapi lebih mudah memahami ketika anda menggunakan bantuan gerakan.
Autism spectrum disorder: masalah gangguan perkembangan yang ditandai dengan adanya keterlambatan dan gangguan kognitif perilaku, komunikasi serta interaksi sosial. Perlu dilakukan penanganan khusus melalui bantuin terapis khusus autism.
Gangguan neurologi & organ syaraf: Adanya gangguan di otak khususnya di daerah oral motor dapat menyebabkan anak mengalami masalah dalam mengolah suara. Selain itu ketidakmampuan neurologi tertentu juga dapat mempengaruhi otot-otot yang diperlukan untuk dapat berbicara sehingga anak kesulitan dalam memproduksi kata.Speech delay yang tidak segera mendapatkan penanganan tepat juga dapat berakibat serius karena orang tua akan sulit untuk memahami keinginan maupun mengontrol perilaku anak. Anak tidak dapat mengekspresikan apa yang sedang mereka rasakan, apakah senang, sedih, marah ataukah kecewa. Akibatnya bisa saja terjadi kesalahan dalam penginterpretasian oleh orang tua maupun anak itu sendiri. Daripada memberikan gadget dengan alibi "asal anak senang" sebaiknya orang tua lebih banyak berinteraksi secara langsung dengan anak. Semakin intens adanya interaksi dua arah maka akan lebih banyak membantu perkembangan kosakata dan kemampuan emosional anak dengan lebih baik. *deeja
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H