Mohon tunggu...
Kezia Angie Tjahjadi
Kezia Angie Tjahjadi Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa

Nama saya kezia.. Hobi saya menyanyi dan menari Mulai hari ini saya akan menjalankan tantangan selama sebulan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Akhir yang terlambat

16 Desember 2024   11:23 Diperbarui: 16 Desember 2024   11:23 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku menatap ke luar jendela, melihat langit senja yang perlahan berubah menjadi kelabu. Udara malam yang dingin menyelinap masuk ke dalam ruangan, seolah menyusupkan rasa hampa di dadaku. Terkadang, aku berpikir tentang apa yang telah kulakukan, atau lebih tepatnya, apa yang tidak kulakukan.

Namaku Ardi, seorang pria yang biasa-biasa saja, dengan hidup yang hampir tak memiliki pencapaian berarti. Semua itu bermula ketika aku bertemu dengan Maya, seorang gadis dengan senyum yang selalu bisa mencerahkan hari-hariku. Dulu, aku tak pernah berpikir bahwa dia akan menjadi orang yang paling penting dalam hidupku, bahkan lebih dari itu, seseorang yang kini sudah jauh dariku.

Kami bertemu di sebuah kafe kecil di sudut kota. Maya begitu berbeda dari gadis-gadis lain yang pernah aku kenal. Dia pendiam, tetapi dalam setiap kata yang keluar dari mulutnya, ada kedalaman yang sulit untuk aku pahami. Kami mulai sering bertemu, berbicara tentang berbagai hal, mulai dari musik hingga impian hidup. Maya selalu mendengarkan dengan penuh perhatian, memberi nasihat, dan terkadang, membuatku tertawa dengan candaannya yang ringan.

Namun, aku bukan tipe orang yang terbuka. Aku menyimpan banyak hal dalam diriku, terutama perasaan. Maya sering bertanya tentang apa yang membuatku cemas atau takut, tapi aku selalu menghindar. Aku merasa tidak perlu menunjukkan sisi rapuhku, merasa bahwa aku bisa menghadapinya sendiri.

Waktu terus berjalan. Maya, dengan segala kebaikannya, semakin terlihat berbeda. Ada sesuatu yang berubah dalam sikapnya, seolah dia mulai menjauh. Aku tidak tahu pasti kapan itu dimulai, tetapi aku bisa merasakannya. Mungkin dia lelah dengan sikapku yang tidak pernah bisa menunjukkan bahwa aku peduli. Mungkin dia merasa bahwa aku tidak menghargainya sebagaimana seharusnya.

Suatu malam, Maya mengajakku untuk berbicara serius. "Ardi," katanya dengan suara lembut namun penuh arti, "aku rasa aku sudah tidak bisa terus seperti ini. Aku butuh seseorang yang bisa berbagi perasaan, yang bisa saling terbuka. Aku butuh seseorang yang tidak hanya diam, tetapi juga mendengarkan."

Aku hanya terdiam, tidak tahu harus berkata apa. Maya tersenyum lemah, kemudian berdiri dan berjalan pergi. Itu adalah pertemuan terakhir kami.

Setelah malam itu, aku merasa kehilangan. Tetapi, aku tidak bisa berbuat banyak. Waktu terus bergerak, dan aku hanya bisa menyaksikan Maya pergi, tanpa pernah benar-benar berusaha untuk menahannya.

Beberapa bulan kemudian, aku mendengar kabar bahwa Maya sudah bersama seseorang yang bisa memberinya apa yang dia inginkan. Aku mencoba meyakinkan diriku bahwa dia bahagia, tapi di dalam hatiku, ada rasa sesal yang semakin menggerogoti. Kenapa aku tidak pernah berani mengungkapkan perasaanku? Kenapa aku begitu bodoh membiarkan dia pergi begitu saja?

Kini, aku hanya bisa duduk di sini, sendirian, dengan serangkaian penyesalan yang tak bisa aku ubah. Maya sudah menjadi bagian dari masa laluku, dan aku hanya bisa berharap dia menemukan kebahagiaan yang seharusnya kutemukan bersamanya.

Aku menatap langit yang semakin gelap. Di sana, mungkin ada bintang yang bersinar untuk Maya, dan aku hanya bisa berdoa agar dia tidak lagi merasakan kesendirian yang aku biarkan terjadi. Penyesalan ini datang terlambat, namun aku tahu, aku tidak akan pernah bisa melupakan pelajaran yang diberikan oleh kehilangan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun