Mohon tunggu...
Kez Sakral
Kez Sakral Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

kata-kata adalah senjata, jika mengandung kebenaran!

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Gita Harian

26 Desember 2014   05:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:26 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cinta adalah kata yang berat, kata yang dalam, kata yang luas, kata yang tinggi, kata yang sangat halus. Adalah kata yang tidak terikat definisi. Bagai manis gula yang tak terkatakan.
Butuh kekuatan yang lebih untuk memikulnya. Butuh nafas yang panjang untuk menyelaminya. Butuh tekad yang kuat untuk mendakinya. Cuma kehalusan hati yang akan menerimanya, dengan apa adanya.
Ia datang bagai angin ribut yang meluluh-lantakkan kota. Ia mengalir diam, arusnya pelan tapi menghidupkan ladang-ladang. Apa warna angin? Apa warna air? Adalah tak terdefinisikan. Namun ia memberikan kesan mendalam pada hati. Sang raja yang sedang berkuasa, bersemayam di dalam dada.
Mudah saja membuat kota menjadi rata dalam sekejapan mata. Dan mudah saja memberi penghidupan pada ladang-ladang yang dilanda kekeringan.
Jikalau cinta menemukan jalannya. Dan apabila tidak terpesona dan tergoda megahnya mawar yang sedang mekar, yang akan layu beberapa saat kemudian.
Kesuciannya abadi. Sebab itu abadilah dengannya. Biarlah ia menuntunmu ke dalam kesejatian.
Aku tahu, engkau begitu kuat, kokoh, dan halus saat menerima cinta ini. Itu terpancar dari pesona matamu, lebih kuat dari mentari diwaktu pagi. Sebab itulah keyakinan t'lah meneguhkan hatiku akan pilihan ini.
Betapa aku merasa sangat mencintaimu, dek...
*malam ini, 23 desember 2014
"Alhamdulillah... jangan heran kalo aku sangat menuntutnya; salam buat orang tua dirumah. Sebab aku harus menjadi bagian dari keluargamu, begitu pula engkau bagi keluargaku. Apa tanggapannya? Biar dapat dimengerti kalo mereka jg pernah muda..."
Tahukah engkau... aku sedang mengerjakan apa? Aku sedang duduk dibalik jendela kamar yang terbuka lebar, menyaksikan mentari yang terbit dari timur, berharap itulah pertanda baik buat kita. Untungnya sedang tidak mendung. Hanya saja terlihat ada sejumput awan berarakan yang membikin mentari seperti sembunyi atau mengintip, tapi aku yakin itu karena kita akan lebih kuat ketimbang mentari.
Sudah menjadi kebiasaanku disini, kalo setiap hari kamis sedapatnya aku harus menyaksikan terbitnya mentari pagi, karena aku lahir dihari kamis diwaktu pagi.
Biasanya aku cuma merasa hangat saja di badan. Karena aku melakukannya sambil jemuran. Tetapi untuk kali ini perasaanku cukup berbeda. Apa sebab?
Adalah hari kamis pertama di hari minggu pertama semenjak momen yang kemarin, kita saling percaya. Tentu rasanya juga berbeda, bukan saja hangat di badan tapi merangsek pula sampe ke hati. Cahaya cinta yang terbit dari hati lebih kuat dari cahaya matahari yang terbit diwaktu pagi ini.
*Pagi ini, 25 desember 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun