Di era modern ini, rasanya hampir seluruh manusia sudah sangat familiar dengan yang namanya media sosial. Dengan hadirnya media sosial, para penggunanya dapat melakukan interaksi terhadap satu sama lain tanpa perlu khawatir akan jarak dan waktu. Kita hanya membutuhkan sebuah alat teknologi seperti handphone, tablet, laptop, dan teknologi sejenisnya yang disertai dengan jaringan internet, kita sudah bisa menggunakan sebuah media sosial. Sangat mudah dan praktis bukan?
Perkembangan zaman juga memengaruhi perkembangan jenis media sosial yang beredar loh! Hal itu dapat kita lihat melalui beberapa platform toko aplikasi di handphone kita seperti App Store ataupun Google Play Store dimana sudah terdapat banyak jenis media sosial yang dapat kita download dan kita gunakan. 'Emang apa bedanya sih media sosial yang satu sama yang lainnya?' Well, sebetulnya hampir rata-rata media sosial yang beredar di platform toko aplikasi memiliki kesamaan berdasarkan fungsinya, hanya saja masih terdapat perbedaan dari penampilan hingga fitur-fitur yang tersedia di dalam media sosial itu sendiri. Perbedaan fitur ini yang menarik perhatian para pengguna media sosial untuk men-download media sosial.
Berdasarkan data dari We Are Social pada bulan Januari 2022, terdapat 191 juta masyarakat Indonesia yang aktif di media sosial. Terdapat peningkatan jumlah pengguna aktif media sosial dari tahun sebelumnya sebesar 12,53%. Beberapa media sosial yang banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia seperti Whatsapp, Instagram, Facebook, Twitter, Line, Youtube, dan yang belakangan ini sedang booming di kalangan masyarakat dunia yaitu TikTok. Rasanya hampir setiap hari manusia tidak bisa terlepas dari yang namanya menggunakan media sosial. Melalui media sosial kita tidak hanya dipermudah dalam berinteraksi, melainkan kita juga bisa mendapatkan informasi-informasi ter-update.Â
Seperti yang sudah dijelaskan bahwa perbedaan fitur yang tersedia di media sosial dapat menarik perhatian dari para penggunanya untuk men-download media sosial tersebut. Kita ambil contoh dari salah satu jenis media sosial yang paling banyak digunakan oleh masyarakat yaitu Instagram. Awalnya Instagram merupakan sebuah platform dimana kita sebagai pengguna dapat membagikan hasil karya foto kita yang nantinya dapat dilihat dan memungkinkan pengguna lainnya untuk memberikan like dan comment terhadap foto yang diunggah. Namun seiring dengan berkembanganya zaman, Instagram menambahkan beberapa fitur yang menarik perhatian penggunanya seperti hadirnya direct messenger, video call, instagram story, live, dan sebagainya.
Melalui Instagram juga, para penggunanya dapat bebas mengekspresikan diri mereka melalui postingan yang mereka unggah di akun mereka masing-masing. Kebebasan ini bisa menjadikan salah satu keunggulan dari hadirnya media sosial, namun disisi lain juga dapat menjadikan boomerang bagi para penggunanya. Salah satu dampaknya adalah dengan munculnya 'beauty standard'. Apa sih beauty standard itu? Beauty standard merupakan tolak ukur yang dijadikan sebagai patokan di masyarakat, biasanya beauty standard berfokus terhadap fisik dari seseorang mulai dari visual wajahnya, body size, penampilan, dan sebagainya. Nah, beauty standard di setiap negara itu berbeda-beda loh!
Di Amerika Serikat sendiri rata-rata mereka lebih menyukai seseorang yang berkulit coklat eksotis dengan badan layaknya seperti bentuk gitar, sedangkan rata-rata penduduk di Asia lebih menyukai seseorang yang berkulit putih bersih dengan size body yang ramping. Sama halnya di Indonesia yang lebih mengikuti beauty standard yang dianut oleh penduduk Asia. Terus hubungannya media sosial dengan beauty standard apa?
Tanpa kita sadari bahwa sebetulnya media sosial memiliki pengaruh yang cukup besar dalam pembangunan karakter manusia. Kita biasanya mudah terpengaruh penampilan para influencer di media sosial, seperti bagaimana visual wajah mereka, warna kulit mereka, fisik mereka, dan juga fashion style yang mereka gunakan. Ditambah lagi dengan komentar dari postingan mereka yang berisi pujian, akhirnya hal tersebut dapat mempengaruhi pemikiran kita akan definisi 'cantik' sendiri. Padahal definisi 'cantik' setiap orang itu berbeda-beda, bisa saja yang menurut orang lain cantik tidak sama dengan pandangan saya. Cantik juga bukan hanya sekedar penampilan, tetapi cantik juga bisa berasal dari dalam diri kita seperti bagaimana cara kita berperilaku.
Tetapi pada kenyataannya untuk bisa tampil percaya diri dengan diri kita sendiri merupakan hal yang sulit. Kita masih sering terbayang-bayang akan beauty standard yang berada di media sosial dan juga lingkungan sekitar kita, padahal belum tentu apa yang kita lihat di media sosial itu sesuai dengan yang sebenarnya. Agar dapat tampil percaya diri kita bisa memulai dengan melakukan self-love kepada diri sendiri. Cobalah untuk bisa menerima diri kita seutuhnya secara perlahan-lahan, karena yakinlah setiap orang memiliki kelebihan yang belum tentu orang lain punya. Self-love ini juga bisa terlaksana dengan baik jika kita memiliki lingkungan yang supportive.
Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa setiap orang memiliki definisi cantik yang berbeda-beda. Beauty standard tidak selalu menjadi tolak ukur kecantikan bagi seluruh orang, belum tentu apa yang mereka perlihatkan kepada publik sesuai dengan realitanya. Kita harus dapat menerima diri kita seutuhnya, hal itu akan menumbuhkan rasa kepercayaan diri kita. Tidak lupa juga, kita sebagai pengguna media sosial harus bijak dalam menggunakan media sosial. Remember, you're loved! Be who you are!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H