Sudah belajar habis-habisan kemarin malam sampai kurang tidur atau bahkan sampai tidak tidur semalaman, tapi hasilnya malah zonk? Apakah kalian pernah mengalami hal seperti itu? Hal tersebut mungkin terjadi karena kalian kurang tidur. Kita memang tahu bahwa tubuh kita memerlukan tidur, tetapi kita lebih sering mengabaikannya mungkin demi ujian di esok hari atau bahkan menamatkan episode drama korea yang kita gemari. Umumnya, kita tahu bahwa tidur memang baik untuk tubuh kita. Contohnya, ketika kita tidur, otot-otot kita akan beristirahat dan tubuh akan memproduksi hormon yang membantu perbaikan sel-sel tubuh yang rusak. Di sisi lain, apakah kalian tahu bahwa tidur juga memiliki peran penting yang mempengaruhi fungsi memori kita? Â Ternyata tidur itu sangat penting dan punya pengaruh yang besar terhadap fungsi memori dalam pembelajaran seseorang.
Ketika kita tidur setelah belajar, otak akan bekerja untuk memperkuat ingatan baru yang telah kita pelajari sebelumnya. Selain itu, otak juga bekerja untuk memilah informasi mana yang harus diserap ke memori jangka panjang dan yang harus dibuang. Jadi, jika walaupun kita belajar dengan keras, tetapi kurang tidur di malam harinya, hal tersebut sama saja dengan nol. Otak akan menyerap apa yang telah dipelajari dengan tidak maksimal.
Bagaimana cara kerja otak dalam menyerap memori yang masuk?
Terdapat tiga tahap mekanisme memori di dalam otak kita. Pertama yaitu encoding (pengkodean), di tahap ini otak akan fokus kepada hal tertentu dan mengabaikan hal lainnya karena daya otak yang terbatas. Ketika kita mendapatkan sebuah informasi, otak akan "mengkodekan" informasi tersebut, yakni mengubah informasi tersebut menjadi data yang dapat disimpan di dalam otak. Tahap kedua yaitu storage (penyimpanan), setelah otak selesai "mengkodekan" sebuah informasi, informasi tersebut akan disimpan berdasarkan jenisnya, contohnya memori visual, suara, atau keterampilan fisik. Selanjutnya pada tahap ketiga, retrieval (pemanggilan), proses ini terjadi ketika kita ingin mengingat sesuatu. Otak akan memanggil kembali memori yang ingin kita ingat yang melibatkan bagian hipokampus dan korteks prefrontal untuk mengakses memori yang tersimpan. Proses pemanggilan ini tentunya akan lebih mudah dilakukan jika memori tersebut sering digunakan (pengulangan) atau bisa juga melalui pengalaman yang emosional. Pengalaman atau peristiwa yang melibatkan perasaan emosional cenderung akan lebih mudah diingat dibandingkan pengalaman atau peristiwa yang tidak melibatkan perasaan emosional.
Apakah memori ada jenisnya?
      Yap! Memori itu ada beberapa jenisnya. Dalam otak manusia, ada tiga jenis memori, yaitu memori sensorik, memori jangka pendek (Short Term Memory/STM), dan memori jangka panjang (Long Term Memory/LTM). Memori sensori merupakan memori yang ditangkap dari pancaindra, bisa secara visual melalui mata, rabaan melalui kulit, bau/wangi melalui hidung, rasa melalui lidah, dan pendengaran melalui telinga. Selanjutnya masuk ke memori jangka pendek, tetapi perlu kalian ketahui bahwa apabila informasi yang kita terima langsung terlupakan maka informasi tersebut tidak dapat masuk ke memori jangka pendek. Setelah informasi yang kita terima berada dalam memori jangka pendek, memori tersebut dapat dipindahkan ke memori jangka panjang dengan proses pengulangan untuk memperkuat memori yang telah kita terima sebelumnya.
Fase Tidur
      Setelah mengetahui tentang proses memori dan jenis memori, mungkin yang sekarang menjadi pertanyaan adalah tidur seperti apa yang berdampak besar untuk fungsi memori kita? Apakah tidur siang 30 menit? Atau tidur super lama seperti beruang yang hibernasi? Sebelum mengetahui jawabannya, perlu kalian ketahui terdapat empat tahapan ketika kita tidur. Tahapan tersebut adalah fase tidur REM (Rapid Eye Movement) dan tiga tahapan tidur NREM (non-Rapid Eye Movement).
Pada tahap REM yang bisa disebut juga sebagai tidur paradoks, tubuh berelaksasi, tetapi otak tetap aktif bekerja. Tahap ini dapat ditandai dengan peningkatan detak jantung, mata yang bergerak ke segala arah dengan cepat, dan pernapasan yang cepat serta tak teratur. Selain itu, bermimpi merupakan salah satu ciri lain dari fase tidur REM. Ketika kita tidur dengan cukup, fase REM ini dapat meningkatkan fungsi kognitif otak, kreativitas, dan menambahkan daya ingat.
      Fase tidur NREM memiliki tiga tahapan, NREM 1, NREM 2, dan NREM 3. Fase tidur NREM 1 sering juga kita sebut sebagai tidur ayam. Pada fase ini, meskipun telah tertidur kita masih bisa dibangunkan, atau mungkin kalian pernah merasa seperti jatuh lalu menjadi terkejut ketika tidur? Hal tersebut merupakan salah satu tanda, selain pernapasan, pergerakan mata, dan detak jantung yang mulai melambat, bahwa kalian sedang berada dalam fase tidur NREM 1 dan peristiwa terasa jatuh tadi dinamakan sentakan mioklonik. Pernapasan, detak jantung yang mulai lambat dan teratur, serta menurunnya kesadaran terhadap lingkungan sekitar merupakan tanda bahwa kita mulai memasuki fase tidur NREM 2. Fase tidur NREM 2 memiliki peran penting dalam mengumpulkan, memproses, dan menyaring informasi baru yang masuk ke dalam otak. Terakhir, fase tidur NREM 3 ditandai dengan masuk ke fase tidur nyenyak. Tubuh mengalami perkembangan dan perbaikan sel-sel jaringan pada fase ini. Selain itu, terjadi juga penggabungan ingatan baik mengenai pengalaman pribadi maupun hal-hal yang kita pelajari sebelum tidur.
Sekarang kalian sudah tahu kan betapa pentingnya tidur? Jadi, pesannya adalah jangan lupa untuk tidur yang cukup pada malam hari ya teman-teman! Jangan lewatkan waktu tidur kalian karena belajar terlalu keras yang akhirnya mengecewakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H