[caption id="attachment_306732" align="alignnone" width="600" caption="Kemacetan di Jakarta"][/caption] Dalam menulis artikel Saya ini ,Saya mengambil Sample kehidupan di Jakarta ,dan memposisikan diri saya sebagai penduduk kota Jakarta, serta pengguna transportas umum perkotaan .Saya memberi contoh Kota Jakarta sebagai ruang Lingkup analisa saya, karena Jakarta merupakan salah satu Kota Percontohan di Negara Indonesia )
Jika anda seorang yang tinggal di Jakarta atau Bekasi setiap pagi harus bekerja dan berangkat ke kantor pagi-pagi pasti anda akan mengalami kemacetan. Pada pagi hari seseorang yang akan bekerja menuju jakarta agar melihat ratusan pengendara motor yang memadati jalanan menuju pusat kota ditambah pengguna mobil pribadi. Kejadian Kemacetan tersebut biasanya berlangsung antara jam 06.00 pagi hingga jam 10.00 pagi waktu dimana orang berbondon-bondong berangkat ke kantor dan sebagian anak sekolah beragkat kesekolah. Pada sore harinya kita akan mengalami kemacetan juga yaitu, efek dari masyarakat yang pulang dari kantor antara jam 04.00 sore hingga jam 08.00 malam. Bagi yang menggunakan transportasi umum pasti anda akan mengalami kesulitan sehingga solusi logis bagi anda adalah segera memiliki motor sebagai transportasi yang murah dan mempermudah mobilitas anda dalam beraktivitas. Mengapa pengguna transportasi umum pasti mengalami kesulitan, berikut ulasan saya :
1.Anda akan berebutan untuk menaiki angkutan umum katakanlah anda naik (angkutan mobil kecil/Mikrlolet , atau angkutan Mini Bus/Metro Mini/Kopaja).
2.Atau mungkin anda akan lama menunggu bermenit-menit, karena sopir angkutan umum dengan akan jalan jika mobil angkutannya sudah penuh penumpang alias nunggu “ngetem”.
3.Keamanan dari Pihak berwenang (Rawan tindak kejahatan).
4.Tidak nyaman. Bukannya menuntut tetapi kita seharus realistis terhadap angkutan umum perkotaan Ibukota untuk Negara Sebesar Indonesia.
5.Yang dimaksud tidak nyaman disini adalah kita tidak nyaman duduk di dalam angkutan umum tersebut karena tempatnya sempit dan sudah tidak layak di era modern seperti ini. (Contoh : angkutan mobil kecil/Mikrlolet, atau angkutan Mini Bus/Metro Mini/Kopaja angkutan) . Saran saya angkutan mobil kecil/Mikrloletsudah tidak beroperasi lagi karena tidak layak dari segi kenyamanan dan keamanan). Untuk angkutan Mini Bus/Metro Mini/Kopaja angkutan sebaiknya diremajakan dan dibuat manajemen yang baru.
6.Tidak ada aturan yang baku mengenai tarif.(antara jauh dan dekat)
7.Tidak ada aturan baku mengenai menaikkan dan menurunkan penumpang, Kadang sopir angkutan umum berkendara secara ugal-ugalan.
8.Tidak ada sarana penunjang bagi pengguna transportasi umum seperti; Halte Bus yang besar( untuk menunggu angkutan umum) ;Trotoar bagi pejalan kaki (perlu aturan yang jelas dan tegas agar PKL tidak berjualan di Trotoar pejalan kaki).
9.Kurangnya media informasi untuk rute transportasi perkotaan.
Sebenarnya alasan – alasan tersebut yang membuat warga perkotaan menggunakan kendaraan pribadi dan enggan menggunakan transportasi umum karena tidak ada kepastian kenyamanan dan keamanan dari pemerintah.
Saya baru menceritakan pengguna angkutan umum (mobil kecil dan mini bis), belum lagi jika anda pernah melihat Kereta Rel Listrik “Commuter Line” , bagaimana keadaan didalam kereta pada saat jam berangkat kerja dan jam pulang kerja , pasti sangat berdesak-desakan dan tidak manusiawi.
Seandainya pemerintah daerah memperhatikan fasilitas umum serta membuat manajemen dan sistem transportasi yang baik dan benar pasti jakarta tidak mengalami kemacetan.
Demikian juga tanggung jawab Pemerintahan Pusat, bagaimana mungkin mereka memasok kendaraan pribadi (mobil murah dan motor murah) terus menerus untuk dijual diibukota, apa tujuan mereka. Siapa yang untung? pihak asing untung , pihak kita membuat masalah kemacetan.
Karena dampak mobil murah dan motor murah kota jakarta dan sekitarnya Bogor,Depok,Tanggerang dan Bekasi juga akan mengalami kemacetan.
Pemerintah Pusat tidak pernah berpikir panjang tentang kebutuhan masyarakatnya, seandainya mereka lebih bijak pasti mereka akan berusaha membuat industri mobil dalam negeri sendiri sehingga, kita tidak menguntungkan bangsa asing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H