Apa sih sawit itu, dan seberapa besar pengaruhnya untuk masa depan Indonesia?
Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman komoditas Perkebunan Indonesia yang sangat berharga, bagaimana tidak, sebab sawit penyumbang devisa (non migas) terbesar bagi Negara. Dilansir dari palmoilina.asia ekspor kelapa sawit dan turunannya mencapai sekitar  USD 40 Miliar atau sekitar Rp 600 triliun pada tahun 2022. Kelapa sawit dapat tumbuh subur di Indonesia merupakan suatu anugerah Yang Maha Kuasa terhadap bangsa ini, karena kelapa sawit merupakan energi masa depan dunia, dimana sawit merupakan energi yang bisa diperbarui.
Kelapa Sawit berperan dalam mencapai Net Zero Emission, salah satunya adalah inovasi rancangan konversi limbah cair kelapa sawit (POME) menjadi energi Listrik dengan memanfaatkan metana yang dapat meningkatkan GRK ke lingkungan, sehingga ini dapat berkontribusi terhadap target Net Zero Emission. Kelapa sawit juga sebagai salah satu komoditas paling potensial dalam pengembangan bahan bakar nabati seperti biodiesel dan bahan bakar biohidrokarbon.
Hal ini menjadikan kelapa sawit sebagai kunci masa depan Indonesia dikarenakan kelapa sawit sendiri merupakan energi masa depan dunia dan Indonesia adalah produsen minyak sawit terbesar di dunia. Bukan hanya berperan dalam mencapai tergat Net Zero Emission akan tetapi juga berperan terhadap penerimaan negara melalui pajak dan ekspor serta berperan dalam penguatan nilai tukar rupiah melalui pendapatan devisa negara dengan ekspor minyak sawit.
Oleh karena itu kelapa sawit harus mendapat perhatian khusus oleh masyarakat dan terkhusus pemerintah, dilansir dari laman resmi BPDP.or.id Sejauh ini kelapa sawit masuk ke dalam proyek strategis Nasional Pembangunan Energi Terbarukan berbasis kelapa sawit yang telah ditetapkan oleh pemerintah dalam RPJMN 2020-2024. Pemerintah melalui Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) yang sekarang menjadi Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) berperan sangat sentral dalam program mandatori biodiesel yaitu program yang mewajibkan pencampuran solar dengan biodiesel berbasis sawit. Peran BPDP mulai dari riset, pemberian fasilitas, dukungan pendanaan, advokasi serta sosialisasi kebijakan. BPDP juga mengadakan beasiswa pendidikan bagi mahasiswa yang tertarik dengan dunia sawit melalui pengolahan dana yang mereka dapatkan dari para pelaku usaha sawit.
Program ini sangat sejalan dengan target Net Zero Emission dimana mandatori biodesel ini sangat ramah lingkungan, secara bertahap di mulai dari tahun 2008, saat itu pencampuran biodiesel berbasis sawit nya hanya 2,5%, hingga pada 23 desember 2019 Presiden Joko Widodo meresmikan penggunaan B30 (30% kandungan bahan bakar nabati). Progam mandatori biodiesel masih terus berlanjut, kini dalam tahap pengembangan B40 dan akan terus dikembangkan untuk mencapai Net Zero Emission.
BPDP bukan hanya berperan dalam targer Net Zero Emission, namun BPDP juga berperan terhadap perekonomian negara, Dilansir dari laman tirto.id Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementrian keuangan mencatat kontribusi sektor kelapa sawit pada APBN mencapai Rp 88,7 triliun pada tahun 2023 dengan rincian dari Pajak 50,2 triliun, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) 32,4 triliun dan Bea Keluar (BK) 6,1 triliun.
Maka dari itu kelapa sawit bisa menjadi kunci masa depan indonesia, di masa depan Indonesia bisa saja menjadi negara maju dengan sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia dan potensi energi sawit yang merupakan energi masa depan dunia sehingga dapat selain berkontribusi terhadap penguruan polusi namun juga berdampak ke ekonomi. Kita berharap BPDP dapat terus hadir dalam pengembangan minyak sawit indonesia dengan dukungan seluruh masyarakat Indonesia demi kemajuan bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H