Hampir satu tahun Covid-19 menyerang, dimulai dari kota Wuhan, China sampai sekarang menjadi wabah yang menyebar ke seluruh belahan dunia. Covid-19 ini berhasil menimbulkan krisis kesehatan secara global yang berpengaruh terhadap kehidupan sosial ekonomi dan pendidikan. Tentunya hal ini juga terjadi di Indonesia dan menyebabkan berbagai aktivitas terhenti.Â
 Ditengah masa pandemi ini, muncul suatu aturan dimana masyarakat harus menjaga jarak minimal 1,5 meter untuk menghindari penyebarluasan virus Covid-19 ini. Oleh karena itu, masyarakat di Indonesia dipaksa untuk stay at home (dirumah saja) dan melakukan berbagai aktivitas dari rumah seperti belajar dari rumah secara daring/online, WFH (Work From Home/bekerja dari rumah) dan beribadah dari rumah.
 Dengan adanya aturan untuk beraktivitas dari rumah ini lah yang membutuhkan peran teknologi untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut. Perkembangan teknologi pada era modern ini sangatlah pesat, saat ini teknologi telah memberikan banyak manfaat dalam kemajuan diberbagai aspek.Â
 Untuk pembelajaran daring di Indonesia sendiri dimulai sejak 16 Maret 2020. Sistem pembelajaran daring adalah sistem pembelajaran tatap muka secara tidak langsung antara guru dan siswa melalui online yang menggunakan jaringan internet.Â
Guru harus memastikan kegiatan belajar mengajar atau KBM tetap berjalan meski siswa berada di rumah dengan bantuan teknologi. Hal ini sesuai dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia terkait Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19). Namun, seberapa efektifkah pembelajaran secara daring ini?
Kecanggihan teknologi saat ini memang tidak perlu diragukan lagi, namun kita sebagai pengguna teknologi lah yang terbatas dalam menggunakannya. Para murid yang sudah terbiasa belajar tatap muka secara langsung di sekolah merasa sulit beradaptasi dengan perubahan cara pembelajaran yang mendadak ini.Â
Hal ini tentu sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar anak. Penggunaan teknologi seperti gadget untuk belajar ini juga bisa dibilang cukup menyulitkan para orang tua. Pasalnya, untuk belajar secara online diperlukan internet yang memakan kuota. Sedangkan kita semua tahu bagaimana sullitnya perekonomian di tengah pandemi ini.Â
Oleh karena itu, pemerintah memberikan bantuan kepada masyarakat terutama para murid berupa Kuota Edukasi untuk keperluan pendidikan.Â
Teknologi saat ini memang sangat mempermudah manusia untuk melakukan aktivitas ditengah pandemi. Namun, selain dampak positif banyak pula dampak negatif yang terjadi selama pandemi yang berkaitan dengan teknologi.
Misalnya pembobolan data akun beberapa E-Commerce besar seperti Tokopedia dan Bukalapak. Pelanggaran ini dikarenakan pada masa WFH banyak pekerja yang kehilangnan pekerjaan serta banyak pula yang beraktivitas dirumah sehingga membuat transaksi E-Commerce akhir-akhir ini berkembang pesat dan sumber daya uang berputar hebat.
Selain itu ada pula berbagai pembocoran data dari beberapa aplikasi teleconference seperti Zoom yang diserang untuk keperluan tertentu.