Kita menjelajahi konsep akhlak dalam konteks peran seorang guru. Pengertian akhlak sebagai budi pekerti menuntut seorang guru untuk memiliki perilaku yang positif, yang muncul secara refleks dari hati yang bersih. Pemahaman ini diakui oleh berbagai tokoh, seperti Imam Al-Ghazali, Ibu Maskawaih, dan Ahmad Amin.
Hati sebagai Sumber Akhlak:
Sesuai ajaran Rasul, segala perilaku berasal dari hati. Oleh karena itu, upaya pertama dalam membangun akhlak guru adalah membersihkan hati. Zikir kepada Allah Subhana menjadi pembersih hati yang utama.
Trial dalam Pembentukan Kebiasaan:
Perilaku yang menjadi refleks memerlukan latihan dan trial. Dalam konteks tasawuf, trial menjadi kunci untuk membiasakan akhlak positif. Guru perlu melatih dan membiasakan perilaku yang bersumber dari budi pekerti yang baik.
Hakikat Seorang Guru:
Menurut Imam Al-Ghazali, guru adalah pendidik profesional yang memberikan hal-hal positif, bersifat membangun, dan tidak mengharapkan imbalan kontan. Guru harus memiliki hati yang bersih, tidak riya, dan selalu menyesuaikan perkataan serta perbuatan.
Akhlak Guru yang Harus Dimiliki:
1. Lemah Lembut: Guru harus berperilaku lemah lembut terhadap peserta didik, membangun kedekatan.
2. Penampilan yang Layak: Menjaga penampilan menjadi bagian dari akhlak guru yang baik.
3. Pengganti Orang Tua: Guru harus menunjukkan bahwa mereka adalah pengganti orang tua, memiliki sifat kebapaan dan keibuan.
4. Bertanggung Jawab: Guru harus bertanggung jawab terhadap pekerjaan dan peserta didik.
5. Jiwa Pengabdian dan Dedikasi: Guru harus memiliki dedikasi tinggi terhadap pekerjaan dan peserta didik.
6. Kesetiaan dan Loyalitas: Guru harus setia dan loyal terhadap pekerjaan dan peserta didik.
7. Equality: Menjaga kehormatan dan kesetiakawanan sosial.
8. Kepantasan: Guru harus pantas menjadi seorang guru.
9. Sabar: Sabar menjadi sahabat bagi peserta didik.
10. Rendah Diri: Guru harus rendah diri dalam bersikap.
Membangun karakter guru berakhlakul karimah adalah suatu keharusan. Kemuliaan seorang guru terletak pada akhlaknya, yang menjadi refleksi dari hati yang bersih. Dengan mempraktikkan akhlak yang baik, seorang guru tidak hanya menjadi profesional, tetapi juga berkontribusi positif dalam membentuk generasi penerus yang berakhlakul karimah. Semoga kita semua menjadi calon guru yang tidak hanya berkualitas profesional, tetapi juga memancarkan akhlakul karimah dalam setiap interaksi dengan peserta didik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H