Mohon tunggu...
keziaathalyar
keziaathalyar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Psikologi di Universitas Airlangga

Mahasiswa psikologi dengan minat besar pada pengembangan minat dan bakat, organisasi, serta isu-isu global seperti SDGs. Saya juga menikmati menulis, mendalami psikologi, dan selalu bersemangat untuk berkontribusi positif bagi lingkungan sekitarnya.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Menyelami Luka Batin dalam Refleksi Psikologis Kebakaran Hutan Los Angeles

13 Januari 2025   08:30 Diperbarui: 13 Januari 2025   08:34 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebakaran hutan di Los Angeles yang baru-baru ini terjadi tidak hanya meninggalkan jejak kehancuran fisik yang begitu nyata, tetapi juga menorehkan luka psikologis yang mendalam bagi para korban. Foto-foto sebelum dan sesudah kebakaran yang ditampilkan oleh Al Jazeera memperlihatkan skala kerusakan yang mencengangkan, namun kisah emosional di balik setiap rumah yang hangus terbakar atau komunitas yang terpecah adalah realitas lain yang perlu disoroti.

Trauma Akut dan Respons Psikologis

Bencana seperti kebakaran hutan dapat memicu trauma psikologis yang mendalam. Berdasarkan teori stres traumatis, pengalaman ini memengaruhi individu yang terpapar secara langsung maupun tidak langsung. Trauma tersebut bisa muncul dalam bentuk gangguan stres pasca-trauma (PTSD), kecemasan yang berlebihan, rasa tidak aman, atau bahkan depresi berkepanjangan. Gejala seperti mimpi buruk, flashback tentang peristiwa kebakaran, hingga kehilangan kemampuan untuk berkonsentrasi adalah contoh nyata dari dampak tersebut.

Teori memori dari Hergenhahn & Henley (2017) menjelaskan bahwa ingatan traumatis sering kali terikat pada peristiwa yang memiliki intensitas emosional tinggi. Hal ini berarti para korban kebakaran mungkin memiliki kenangan yang sulit dihapus terkait momen saat mereka menyelamatkan diri, kehilangan orang terkasih, atau menyaksikan rumah mereka terbakar. Memori ini bisa menjadi pemicu emosional yang kuat di masa depan, terutama jika mereka dihadapkan pada hal-hal yang mengingatkan mereka pada kebakaran tersebut, seperti bau asap atau suara sirene.

Mekanisme Coping dan Upaya Pemulihan

Dari perspektif teori coping, individu yang terdampak kebakaran ini akan mencoba mengembangkan mekanisme untuk bertahan dalam menghadapi stres berat. Ada dua jenis mekanisme coping yang sering muncul, yaitu problem-focused coping (strategi yang berorientasi pada solusi) dan emotion-focused coping (strategi yang berfokus pada pengelolaan emosi). Misalnya, seseorang mungkin mencari cara untuk membangun kembali rumah mereka (problem-focused), sementara yang lain mencoba menghadapi perasaan kehilangan dengan mencari dukungan emosional dari keluarga dan teman (emotion-focused).

Namun, tidak semua mekanisme coping berfungsi dengan baik. Dalam banyak kasus, beberapa individu mungkin mengadopsi strategi yang maladaptif, seperti menarik diri dari lingkungan sosial, menyalahkan diri sendiri, atau bahkan beralih ke penyalahgunaan zat seperti alkohol untuk meredam rasa sakit. Oleh karena itu, dukungan psikologis menjadi penting untuk memastikan mereka dapat mengatasi trauma secara sehat.

Komunitas dan Teori Resiliensi

Selain dampak individu, teori resiliensi dalam psikologi menyoroti pentingnya kekuatan komunitas dalam membantu para korban bencana untuk pulih. Komunitas yang memiliki hubungan sosial yang kuat dan saling mendukung cenderung lebih cepat bangkit setelah tragedi. Misalnya, relawan yang bekerja sama membantu korban mengungsi atau menggalang donasi untuk pemulihan dapat meningkatkan rasa persatuan dan memberikan harapan baru kepada mereka yang terdampak.

Namun, tantangan besar sering kali muncul ketika komunitas menghadapi konflik internal akibat sumber daya yang terbatas. Rasa frustrasi dan ketidakpuasan dapat memicu ketegangan, sehingga memperlambat proses pemulihan. Dalam konteks ini, peran pemimpin komunitas dan organisasi bantuan sangatlah penting untuk menciptakan atmosfer yang harmonis dan kondusif bagi pemulihan bersama.

Peran Identitas Sosial dan Solidaritas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun