Mohon tunggu...
Kezia GraceyNoella
Kezia GraceyNoella Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Kedokteran Gigi UNAIR

Kezia Gracey Noella Benu, seorang mahasiswa semester pertama Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mengenal Lebih Dekat Sebab dan Akibat Bibir Sumbing

8 Desember 2024   10:29 Diperbarui: 8 Desember 2024   11:26 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1.0 Zefanya, penderita bibir sumbing dengan 5 kali operasi bibir. (Sumber Gambar: Zefanya)

Labioschisis, atau yang biasa dikenal dengan sebutan bibir sumbing memiliki angka kasus tertingggi di Benua Asia dan Amerika dibandingkan dengan 3 benua lainnya, kasus bibir sumbing di Asia dan Amerika mencapai 1 : 500 per angka kelahiran hidup. Indonesia sendiri memiliki jumlah kenaikan penderita sebanyak 3000 - 6000 per tahunnya. Tingginya kasus bibir sumbing di Indonesia adalah suatu hal yang perlu  kita pikirkan akar permasalahan serta  akibatnya, mengingat faktor utama Inddonesia Emas adalah dari sumber daya manusia itu sendiri.

Kasus bibir sumbing bukanlah semata - mata mengenai estetika, namun hal tersebut mengganggu manusia untuk memenuhi nutrisi yang diperlukan oleh tubuh serta fungsi mulut untuk berbicara. Hal ini jika diremehkan atau bahkan dibuat bercandaan, maka anak - anak penderita bibir sumbing akan hidup dengan cercaan dan keterbatasan. Untuk mengatasi kasus bibir sumbing ini, marilah kita memahami faktor penyebab dan akibat dibawah ini.

Kasus bibir sumbing memiliki dua faktor utama penyebab terjadinya hal ini, yaitu faktor keturunan dan faktor lingkungan. Faktor keturunan terjadi saat satu keluarga dengan satu anak yang memiliki kelainan sumbing atau dengan riwayat orang tua memiliki kasus bibir dan langit - langit sumbing, maka risiko anak mengalami bibir sumbing pada kehamilan berikutnya adalah 4%. Jika dua anak sebelumnya memiliki bibir dan langit - langit sumbing, maka risiko anak pada kehamilan ketiga naik menjadi 9%. 

Sedangkan faktor lingkungan  terjadi pada saat kritis penyatuan bibir dan palatum. Faktor lingkungan ini ada pada saat ibu hamil yang mengonsumsi obat -  obatan secara berlebihan, alkohol, dan juga rokok. Obat - obatan yang biasa menyebabkan anak mengalami bibir sumbing adalah kortison, aspirin, dan obat - obatan anti-konvulsi. Radiasi yang dipaparkan secara berlebihan terhadap ibu hamil juga dapat meningkatkan risiko terjadinya cacat pada bayi dalam kandungan.

Gambar 2.0 Kondisi pertumbuhan gigi yang tidak rata mengganggu fungsional mulut untuk mengonsumsi makanan. (Sumber Gambar : Zefanya)
Gambar 2.0 Kondisi pertumbuhan gigi yang tidak rata mengganggu fungsional mulut untuk mengonsumsi makanan. (Sumber Gambar : Zefanya)

Akibat dari bibir sumbing ini yaitu anak akan mendapat perundungan, menjadi bahan bercandaan, mengalami kesulitan untuk mengonsumsi makanan, dan juga berbicara. Hal ini dapat dibuktikan oleh Zefanya, seorang penderita bibir sumbing yang mengaku bahwa mengalami kesulitan untuk makan, "Sepertinya kalau kesulitan dulu sebelum oprasi yang ke-4 ketika makan sesuatu pasti selalu tembus ke hidung" ujar Zafanya . Kesulitan untuk mengonsumsi makanan inilah yang akan menyebabkan nutrisi yang dibutuhkan tubuh seorag anak menjadi tidak terpenuhi. Saat nutrisi tubuh tidak terpenuhi, maka akan menyebabkan anak menjadi stunting.

Hal inilah yang menjadi evaluasi bagi tiap lapisan masyarakat. Indonesia Emas dapat diwujudkan dengan Sumber Daya Manusia yang sehat, Sumber Daya Manusia yang sehat lahir dari seorang anak dengan gizi yang tercukupi. Maka, upaya kita dalam mengatasi bibir sumbing ini adalah penggalangan dana dan pencarian donatur dalam sebuah program operasi gratis bagi penderita labioschisis atau bibir sumbing ini. Hal ini harus segera digegaskan karena banyak sekali diluar sana anak-anak yang kesulitan makan akibat dari bibir sumbing dan menyebabkan stunting. Selain itu, upaya lain yang dapat dilakukan dalam mengatasi kasus bibir sumbing pada anak adalah penyuluhan terhadap ibu hamil mengenai pentingnya menjaga kehamilan dengan mengonsumsi makanan berprotein tinggi dan juga menghindari konsumsi obat-obatan berlebihan, alkohol, dan paparan rokok

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun