Dalam dunia yang bergerak begitu dinamis dan cepat seperti saat ini, setiap orang membutuhkan cara yang tepat dan efektif untuk mencapai apa yang diinginkan. Terutama bagi mereka yang menduduki posisi-posisi penting dalam sebuah organisasi, posisi dimana di pundaknya lah maju mundurnya organisasi ditentukan.
Namun sayangnya, tak sedikit leader yang gagal mendapatkan cara yang tepat dan efektif, sehingga karena dianggap kurang layak, harus tersingkir dari posisinya, dan digantikan orang lain. Mengapa ini terjadi?
Berhasil tidaknya seorang pemimpin (leader) mengemban tugas dan tanggung jawab, sangat dipengaruhi oleh orang-orang di sekitarnya, terutama yang berada dalam teamwork-nya. Jika tim ini bekerja efektif, target besar pun dapat diraih dengan mudah. Jika tidak, tentu saja sebaliknya.
Survey Galup menyebutkan, umumnya hanya 17% pegawai di sebuah perusahaan yang punya rasa memiliki terhadap perusahaan dimana dia bekerja (engaged), 63% sebaliknya tidak punya rasa memiliki (disengagement). Dan sisanya, 20%, aktif mencari celah untuk dapat merusak perusahaan dari dalam (actively disengaged) akibat tidak puas pada kebijakan perusahaan, karena diperalat competitor, atau juga karena kepentingan pribadinya. Setelah melihat survey tadi muncul pertanyaan penting lainnya, “berapa persen jumlah karyawan Anda yang “engaged” terhadap perusahaan tempatnya bekerja saat ini?”
Tim yang baik adalah tim yang setiap individu di dalamnya dapat bertindak dan bergerak untuk tujuan yang sama, yakni target yang hendak dicapai. Mereka memiliki motivasi, semangat, loyalitas, dan dedikasi yang diikat oleh komitmen yang kuat dan tak teringkari. Membentuk tim seperti ini tentu saja tak mudah, karena tim terdiri dari beberapa individu, dan setiap individu memiliki karakter, latar belakang kehidupan dan sosial, serta mindset (pola fikir) yang berbeda-beda. Pemimpin harus dapat menyatukan semuanya agar hanya ada satu pola fikir, kepentingan, dan keinginan. Jika Anda ingin tahu caranya, saya berikan tips dan triknya. Ini dia;.
1. Jadilah Quality Implementation (QI) Leader
QI Leader adalah pemimpin yang mampu membawa timnya mencapai potensi maksimal dengan menciptakan budaya implementasi atas peraturan dan kebijakan yang dibuat, secara berkualitas. Untuk menjadi pemimpin seperti ini, Anda harus memiliki karakter yang kuat dan stabil, kompeten, dan memiliki kepedulian terhadap anggota tim Anda. Selain itu, sebaiknya Anda juga tidak kekeringan ide untuk mencapai target, sehingga jika tim Anda tak tahu apa yang harus dilakukan, Anda dapat memberinya jalan, dan membiarkannya meneruskan jalan itu hingga tiba di tujuan. Anda juga harus dapat menyelaraskan semua perbedaan yang ada, sehingga di tim hanya ada satu kepentingan dan keinginan, yakni mencapai target.
2. Set Very Attractive Goals (VAG)
Buat target yang jelas, signifikan, dan relevan, tapi juga dapat menarik minat dan antusias orang-orang di dalam dan di luar tim. Target yang jelas adalah target yang dibuat secara detil, sehingga setiap individu dalam tim tahu apa yang harus dia lakukan untuk mencapainya. Analoginya adalah, jika Anda menargetkan anggota tim ke rumah si A di Bandung, target ini belum jelas, karena Bandung sebuah kota, dan sebuah kota terdiri dari kecamatan dan kelurahan. Anda harus mendetilkan target tersebut menjadi; anggota tim pergi ke rumah si A di kelurahan B dan kecamatan C, RT sekian dan RW sekian, dan nomor rumahnya sekian.
Untuk tahu apakah target itu signifikan atau tidak, Anda bisa mengkaji bagaimana impact-nya terhadap perusahaan jika target dikejar. Jika impact tersebut minim, sebaiknya cari target lain.
Bagaimana cara mengetahui apakah target itu relevan atau tidak? Mudah. Fahami kondisi terkini iklim dunia usaha saat ini, ketahui apa saja kebutuhan konsumen Anda, dan yang terkait lainnya. Hindari target yang ‘tidak berpijak di bumi’, karena hanya akan menjadikan diri Anda laksana sedang bermimpi.
Jika Anda ingin target Anda diminati orang-orang di dalam dan di luar tim, hendaknya jangan menetapkan target sendiri. Anda cukup melemparkan gagasan tentang apa yang ingin Anda capai, dan biarkan anggota tim memberikan masukan-masukan, lalu diskusikan. Target yang digagas bersama akan menjadi ‘barang’ milik bersama. Sebaliknya, jika target tersebut Anda ciptakan sendiri, tim mungkin merasa itu target Anda, dan mereka tak bergairah untuk mencapainya. Apalagi jika target itu ternyata tidak sreg buat mereka.
3. Priority of Key Drivers
Key driver adalah penyebab/faktor utama yang dapat mendorong tercapainya VAG. Anda dapat menemukan key drivers dengan cara mengetahui penyebab utama keberhasilan Anda atau orang lain, dalam mencapai target sejenis pada masa lalu, dan menggunakannya untuk mencapai target Anda yang kali ini. Key drivers juga dapat Anda temukan dengan menganalisa sumber penghambat utama yang sering membuat Anda kesulitan mencapai goal, dan apa sajakah kebutuhan konsumen Anda. Jika key drivers telah ditemukan, jadikan pedoman utama untuk mencapai goal, karena ini merupakan kunci yang membantu Anda mencapai target.
4. Build Share-Learn-Act (SLA) Culture
Tak ada yang mudah di dunia ini. Meski tujuan telah jelas, signifikan, dan relevan, tak ada jaminan target dapat dicapai dengan mulus, karena jalanan pun tak selalu lurus, selalu saja ada kelokan dan jalan yang menurun atau menanjak. Karenanya tumbuhkan SLA Culture yaitu budaya berbagi-belajar-bertindak, sehingga dengan begitu anggota tim yang kesulitan menunaikan tugas yang diemban untuk mencapai goal, dapat terbantu oleh yang telah sukses. Menumbuhkan budaya ini juga berarti memperkuat kebersamaan, sehingga anggota tim akan kian kompak dan semua berfokus pada tindakan efektif untuk mencapai tujuan utama organisasi.
5. Create Sustainability Circle
Tim Anda telah solid dan dapat diandalkan, sehingga target tercapai dengan sukses? Jangan mengeluh, karena masih ada lagi satu tugas Anda. Yakni menjaga kekompakan tersebut agar berkesinambungan, sehingga target-target Anda selanjutnya tetap dapat dicapai. Tugas Anda kali ini hanya menghargai kerja keras anggota tim dengan memberinya reward system (penghargaan) yang pantas. Beri mereka pernghargaan yang sesuai, penghargaan (reward) dapat berupa financial seperti bonus, promosi dan lain sebagainya maupun non-finansial seperti pujian dan pengakuan, kesempatan belajar, penghormatan individu yang sepantasnya, perhatian yang proporsional sebagai atasan dan lain sebagainya.
Hasil akhir yang berkualitas, dimulai dengan implementasi yang berkwalitas (QI), Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H