Ku dengan bunga yang baru kau pun dengan bunga yang baru, sama sama terbang ke atas namun dengan jalur yang berbeda rasanya senang, sekali. Sepertinya..?
Lama kelamaan dengan yang baru aku merasa curang, kepadamu. Ku kira akan bahagia faktanya menjadi sengsara, ku kira akan ramai faktanya hampa, bingung. Rasanya ingin usaha untuk berpaling darimu tapi kata 'ia' tetaplah bersamamu walaupun hanya ku lihat dari jauh tak ku tampakkan seujung hidung pun
Entah apakah aku yang terlalu berharap atau memang realitanya sesakit ini? Nanti jelaskan padaku, kalau kau bisa. Tampaknya kau senang entah iya apa tidak, jelaskan lah nanti tapi jika kau punya waktu, apakah iya kali ini aku menganggumu?
Lalu pergi kemana sosokmu yang dulu? Sudah hilang dengan sendirinya atau kau lenyapkan? Aku bingung kali ini aku akan berkelana ke mana lagi? Ke rumah mana lagi? Atau ke diri mana lagi? Padahal sudah ku usahakan untuk tidak melepas genggamanmu, tapi bagaimana lagi? Katanya air sudah menjadi bubur
Kini yang tersisa hanya rasa takut akan kehilangan, bukan lagi rasa sayang dan tak rela, apa mungkin aku saja yang terlalu banyak berandai andai? Apakah kau masih mengenggamku atau tidak? Apakah kau masih di sisiku sekarang atau tidak?
Tapi walaupun jawabannya masih, apakah aku harus menunggumu lagi? Entah harus ku korban kan diriku lagi atau tidak. Katamu kamu juga letih menunggu "aku juga letih menunggu waktu datang" mau bagaimana lagi? Apakah harus disepakati sekarang? Iya atau tidak.
Namun kalau kau senang yang lainnya akan ku simpan sendiri, ke dalam memori yang tak pernah orang lain sentuh. Untuk saat ini cukup aku saja yang tau, karena aku takut seandainya jika kau tau. Rasanya malah kamu yang berkorban untukku. rasa dikasihani. Aku takut itu
Andai saja jika aku yang mengendalikan waktu, sudah ku buang jauh jauh hari itu, agar kita bisa bersama, sampai tak tau kapan, sampai aku muak sendiri mungkin? Kini kesimpulannya akan ku rebahkan kembali tubuhku hingga waktu itu datang sendiri, entah kapan, entah kapan waktu kita bertemu kembali akan datang. Terimakasih untuk segalanya anugerah ku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H