Kesehatan gigi serta kualitas hidup memiliki hubungan yang erat tanpa kita sadari. Menjaga kesehatan gigi dan mulut seringkali dianggap sebagai rutinitas yang tidak penting. Sampai sekarang banyak sekali lansia yang tidak menjaga kesehatan area gigi dan mulut saat usia muda dan menyebabkan berbagai penyakit pada akhirnya. Nyatanya, kesehatan gigi dan mulut juga berhubungan dengan kesehatan tubuh secara keseluruhan.Â
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk lansia yang cukup banyak. Di tahun 2024, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa persentase penduduk lansia di Indonesia adalah sebesar 12%. Nominal tersebut naik 0,25% dari tahun sebelumnya yang sebesar 11,75%. Semakin bertambahnya populasi penduduk lansia di indonesia maka diperlukan lebih banyak perhatian terhadap perbedaan kebutuhan  yang mereka alami.Â
Bagaimana Dampaknya?Â
Lanjut usia merupakan proses dimana manusia akan melanjutkan hidupnya dalam fase terakhir pertumbuhan. Tahap ini mengakibatkan perubahan kumulatif yang disebabkan oleh proses yang terus menerus berangsur. Seiring bertambahnya usia, akan terjadi perubahan alami pada sistem tubuh serta kondisi penuaan tersebut akan meningkatkan timbulnya penyakit kronis, termasuk masalah kesehatan pada gigi dan mulut. Penyakit yang terjadi pada gigi dan mulut memiliki konsekuensi seperti penurunan kualitas hidup para lansia dalam aspek psikologis, emosional serta fisik.Â
Kehilangan gigi  merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling umum di kalangan lansia. Hal disebabkan oleh berbagai faktor seperti penyakit periodontal (penyakit gusi), buruknya kesehatan rongga mulut serta kerusakan gigi akibat karies yang menjadi penyebab utama dari kehilangan gigi pada lansia. Masalah ini dapat berdampak pada psikologis mereka secara signifikan.Â
Kehilangan gigi dapat memengaruhi kualitas hidup para lansia, hal ini mencakup berbagai aspek seperti kemampuan untuk mengunyah, status gizi, dan kesehatan mental. Keterbatasan dalam mengunyah membuat mereka cenderung memilih makanan yang lunak atau mudah dikunyah. Hal tersebut menyebabkan penurunan asupan nutrisi yang penting, karena makanan bernutrisi seperti sayuran, buah-buahan serta daging menjadi sulit untuk dikonsumsi. Dampaknya dapat memperburuk kondisi kesehatan para lansia secara keseluruhan karena minimnya asupan gizi yang mereka dapatkan. Selain itu, kekhawatiran tentang penampilan gigi dapat mempengaruhi kepercayaan diri serta meningkatkan tingkat stres dan kecemasan. Sebuah studi menemukan bahwa banyak lansia mengalami penurunan berat badan serta malnutrisi akibat kehilangan gigi.
Lansia membutuhkan minimal 20 gigi untuk dapat mengunyah dengan baik. Menggunakan prostesis gigi atau gigi tiruan merupakan salah satu solusi yang paling umum. Gigi palsu dapat berupa gigi tiruan penuh atau parsial sesuai dengan jumlah gigi yang hilang. Selain dapat membantu memperbaiki fungsi pengunyahan, gigi palsu juga dapat membantu menjaga struktur rahang agar tidak berubah dan mengganggu bentuk wajah.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H