Lunaris adalah sebuah kerajaan yang damai. Di sanalah Tita, seorang gadis yang berusia lima tahun hidup bersama neneknya. Mereka tinggal di sebuah gubuk sederhana di pinggir hutan. Orang tua Tita sudah lama tiada, dan sang nenek, yang pernah menjadi dayang di istana, kini merawat Tita dengan penuh kasih sayang.
Nenek Tita terkenal bijaksana di desa itu. Ia mengajarkan banyak hal kepada Tita, terutama tentang pentingnya menaati aturan. "Tita, aturan itu seperti pagar yang melindungi kita. Kalau kamu mengikuti aturan, kamu akan selalu aman," kata nenek setiap pagi.
Setiap hari, Tita memiliki tugas untuk merapikan tikar tidurnya, menyapu halaman, dan membantu nenek menyiapkan makanan. Meski Tita adalah anak yang baik, ada kalanya ia tergoda untuk mengabaikan tugas-tugasnya karena ingin bermain dengan hewan-hewan di hutan atau mengejar kupu-kupu yang berwarna-warni.
Suatu hari, nenek harus pergi ke pasar kerajaan untuk menjual hasil anyaman tikarnya. Sebelum pergi, nenek berpesan, "Tita, nenek akan pergi sebentar. Tolong jaga rumah, rapikan tikar, dan jangan main di dapur. Ingat, api bisa berbahaya."
Tita mengangguk dengan yakin. Namun, begitu nenek pergi, ia melihat segerombolan burung yang indah terbang di sekitar rumah. Tanpa berpikir panjang, Tita lari keluar untuk bermain, melupakan semua pesan neneknya.
Ia berlari, melompat, dan tertawa hingga waktu berlalu tanpa disadarinya. Saat perutnya mulai keroncongan, Tita baru ingat bahwa ia belum melakukan tugas yang nenek berikan. "Ah, aku bisa melakukannya nanti. Sekarang aku ingin makan," gumamnya sambil menuju dapur.
Tita mencoba memasak nasi seperti yang biasa nenek lakukan. Ia mengambil panci besar, menuangkan air, dan menyalakan tungku. Namun, karena kurang hati-hati, ia menuangkan terlalu banyak minyak dan menyalakan api yang terlalu besar. Api di tungku pun menyala dengan cepat dan mulai menjalar ke dapur kayu yang rapuh.
Melihat api yang mulai membesar, Tita panik dan tak tahu harus berbuat apa. Ia mulai menangis, tapi suaranya tertelan oleh gemuruh api yang semakin besar. Untungnya, seorang prajurit kerajaan yang sedang berpatroli di dekat hutan melihat asap mengepul dari gubuk Tita. Ia segera berlari ke arah rumah itu dan dengan sigap memadamkan api menggunakan air dari sungai terdekat.
Nenek Tita yang mendengar kabar itu segera pulang. Melihat neneknya, Tita berlari memeluknya sambil menangis. "Nenek, maafkan Tita. Tita tidak mendengarkan pesan nenek. Tita bermain dan hampir membakar rumah kita," kata Tita dengan penuh penyesalan.
Nenek memeluk Tita erat-erat. "Tita, nenek tidak marah. Tapi ingatlah, sayang, aturan itu dibuat untuk melindungi kita. Jika kamu menaati aturan, kamu akan terhindar dari bahaya," kata nenek dengan lembut.
Sejak hari itu, Tita berjanji pada neneknya dan pada dirinya sendiri untuk selalu menaati aturan, terutama di rumah. Ia bangun pagi, merapikan tikar, membantu nenek menyiapkan makanan, dan tidak pernah bermain-main di dapur lagi. Tita belajar bahwa disiplin bukan hanya tentang mengikuti aturan, tetapi juga tentang menjaga keselamatan dan menunjukkan rasa cinta kepada orang yang kita sayangi.