Mohon tunggu...
Kevin Julianto
Kevin Julianto Mohon Tunggu... Administrasi - Writer. Banker. Announcer.

A Passion Worker.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Eropa Aja Bank-nya Syariah

25 Februari 2014   13:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:29 1181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Universal Market share untuk pebankan syariah di Indonesia masih sedikit. Hanya sekitar 5 persen dari pangsa pasar perbankan nasional. Padahal, di Inggris perbankan syariah sudah menjadi mega proyek dan menyediakan program studi khusus ‘Ekonomi Syariah' untuk strata 1 dan strata 2, tepatnya di The Oxford Centre for Islamic Studies dan Universitas Newcastle. Di Eropa, bank berbasis syariah sudah mulai dikembangkan. Disana tidak dipermasalahkan sistem ekonomi syariah berasal dari agama mana. Bahkan di Eropa dari mulai jajaran eksekutif, administrasi, staff, customer service hampir 95 % semuanya non muslim. Sebenarnya ini menunjukkan sistem perbankan syariah adalah universal. Nilai-nilainya diakui oleh semua agama, oleh semua ras di seluruh dunia.

[caption id="attachment_313702" align="aligncenter" width="495" caption="Islamic Bank Of London source : ummid.com"][/caption]

Pada prinsipnya syariah adalah saling tolong menolong, saling menguntungkan. Tentu bank perlu adanya pemasukan untuk mampu terus beroperasi dan berkembang. Nasabah juga perlu memiliki sistem yang menguntungkan mereka, tidak sekedar menguntungkan, juga tepat caranya. Maka, tidak heran kalau banyak lembaga keuangan yang masih mendompleng nama syariah meski belum syariah. Cirinya, ya sama saja dengan konvensional hanya menang di istilah saja, bahkan tidak lebih menguntungkan dari perbankan konvensional. Istilah lainnya, justru perbankan konvensional lebih ‘syariah’ dari perbankan syariah itu sendiri. Kenapa? Karena bank konvensional justru lebih ‘menolong’  para nasabahnya.

Memperluas Market Share

Pendekatan untuk menarik calon customer, dan memperbesar market share perbankan syariah perlu adanya penetrasi pasar yang tidak melulu menggunakan dogma agama. Agama kerap digunakan untuk menakut-nakuti. Rasanya ini kurang bijak. Agama cukup menjadi akibat logis. Maksudnya customer semestinya mengatakan ‘Oh iya ya, ternyata perbankan syariah itu menguntungkan ya, nyaman ya, menyenangkan ya’. Sampai akhirnya customer membenarkan ‘Oh sebuah sistem perbankan syariah memang tepat ya, berarti sistem ekonomi yang diajarkan islam ternyata memang benar ya’. Alih-alih menggunakan pendekatan perbankan konvensional haram lah, riba lah, dosa lah. Padahal apakah perbankan konvensional seratus persen haram? Tidak kan? Bank berbeda dengan rentenir. Belum tentu juga seratus persen itu riba. Maka kurang bijak mengasosiasikan perbankan konvensional dengan istilah-istilah seperti itu. Pendekatan dengan rival attack seperti itu justru jarang menarik simpati dan memperkuat posisi pesaing, dalam hal ini memperkuat posisi perbankan konvensional.

[caption id="attachment_313703" align="aligncenter" width="485" caption="Layanan Bank Syariah yang Tepat di Indonesia sumber gbgindonesia.com"][/caption]

Beneran Syariah Nggak?

Cukup dengan memperkuat aspek-aspek dalam perbankan syariah seperti transparansi, fokus pada mengembangkan dan membina usaha-usaha kecil dengan memperingan persyaratan, bagi hasil yang adil dan bijak, adanya customer maintanance. Meningkatkan keunggulan-keunggulan perbankan syariah seperti layanan jual beli, layanan bagi hasil, layanan titipan. Perlu benar-benar fokus meningkatkan perceived quality atau kualitas di persepsi calon customer danreality quality atau kualitas sesungguhnya.

Memang masih ada berita-berita bank yang mendompleng nama syariah tapi tidak, bahkan ternyata dalamnya bid’ah seperti beberapa BPR yang ‘abal-abal’ dan korban yang rugi sudah berjatuhan. Justru ini kesempatan, disaat pangsa pasar masih sangat luas, perbankan konvensional sudah cukup jejal, disaat ada bank syariah yang jujur dan transparan akan diserbu oleh calon customer, karena masih langka.

Terakhir, sebenarnya embel-embel ‘syariah’ lahir karena ingin menjadi pembeda atau diferensiasi, agar caloncustomer tahu kalau sistem yang digunakan syariah. Maka semestinya istilah syariah hadir luar dalam. Label syariah dalamnya harus syariah. Meski, tidak wajib sebenarnya menggunakan istilah syariah kalau operasionalnya ternyata sangat syariah.

Syariah Tanpa Label Syariah : Grameen Bank

Contoh nyata adalah Grameen Bank yang didirikan oleh Muhammad Yunus di Bangladesh. Bank-bank disana ogah memberi bantuan kredit untuk para petani, pedagang kecil, dan warga yang miskin karena mereka tidak bankable khawatir tidak akan membayar cicilan kreditnya. Muhammad Yunus melihat orang-orang itu terjerat dalam kemiskinan ternyata karena pinjaman usaha mereka berasal dari rentenir yang bunganya sangat tinggi. Sehingga margin penjualan mereka sangat tipis karena habis dimakan bunga.  Yunus yang seorang dosen Fakultas Ekonomi di Universitas Chittagong merasa semua teori ekonomi klasik di kampusnya tidak bisa menolong orang-orang yang terjerat dalam kemiskinan. Muhammad Yunus merasa mereka sebenarnya bisa meningkat kesejahteraannya kalau keuntungannya tidak habis oleh rentenir dan bisa dialokasikan untuk ditabung atau untuk pengembangan usaha. Mereka harus diputus dari mata rantai jerat rentenir. Yunus maju dan berani memberikan mereka kredit, tanpa jaminan yang memberatkan, dengan membolehkan nominal pinjaman sangat kecil dengan jangka waktu cicilan relatif lebih lama. Yunus percaya.

[caption id="attachment_313704" align="aligncenter" width="410" caption="source ba475humboldt.blogspot.com"][/caption]

Ternyata orang-orang yang menurut bank lain tidak bankable justru mereka mengembalikan pinjaman, tepat waktu. Sedikit demi sedikit, akhirnya Grameen Bank menjadi bank-nya orang miskin dan berhasil sedikit demi sedikit memberantas kemiskinan. Total kredit yang dikucurkan sudah mencapai lebih dari Rp 108,4 Triliun dan 8,3 juta debitur. Sampai saat ini Grameen Bank sudah memiliki lebih dari 2000 cabang dan sistemnya sudah diikuti oleh lebih dari 100 negara. Muhammad Yunus sendiri tahun 2006 meraih penghargaan Nobel bidang perdamaian.

[caption id="attachment_313705" align="aligncenter" width="450" caption="source conference-yunus.be"][/caption]

Apakah Muhammad Yunus juga meningkat kekayaannya padahal gerakannya adalah ekonomi yang menolong orang miskin? Ya, tentu saja Muhammad Yunus menjelma menjadi bilyuner di dunia. Philantropist also a billionaire. Begitulah ekonomi syariah sejatinya ekonomi yang saling menolong saling mendorong untuk sama-sama maju.

Salam Damai, Wassalamualaikum Wr Wb

@kevin_julianto

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun