KEYLIA KAHANAYA CHRISTY SILALAHI/191241167
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
Â
   Demam berdarah (dengue fever) adalah infeksi virus yang menyebar dari nyamuk ke manusia. Penyakit ini lebih umum terjadi di daerah beriklim tropis dan subtropis. Kebanyakan orang yang terkena demam berdarah tidak akan menunjukkan gejala. Namun bagi mereka yang mengalaminya, gejala yang paling umum adalah demam tinggi, sakit kepala, nyeri tubuh, mual, dan ruam,  kebanyakan gejala tersebut akan membaik dalam 1--2 minggu. Beberapa orang mengalami demam berdarah parah dan memerlukan perawatan di rumah sakit. Dalam kasus yang parah, demam berdarah dapat berakibat fatal.  Akan tetapi, kita dapat menurunkan risiko terkena demam berdarah dengan menghindari gigitan nyamuk terutama pada siang hari. Virus dengue (DBD) dilaporkan telah menjangkiti lebih dari 100 negara, terutama di daerah perkotaan yang berpenduduk padat dan pemukiman seperti di Brazil dan bagian lainnya Amerika Selatan, Karibia, Asia Tenggara, dan India. Jumlah orang yang terinfeksi diperkirakan sekitar 50 sampai 100 juta orang, setengahnya dirawat di rumah sakit dan mengakibatkan 22.000 kematian setiap tahun, diperkirakan 2,5 miliar orang atau hampir 40% dari populasi dunia tinggal di daerah endemis DBD yang memungkinkan terinfeksi virus dengue melalui gigitan nyamuk setempat. Sedangkan, di Indonesia, penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1968 di Surabaya sebanyak 58 orang penderita dengan kematian 24 orang (41,3%). Faktor DBD yang paling utama di Indonesia ialah Aedes aegypti yang keberadaannya hingga saat ini masih tersebar di seluruh pelosok tanah air Indonesia. Angka penderita pada penyakit ini semakin cenderung meningkat dari tahun ke tahun, yang menyebabkan angka kematiannya semakin meningkat pula. Hal ini disebabkan semakin minimnya penderita mendapatkan bantuan tenaga medis daerah setempat.
   Perlu adanya kolaborasi antara kesehatan masyarakat dan masyarakat untuk menangani dan memberantas DBD dengan peran masing-masing. Peran kesehatan masyarakat dalam menghadapi DBD ini merupakan hal yang penting dalam menanangani virus dengue (DBD). Bukan hanya peran kesehatan masyarakat saja, melainkan masyarakat juga harus ikut andil atau peran dalam menangani dan memberantaskan virus dengue tersebut. Yaitu peran orang tua dalam upaya pemberantasan penyakit DBD. Ibu memilikki peran penting dalam pencegahan penyakit, termasuk demam berdarah. Hal tersebut karena ibu dapat mengkoordinasi ekonomi, emosi, kesehatan, kebutuhan hidup, suasana hati, dan lain sebagainya. Ibu juga paling berperan dalam melakukan berbagai tindakan pengobatan dan perawatan ketika anak menderita DBD.
   Perlu ditentukan tingkat pengetahuan dan perilaku ibu dalam mencegah penyakit demam berdarah, sehingga dapat menurunkan kejadian demam berdarah pada anak. Dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pencegahan demam berdarah, kesehatan masyarakat harus bekerja sama dengan masyarakat dalam rangka meningkatkan upaya kesehatan. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan melakukan kegiatan penyuluhan yang dimana menginformasikan serta mengedukasi masyarakat yang masih memiliki perilaku kurangnya pengetahuan tentang pencegahan demam berdarah. Dalam memberikan informasi, tenaga kesehatan masyarakat harus memperlakukan sasaran dengan sopan, baik,  ramah, serta menghargai keadaan atau latar belakang sasaran sehingga masyarakat mengerti terkait penyuluhan yang diberikan khususnya pencegahan demam berdarah. Bukan hanya seorang ibu, tapi ayah juga turut berperan dalam keluarga sebagai pelindung, pendidik, tokoh yang tegas, memberi rasa aman, dan lain sebagainya. Oleh karena itu peran masyarakat yaitu ayah dan ibu serta tenaga kesehatan masyarakat perlu di kolaborasikan dalam penanganan dan pemberantasan DBD.
KATA KUNCI : Edukasi, Kesehatan, Kolaborasi, Penyakit, Peran.
DAFTAR PUSTAKA
Mahardika, I. G. W. K., dkk., 2023. Hubungan  Pengetahuan Ibu dan Perilaku         Pencegahan DBD Pada Anak Usia Sekolah Di Desa Tegallinggah. Ejournal.itekes, 7(1), pp. 51-57.
Wowor, R., 2017. Pengaruh Kesehatan Lingkungan Terhadap Perubahan Epidemiologi Demam Berdarah di Indonesia. Jurnal e-clinic, 5(2), pp. 105-113.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H