"Tulus," Naira melanjutkan, "aku selalu merasa hidup saat bersamamu. Kamu adalah petualangan yang aku nikmati. Tapi... aku butuh lebih dari itu. Aku butuh seseorang yang bisa menjadi rumah untukku. Dan aku menemukan itu di Glenn."
Tulus terdiam, menahan kekecewaan yang tampak jelas di wajahnya. Namun, ia tersenyum kecil, meski pahit.
"Kalau itu yang membuatmu bahagia, aku terima," katanya. "Aku hanya ingin kamu bahagia, Naira."
Glenn, yang semula tampak tegang, perlahan tersenyum lega. Ia menggenggam tangan Naira, seolah berjanji untuk menjaga perasaan itu selamanya.
Hujan di luar masih turun, tapi di dalam kafe, ketegangan itu telah luruh. Tulus bangkit dari kursinya, melangkah pergi dengan hati yang berat, sementara Glenn dan Naira duduk berdua, menikmati malam yang kini terasa lebih hangat.
Cinta memang sering kali menjadi arena Adu Rayu, tapi pada akhirnya, hati hanya akan memilih satu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H