Mohon tunggu...
Tulisan Ceu Masroh
Tulisan Ceu Masroh Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Si lapar kurus kering tak akan bisa kita kenyangkan dengan kata kenyang saja, meskipun kita ulangi 1001 kali. (Tan Malaka)

Selanjutnya

Tutup

Horor

Pasar Hantu Ini Kerap Memakan Sadis Para Pedagang-GARUT

7 Februari 2024   09:27 Diperbarui: 14 Februari 2024   14:39 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pasar ini sudah dikenal dengan pasar hantu. Bukan berarti pasar ini menjual berbagai macam jenis setan, santet, atau tuyul. Akan tetapi pembeli atau konsumen sudah punah. Para konsumen sudah tak bisa diandalkan lagi, mereka sudah beralih ke pembelanjaan online. Beberapa para pedagangnya pun 50% sudah gulung tikar. Melihat kondisi pasar ini, tak ayal jika beberapa pedagang di sana berkeluh kesah. Selain nilai sayuran yang kian hari tak menentu, barang-barang sebagai sarana jualan harus terpaksa membusuk sebelum terjual.

Pasar ini bisa dikatakan sangat luas. Dikira-kira menyerupai pasar tanah abang di Jakarta. Berlokasi di Ciawitali, Garut. Sayangnya, pasar itu malah dijadikan tempat pembuangan sampah. Lebih kacaunya, malah dijadikan sarana maksiat, maka dari itulah disebut pasar hantu. Mereka bimbang, antara bertahan dengan kesepian atau harus meninggalkan usahanya walau nanti menjadi pengangguran.

Inilah masalahnya. Walikota Garut, sepertinya tidak ada langkah yang nyata. Padahal, pasar Ciawitali ini berada di pusat kota Garut. Bersinggungan sekali dengan gedung-gedung pemerintah. Masalah ini sudah bertahan selama enam tahun. Bayangkan, selama itu tidak ada aksi nyata sebagai perubahan yang diharapkan dapat mengatasi ekonomi pasar. Di sisi lain, para penjual berkata harus tetap bayar pajak yang lumayan menguras dompet.

"Kami tak bayar pajak mereka marah. Kami meminta kebijakan, mereka tutup mata dan telinga. Apakah ini kisah Malin Kundang, yang kerap durhaka kepada orang tua?" pernyataan salah satu pedagang sayur.

Dokumentasi sendiri
Dokumentasi sendiri
Bukan. Bukan masyarakat yang tak mengajukan masalah ini. Namun, tampak nyata, mereka acuh. Setidaknya, jika pemerintah setempat tidak bisa mengatasi ekonomi atau penjualan, jadikanlah bangunan pasar ini lebih layak. Seperti akses jalan. Masyarakat tidak meminta banyak kok. Hanya ingin atasi kebangkrutan penjualan di pasar hantu ini.

"Seharusnya pemerintah yang mengeluarkan kebijakan bagi kami. Bukannya kami harus rengek-rengek meminta kebijakan atau malah mengeluarkan gagasan sendiri. Tak perlu berikan kami dana. Berikan saja kami bagaimana membangun dan meningkatkan lagi aktivitas penjualan pasar." ucap penjual pete.

Melihat sejarah, Jepang bisa menyusul ketertinggalan selama dua abad. Jepang tak perlu dana dari pihak negara lain, mereka hanya butuh seorang guru untuk mengejar ketertinggalan itu. Dan bukti, Jepang bisa menjadi negara maju di segala bidang. Nah, seperti sejarah Jepang, ini baru enam tahun, jangan sampai harus menunggu selama dua abad, lalu ada gerakan nyata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun