Mohon tunggu...
Kharisma Novi
Kharisma Novi Mohon Tunggu... -

Mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kilas Nasib Pendidikan di Pulau Namrole

15 Desember 2017   08:21 Diperbarui: 15 Desember 2017   09:08 1088
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.beritamalukuonline.com

Bulan Juli lalu, ketika saya belajar di Kampung Inggris Pare saya mendapat teman baru dari Maluku. Dia seorang backpacker yang ingin mendapatkan berbagai ilmu di tanah Jawa, karena menganggap pendidikan di Jawa lebih berkualitas daripada di Maluku. 

Dia mempunyai impian ketika ilmu yang didapat di Jawa sudah cukup dia akan kembali ke Maluku, mendirikan suatu lembaga pendidikan yang berkualitas. Dari situlah saya berkesempatan mendengar cerita dan berbagi pengetahuan tentang pendidikan.

Sebagai salah satu wahana pembentuk karakter bangsa, sekolah adalah lokasi penting dimana para "Nation Builders" Indonesia diharapkan dapat berjuang membawa negara bersaing di kancah global. Seiring dengan derasnya tantangan global, tantangan dunia pendidikan pun menjadi semakin besar, hal ini yang mendorong para siswa mendapatkan prestasi terbaik.

Namun, dunia pendidikan di Indonesia masih memiliki beberapa kendala yang berkaitan dengan mutu pendidikan diantaranya adalah keterbatasan akses pada pendidikan, jumlah guru yang belum merata, serta kualitas guru itu sendiri dinilai masih kurang. Terbatasnya akses pendidikan di Indonesia, terlebih lagi di daerah berujung kepada meningkatnya arus urbanisasi untuk mendapatkan akses ilmu yang lebih baik di perkotaan.

Menurut dia, pendidikan di tempat dia tinggal di Pulau Namrole, Ambon, Maluku banyak anak-anak yang bersekolah, banyak berdiri sekolah-sekolah negeri maupun swasta. Tetapi kualitas sekolah negeri di sana tidak sama dengan yang ada di Jawa. 

Di Maluku, banyak siswa yang bersekolah di sana, cuma dari segi pengajar kekurangan. Jadi setiap guru di sekolah negeri sana mengajar lebih dari satu mata pelajaran. Kekurangan pengajar inilah yang menyebabkan kualitas pendidikan yang tidak bagus. Karena kalau di Jawa, guru di sekolah negeri biasanya mengajar pada satu mata pelajaran yang menjadi bidangnya.

Dia bercerita lagi, guru di sana kualitasnya tak sebagus di Jawa. Itu yang membuat saya terkejut. Kata dia, di Maluku guru-gurunya hampir semua lulusan dari pulau mereka. Tidak ada lulusan dari luar pulau mereka. 

Sehingga, pendidikan di sana meskipun negeri tak mudah untuk berkembang. Ketika saya bertanya, "Apakah di sana tidak ada program Indonesia Mengajar?" dia menjawab, "Masih belum ada". Saya ternganga mendengar jawaban dari teman saya itu. Pendidikan di sana memang tak sebagus perkembangannya seperti di Jawa yang merata, kualitas gurunya yang berkembang, dan baik menyikapi permasalahan yang ada.

Dia melanjutkan ceritanya, upaya penanganan pemerintah terhadap pendidikan di Maluku masih belum merata, karena di Maluku terdapat banyak pulau yang harus diterjang menggunakan perahu atau kapal, dan di tiap pulau adat dan bahasanya itu juga berbeda-beda sesuai dengan nenek moyang kerajaan di masing-masing pulau itu. 

Pemerintah juga terkadang mendatangkan guru dari pusat kota untuk mengajar di pulau-pulau. Tetapi, tidak semua pulau didatangkan guru dari pusat kota karena sulit menjangkau datang ke pulau itu.

Menanggapi hal itu, kita sebagai generasi muda calon pendidik yang berkualitas, pahamilah saudara-saudara kita yang jauh dari pulau Jawa, datangilah mereka, tengoklah mereka, ajarilah mereka, agar mereka bisa bersama-sama dengan kita mencerdaskan bangsa Indonesia di ranah pendidikan Internasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun