Mohon tunggu...
Khadeejannisa
Khadeejannisa Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

بسم الله Menulis adl caraku berbagi dan bercerita

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Dilema Bosan Jadi Pegawai Kantoran, Resign Apakah Lebih Menjanjikan?

2 Juli 2022   17:16 Diperbarui: 15 Januari 2024   13:08 3431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sawang Sinawang, istilah dalam bahasa Jawa yang mungkin tepat untuk menggambarkan kondisi dimana orang luar menganggap enaknya jadi pegawai..sementara si pegawai sendiri merasakan "enak ya..jadi wirausaha yang gak terikat ruang & waktu". Pegawai di sebuah perusahaan swasta misalnya dianggap kehidupannya lebih tertata dan terjamin, dengan hari dan jam kerja yang sudah ditentukan, gaji teratur setiap bulan serta tunjangan hari tua yang dijamin. Lalu kenapa bisa Jenuh? 

Well, sedikit soal cerita ini bisa membantu merefleksikan keluh kesah para pegawai yang sebenarnya bosan jadi pegawai. Kata bosan biasanya tercetus ketika seseorang sudah bekerja selama sekian tahun lamanya, dengan karir yang stuck alias jalan ditempat hehe. Kebanyakan kaum wanita yang awalnya merasa puas berada di zona nyaman, bekerja di posisi yang sama pun tak mengapa, dengan penghasilan setara UMR ditambah fasilitas kesehatan yang dirasa sudah lebih dari cukup mengingat punya kelebihan di antaranya tempat kerja relatif dekat sehingga bisa dijangkau dengan mudah. Otomatis biaya transportasi dan konsumsi bisa dikendalikan. Selain itu masih ada hari libur kerja idaman dimana Sabtu-Minggu adalah hak paten untuk menikmati quality weekend time bersama keluarga.

Namun lama kelamaan akan terasa menjenuhkan berada di situasi yang sama setiap harinya. Senin s/d Jumat, pukul 8.00 s/d 17.00 dengan rutinitas yang itu-itu saja. Beberapa perusahaan juga tak jarang menerapkan sistem kerja serabutan yang tak sesuai dengan jobdesc yang seharusnya. Tak heran terkadang beban pekerjaan yang cukup memusingkan kepala akan dibawa sampai pulang kerumah. Jika tetiba emak-emak pekerja ini menjadi sensi kepada suami atau emosi yang mendadak labil (sering naik jarang turun hehe) ke anak-anak, bisa jadi karena masih terbawa sikond "panas" dari kantor guys. 

Belum lagi menghadapi harga-harga yang melambung tinggi dimana tak sebanding dengan kenaikan UMR yang hanya terjadi setiap tahun dan persentasenya bisa dibilang minim. Bisa dibilang hanya cukup untuk beli kuota paket bulanan wkwkw. Tak cukup sampai disitu, di kantor pun masih harus melihat tindak culas nan sengit beberapa karyawan yang sedang mencari muka di hadapan bos. Jika berhasil mendapatkan tempat di hati sang bos, bisa mempengaruhi penilaian kinerja yang berdampak pada kenaikan gaji dan bahkan dipromosikan untuk kenaikan pangkat. 

Sementara di sisi lain, golongan pasif harus bersusah payah lembur hingga mata panas berair demi mendapatkan tambahan uang jajan wkwkw.  Apalah arti kreativitas, kecakapan, hingga pencapaian target dalam kinerja jika bos hanya menganggap itu semua tak lebih dari loyalitas. Reward sangat sulit didapatkan, sementara karyawan dituntut untuk selalu menunaikan kewajibannya dan dibayang-bayangi punishment jika lalai dalam bekerja. That's relate guys!

So... beberapa fenomena tersebut seringkali membuat karyawan merasa tidak nyaman dan ingin rasanya resign alias mengundurkan diri dari pekerjaan. Lalu kemudian berpikir ulang akan move on kemana dengan berbekal porto folio minimalis? Pengalaman kerja yang biasa-biasa saja, skill minim, tak ada jenjang karir, usia yang tak lagi muda serta prestasi yang bisa dibilang pas-pasan. Wait... mengundurkan diri artinya berhenti bekerja di usia yang dianggap masih produktif..dimana mayoritas batasan usia minimal untuk pensiun dini adalah 45 tahun. Bisa dikalkulasikan kira-kira berapa pesangon yang akan diperoleh bukan? Lumayan ada sedikit tambahan pemasukan dari jams*stek dan tunjangan hari tua yang entah akan bisa dicairkan dengan mulus atau penuh liku. Sementara di sisi lain kebutuhan hidup harus terus berjalan. 

Penghasilan suami yang juga tak bisa sepenuhnya diandalkan untuk mengcover semua pengeluaran bulanan keluarga yang harus ditanggung. Kebutuhan sekolah anak-anak, cicilan ini itu, asuransi kesehatan dan pendidikan serta segala tetek bengek yang cukup memusingkan kepala. Apakah memungkinkan jika resign dari pekerjaan sekarang dan beralih ke wirausaha dengan modal dari pesangon saja? Rasanya belum siap untuk mengambil keputusan jika diiringi resiko besar yang mengintai. 

Berani berbisnis berarti berani mengambil segala resiko yang ada. Persaingan di dunia bisnis bisa menjadi ancaman sekaligus motivasi, tergantung bagaimana menyikapinya. Naik-turun, pasang-surut, untung-rugi dalam berbisnis harus difikirkan jauh sebelum memutuskan untuk terjun ke dunia bisnis. So? 

Apakah hal ini lantas menyiutkan naluri berbisnis yang sempat berkecamuk dalam dada dan kepala? Tentu tidak..bukan pesimis..tapi harus lebih memiliki rencana matang nan sistematis. Maksudnya? Strategi..ya..strategi adalah langkah awal untuk memulai berbisnis. Jika memutuskan untuk berhenti dari hiruk pikuk dunia kerja dan beralih menjadi wirausaha. Pertama perluas jaringan, nantinya akan berguna untuk menjadi target pangsa pasar kita kelak. Kedua tingkatkan skill yang dimiliki, gali passion anda untuk menemukan chip nyawa berbisnis. Lalu yang ketiga jangan ragu dan bosan untuk bereksperimen. Cari tahu apa yang bisa kita berikan dan disukai oleh pasar. Untungnya kita berada di era globalisasi yang cukup mempermudah proses-proses tersebut. Mulai saja buka lapak di lingkungan kerja, anggap saja sedang mengeksplor bakat dan hobi. Manfaatkan medsos untuk menawarkan atau mempromosikan barang dagangan. Bisa juga minta bantuan teman untuk endorsement. Iseng-iseng berhadiah, kasih produk gratis ke kawan, niatkan untuk berbagi, bisa dibilang sedekah. Terima segala masukan, kritik dan saran yang membangun demi misi rahasia dong hehe. Kalau mereka suka pasti bakalan nanya minimal, "beli di mana... aku mau dong"! Nah tuh, peluang emas didepan mata. Supaya lebih efektif bisa menggunakan system open PO (pre-order) saja untuk menyesuaikan antara kemampuan kita dengan pangsa pasar. Banyak pebisnis sukses yang berawal dari keisengan dan hobi hingga akhirnya jadi profesi yang menjanjikan. We'll never know till we've try! *deeja

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun