Kota Bandung yang dikenal karena banyaknya tempat wisata hingga kuliner juga dikenal dengan Kota yang memiliki banyak museumnya. Salah satu museumnya yaitu Museum Sri Baduga. Museum ini terletak di Jl. BKR No.185, Pelindung Hewan, Kec. Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat atau lebih tepatnya berada di seberang Taman Tegalega Kota Bandung. Museum Sri Baduga merupakan meseum yang menyimpan peninggalan-peninggalan dari Jawa Barat. Museum tersebut memiliki koleksi yang memamerkan berbagai macam benda bersejarah dan benda antik yang bernilai seni tinggi. Beragam benda tersebut terdiri dari beberapa koleksi, seperti koleksi arca pada zaman Megalitik, pakaian adat, rumah, perkakas, permainan, dan alat musik tradisional.
Salah satu koleksinya yaitu terdapat patung dari batu zaman Hindu Budha atau zaman Megalitik dan lebih dikenal lagi dengan nama arca. Arca ini bernama arca Ganesha. Arca Ganesha merupakan peninggalan arkeologis masa klasik dengan latar belakang Agama Hindu Budha, khususnya pada era Mataram Kuno. Arca Ganesha ini memiliki ukuran panjang 44 cm, lebar 43 dan tinggi 97 cm. Arca ini ditemukan oleh seorang penduduk Wijilan, Panembahan, Keraton, Â Yogyakarta pada tanggal 10 Desember 2000 oleh bapak Lasiman. Arca ini berbahan batu andesit sebagaimana lazimnya bahan pembuatan arca pada masa itu. Dengan adanya penemuan arca ini juga menjadi salah satu daya tarik bagu para wisatawan dan pengunjung dapat mempelajari mengenai peninggalan-peninggalan sejarah dan kebudayaan yang memiliki nilai-nilai yang sangat tinggi.
Ganesha dalam mitologi Agama Hindu merupakan keturunan atau anak dari Dewa Siwa dan Dewi Parwati. Ganesha merupakan dewa yang awalnya ditugaskan untuk mengalahkan asura (raksasa) yang ingin menguasai tempat tinggal para dewa. Ganesha merupakan dewa pengetahuan, lambang kecerdasan, penghalau segala rintangan, dan pemberi kesejahteraan serta kebijaksanaan bagi para pemujanya. Ganesha sebagai Dewa Penghalang Rintangan maka dapat diartikan sebagai Ganesha tidak hanya dipuja sebagai parwatadewata (pendamping siwa) namun juga dipuja secara mandiri sebagai istadewata atau arca yang dimiliki oleh perorangan sehingga arca tersebut dapat dibawa ke mana-mana. Selain itu, ditemukannya arca tersebut di daerah Jawa Barat yang kemudian dipindahkan ke Museum Sri Baduga untuk dapat dilestarikan, Arca Ganesha juga sering ditempatkan di daerah yang berbahaya seperti di tepi jurang, dekat sungai maupun di lokasi penyebrangan. Kedudukan Ganesha dalam mitologinya adalah sebagai kepala pasukan gana yang bertugas menjaga kahyangan Siwa.
Kenampakan dari Arca Ganesha digambarkan yang sedang duduk di atas padmasana yang berbentuk bundar dalam sikap kurmasana atau duduk bersila dengan telapak kaki kanan dan kiri bertemu, rambutnya berhias kiritamakuta, memiliki ciri telinga gajah yang lebar, belalai dan perut buncit atau tundila. Arca Ganesha juga memiliki empat tangan, tangan kanan bagian belakang memegang aksamala (tasbih), tangan kiri belakang memegang parasu (kapak), kemudian tangan kanan depan memegang danta (gading). Sementara tangan kiri depan sudah tidak utuh lagi saat dilakukan ekskavasi yang seharusnya memegang mangkuk. Atribut yang digunakan oleh arca Ganesha adalah upavita yang diletakkan dibahu kiri yang menyilang badan arca ke pinggang  kanan, arca Ganesha juga menggunakan kalung atau hara, menggunakan keyura atau kelat bahu yang berbentuk bunga, menggunakan kankana atau gelang tangan dan gelang kaki. Arca Ganesha juga menggunakan ikat pinggang arca laki-laki  atau dikenal dengan udarabandha. Arca Ganesha memiliki siracakra yaitu hiasan yang berbentuk lingkaran di belakang kepala arca, akan tetapi sebagian dari siracakra kondisinya patah. Selain itu, Dewa ini juga sering digambarkan memiliki tubuh manusia dengan kepala gajah yang unik.
Berdasarkan pada Ilmu Komunikasi Antar Budaya, budaya tersebut dapat didefinisikan sebagai pola simbolik. Dimana sebuah pesan atau informasi tidak hanya terdapat dari komunikasi verbal melainkan juga dapat dari sebuah simbol. Seperti halnya arca Ganesha memiliki beberapa simbol yaitu dewa pengetahuan, lambang kecerdasan, penghalau segala rintangan, dan pemberi kesejahteraan serta kebijaksanaan bagi para pemujanya. Maka arca ini menjadi simbol yang penting dalam upaya untuk mendapatkan kebijaksanaan dan pengetahuan yang lebih dalam lagi dalam hidup. Selain itu, berdasarkan pada orientasi nilai Kluckhohn dan Strodtbeck yaitu orientasi manusia dan alam. Dimana orientasi ini menyebutkan bahwa manusia itu tunduk pada alam. Dijelaskan bahwa bagi masyarakat Asia kita hidup harus selaras dengan alam karena dengan adanya alam kita dapat mengambil banyak keuntungan. Dan terdapat orientasi waktu ini meliputi orientasi masa lalu, masa kini dan masa depan yang dianggap sangat penting. Dimana pada suatu kebudayaan tidak dapat lepas dari yang namanya sejarah, agama, dan tradisi. Semua peralatan yang berada pada zaman Megalitikum dimanfaatkan untuk acara agama dan tradisi. Dimana pada zaman ini semua peralatan batu digunakan sebagai pemujaan untuk menghormati makna arca Ganesha tersebut.
Relevansi nilai budaya benda peninggalan prasejarah arca Ganesha pada masa kini yaitu sebagai pembelajaran kita terhadap budaya-budaya yang ada pada masa lalu. Dengan masih adanya peninggalan arca Ganesha di zaman sekarang selain karena memiliki objek seni yang indah juga memiliki makna yang sangat mendalam bagi pengikut agama Hindu. Sehingga kita dapat menghargai dan menjaga peninggalan-peninggalan pada zaman dulu.
Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa peninggalan pada zaman Megalitikum ini salah satunya arca Ganesha yang memiliki fungsi dan nilai-nilai yang tinggi dengan makna yang mendalam serta adanya seni keindahan. Selain itu kebudayaan arca Ganesha memiliki relevansi dengan nilai komunikasi antar budaya. Dari kebudayaan-kebudayaan ini dapat dilihat dari berbagai aspek budaya komunikasi. Yang mana dari penilaian tersebut kita dapat memahami makna kebudayaan prasejarah lebih dalam lagi terutama pada budaya arca Ganesha. Dan budaya arca Ganesha juga memiliki relevansi nilai budaya terhadap masa kini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H