"Murid sekarang beda dengan murid dulu, kalau murid dulu itu takut sama gurunya, kalau jumpa di jalannya biasa sembunyi ataupun menghindar. Kalau murid sekarang.... bla..bla..." akan ada satu momen di ruang kantor guru, di sekolah manapun itu yang akan membandingkan perilaku siswa pada zamannya dengan siswa zaman sekarang.
Mengutip dari kalimat pak Bukik Setiawan ketua yayasan guru belajar yang mengatakan bahwa "Siswa tidak akan belajar dari guru yang tidak disukainya."
Perubahan perilaku itu memang nyata. Era globalisasi mungkin menjadi salah satu penyebabnya. Keterbukaan informasi membuat para siswa lebih memperhatikan perbedaan pola belajar di berbagai negara dan perubahan memang harus dilakukan untuk menyelaraskan laju zaman dengan dunia pendidikan di Negera kita.
Seperti yang kita ketahui bersama, saat ini hubungan guru dan siswa bukan lagi sebagai "pemberi ilmu" dan "pencari ilmu" melainkan sebagai rekanan dalam proses pembelajar. Bahwa peran guru mengalami pergeseran dari "pemberi ilmu" menjadi seorang fasilitator dalam kegiatan pembelajaran.Â
Kegiatan belajar dan mengajar juga mengalami pergeseran nilai, jika dahulu kelas dinilai baik dari ketenangan siswanya saat belajar namun sekarang kelas memiliki nilai baik jika terjadi interaksi yang dinamis antara guru dan para siswanya
Dengan perubahan itu maka, 'GURU KILLER' pada sekarang ini adalah panggilan yang mesti di hindari setiap guru.Â
Kenapa?
Karena sekarang guru bukan seseorang yang perlu ditakuti, guru harus bisa menjadi "teman bagi siswa. Karena siswa sekarang memiliki pintu informasi yang sama dengan guru, mereka bisa mendapatkan ilmu dari mana pun.Â
Maka mereka tidak memerlukan guru sebagai "pemberi ilmu" mereka membutuhkan guru yang mampu menjadi fasilitator mereka untuk berkembang dengan ilmu yang ada.Â
Nah, untuk menjadi seorang fasilitator yang baik, maka guru harus memiliki ikatan kedekatan (disukai) siswa agar mengetahui minat dan bakat para siswanya.Â
Apa yang harus dilakukan guru agar memiliki ikatan kedekatan (disukai) siswa?
Menjadi guru yang disukai tak harus menutup mata terhadap kesalahan mereka. Menjadi guru yang disukai tak harus menjadikan kita mengiyakan semua perilaku mereka yang tak sesuai. dan tak perlu menjelekkan rekan guru lain agar terlihat baik didepan siswa.