Meningkatkan Keberlanjutan Usaha dengan Fuzzy SWOT dan AHP: Studi Kasus Unit Usaha Wonosantri Abadi
Unit Usaha Wonosantri Abadi terus berkomitmen untuk mengembangkan bisnisnya dengan menerapkan prinsip keberlanjutan. Dalam upaya ini, pendekatan Fuzzy SWOT dan Analytical Hierarchy Process (AHP) digunakan untuk menentukan strategi pengembangan yang paling relevan dan efektif. Fuzzy SWOT, yang menggabungkan analisis SWOT tradisional dengan sistem skala fuzzy, digunakan untuk memetakan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman secara kuantitatif. Hasilnya menunjukkan bahwa Unit Usaha berada di kuadran Strength (S) dan Opportunity (O), yang berarti strategi pengembangan perlu memanfaatkan kekuatan internal untuk merebut peluang eksternal. Analisis ini menghasilkan tiga kondisi strategis, yaitu pesimis, probable, dan optimis. Pada kondisi optimis, titik koordinat berada di (6,50; 6,55), menunjukkan potensi maksimal Unit Usaha dalam menghadapi persaingan dan meningkatkan daya saingnya.
Hasil dari Fuzzy SWOT menunjukkan bahwa faktor internal memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan faktor eksternal, dengan nilai perhitungan sebesar -0,050. Hal ini mengindikasikan bahwa Unit Usaha perlu memprioritaskan penguatan dari dalam, seperti menjaga kualitas bahan baku, meningkatkan efisiensi proses produksi, serta memastikan pengawasan yang seksama. Berdasarkan hasil analisis ini, strategi SO (Strength-Opportunity) menjadi pilihan utama untuk dikembangkan lebih lanjut. Strategi ini bertujuan untuk memanfaatkan kekuatan yang ada untuk merebut peluang pasar yang semakin luas.
Melalui metode AHP, prioritas strategi yang telah dipilih dalam Fuzzy SWOT kemudian dianalisis lebih mendalam untuk menentukan bobot kriteria dan alternatif strategi terbaik. Strategi yang mendapat prioritas tertinggi adalah "meningkatkan reputasi dan loyalitas konsumen dengan menjaga kualitas bahan baku," dengan bobot 0,280. Hal ini menekankan pentingnya menjaga standar kualitas dalam setiap tahap proses produksi untuk menghasilkan produk yang berkualitas tinggi dan memenuhi ekspektasi konsumen. Proses produksi menjadi kriteria dengan bobot terbesar, yaitu 0,6243, menunjukkan pentingnya pengelolaan yang baik untuk menjaga stabilitas dan keberlanjutan usaha. Strategi ini tidak hanya berkontribusi pada keberlanjutan ekonomi tetapi juga mendukung aspek sosial dengan menciptakan kepercayaan dan loyalitas konsumen.
Pendekatan ini menunjukkan bahwa keberlanjutan usaha dapat dicapai dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip ekonomi, sosial, dan lingkungan. Unit Usaha Wonosantri, dengan menjaga kualitas bahan baku dan efisiensi produksi, dapat memperkuat posisinya di pasar sambil memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin menuntut produk yang berkualitas dan bertanggung jawab. Selain itu, pendekatan ini juga mendukung penggunaan bahan baku secara efisien dan pengelolaan limbah yang lebih baik, sejalan dengan konsep keberlanjutan lingkungan.
Ke depan, pengembangan usaha disarankan untuk lebih memperhatikan indikator keberlanjutan lainnya, seperti adopsi teknologi ramah lingkungan, peningkatan kesejahteraan tenaga kerja, dan kontribusi pada pembangunan sosial. Dengan pendekatan yang lebih holistik ini, Unit Usaha Wonosantri dapat menjadi model pengembangan usaha berkelanjutan yang tidak hanya fokus pada keuntungan ekonomi tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan. Strategi yang berbasis data dan analisis yang mendalam ini dapat menjadi inspirasi bagi pelaku usaha lainnya yang ingin mengintegrasikan prinsip keberlanjutan dalam bisnis mereka, sehingga bersama-sama menciptakan ekosistem bisnis yang lebih bertanggung jawab dan berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H