Indonesia dan seni, dua kata tersebut tidak dapat dipisahkan. Negara kita memiliki banyak sekali jenis karya seni yang lahir dari keberagaman. Sebagai negara yang majemuk, Indonesia memiliki kekayaan budaya dalam bentuk suku, agama, bahasa, dan tradisi. Namun, tak jarang juga diversitas ini juga dapat menimbulkan konflik. Apalagi di zaman sekarang di mana segala macam informasi tersebar secara pesat, satu kata negatif dapat menimbulkan efek domino yang buruk di masyarakat, dan generasi sekarang sangatlah retan terkena dampak tersebut.
  Generasi sekarang tumbuh di era digital yang sangat terhubung secara global. Sikap mereka terhadap diversitas umumnya sangat dipengaruhi oleh paparan terhadap berbagai media sosial. Contohnya seperti Instagram, TikTok, YouTube, dan Pinterest. Platform media sosial tersebut memainkan peran besar dalam membentuk pola pikir mereka, baik secara positif maupun negatif. Itulah mengapa, pemahaman soal toleransi dalam diversitas sangat penting pada generasi sekarang.
  Beberapa waktu lalu, lebih tepatnya pada Hari Jumat, 15 November 2024, saya bersama rekan sekelompok saya dari Universitas Negeri Malang mengunjungi SD Lab UM untuk melakukan program aksi nyata dalam rangka mensosialisasikan topik toleransi dalam diversitas. Acara ini diampu oleh dosen pembimbing MKU PKN kami, yaitu bapak Dr. Novika Adi Wibowo, S. Pd., M. Pd.Â
Lalu, Kelompok saya beranggotakan enam orang, antara lain sebagai berikut:
 1. Raffa Alvaro Setyoaji Koesoemawinata Martin (Ketua Pelaksana)
2. Rakha Aulia Hafizhurrahman (Wakil Ketua)
3. Keysya Tiara Aninditha Hariwondo  (Divisi Penalaran)
4. Mohammad Aryo Pamungkas (Divisi Penalaran)
5. Ravi Nur Aziz Ilyasa (Divisi Pubdok)
6. Ahmad Adil Nugroho Darojat (Divisi Artdes)