Pengertian prokrastinasiÂ
Prokrastinasi berasal dari bahasa Latin, yaitu "pro", yang berarti "maju", ke depan, lebih menyukai dan "crastinus", yang berarti "besok". Dari asal katanya, prokrastinasi berarti lebih suka mengerjakan besok. Orang yang melakukan prokrastinasi disebut sebagai prokrastinator. Prokrastinasi adalah menunda dengan sengaja kegiatan yang diinginkan walaupun mengetahui bahwa penundaannya dapat menghasilkan dampak buruk.
Ferrari et al (1995) dalam Mariyanti (2012) menyimpulkan bahwa pengertian prokrastinasi dapat dipandang dari berbagai sudut pandang, yaitu (1) prokrastinasi adalah setiap perbuatan untuk menunda mengerjakan tugas tanpa mempermasalahkan tujuan dan alasan penundaan, (2) prokrastinasi sebagai suatu pola perilaku (kebiasaan) yang mengarah kepada trait dan penundaan yang dilakukan sudah merupakan respons yang menetap seseorang dalam menghadapi tugas dan biasanya disertai dengan keyakinan yang irrasional, dan (3) prokrastinasi sebagai suatu trait kepribadian, tidak hanya perilaku menunda tetapi melibatkan struktur mental yang saling terkait.
Di bidang Akademik cukup sering terlihat secara langsung perilaku prokrastinasi di kalangan mahasiswa. Menurut Ferrari et al (1995) dalam Mariyanti (2012), sebagai suatu perilaku penundaan, prokrastinasi akademik dapat termanifestasikan dalam indikator tertentu dan diamati melalui ciri-ciri tertentu berupa :
- Penundaan untuk memulai menyelesaikan tugas yang dihadapi
- Keterlambatan dalam menyelesaikan tugas, karena melakukan hal-hal lain yang tidak dibutuhkan.
- Kesenjangan waktu antara rencana yang ditetapkan dan kinerja aktual
- Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada tugas yang harus dikerjakan (seperti ngobrol, nonton, mendengarkan musik, jalan-jalan, dll)
Jenis-jenis prokrastinasiÂ
Terdapat beberapa jenis prokrastinasi yang dapat terjadi pada seseorang, yaitu (Hadza, 2023):
- Prokrastinasi Aktif
Prokrastinasi aktif adalah kondisi seseorang yang memiliki kemampuan untuk melakukan tugas tepat waktu, tapi mereka sengaja menunda tugasnya untuk fokus pada hal lain yang juga penting
- Prokrastinasi Pasif
Prokrastinasi pasif adalah ketika seseorang tidak sengaja menunda tugasnya, di sisi lain sebenarnya orang itu tidak bermaksud menunda, namun sulit untuk membuat keputusan dengan cepat dan bertindak dengan cepat pula.
Ferrari (1996) membagi prokrastinasi menjadi dua, yakni :
- Functional Procrastination, yaitu penundaan mengerjakan tugas yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap dan akurat.
- Disfunctional Procrastination, yaitu penundaan yang tidak bertujuan, berakibat jelek, dan menimbulkan masalah. Ada dua bentuk prokrastinasi yang disfunctional berdasarkan tujuan mereka melakukan penundaan, yaitu:Â
- Decisional Procrastination, yaitu suatu penundaan dalam mengambil keputusan. Bentuk prokrastinasi ini merupakan sebuah anteseden kognitif dalam menunda untuk memulai melakukan suatu pekerjaan dalam menghadapi situasi yang dipersepsikan penuh stres. Prokrastinasi dilakukan sebagai suatu bentuk coping yang digunakan untuk  menyesuaikan diri dalam perbuatan keputusan pada situasi-situasi yang dipersepsikan penuh stres. Jenis prokrastiansi ini terjadi akibat kegagalan dalam mengidentifikasikan tugas, yang kemudian menimbulkan konflik dalam diri individu sehingga akhirnya seoerang menunda untuk memutuskan masalah.
- Avoidance Procrastination, yaitu suatu penundaan dalam perilaku tampak. Penundaan dilakukan sebagai suatu cara untuk menghindari tugas yang dirasa tidak menyenangkan dan sulit dilakukan. Prokrastinasi dilakukan untuk menghindarai kegagalan dalam menyelesaikan pekerjaan yang akan mendatang. Avoidance procrastination berhubungan dengan tipe self presentation, keinginan untuk menjauhkan diri dari tugas yang menantang dan implusiveness.
Penyebab-penyebab prokrastinasiÂ
Terdapat beberapa penyebab pada timbulnya prokrastinasi dalam diri seseorang, yaitu (Hadza, 2023):
- Faktor internal
Faktor-faktor yang memengaruhi kenapa seseorang suka menunda-nunda pekerjaan bisa berasal dari dalam dirinya, seperti kondisi fisik dan perasaannya. Biasanya orang yang merasa sangat lelah lebih cenderung menunda-nunda pekerjaan, di mana mereka mungkin akan menunda pekerjaan karena khawatir hasilnya tidak akan bagus jika dikerjakan saat lelah. Selain itu, kondisi psikologis dan kepribadian juga dapat memengaruhi kondisi ini. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa orang yang kurang yakin pada kemampuannya sendiri dan merasa bahwa kontrol ada di luar dirinya cenderung lebih suka menunda pekerjaan.
Faktor internal berasa dari psikis, seperti ketidakpahaman mahasiswa mengenai instruksi oleh dosen mengenai tugas-tugas kuliah. Selain itu, mahasiswa tidak menguasai materi kuliah yang diberikan oleh dosen, apalagi jika tidak diberikan feedback mengenai hasil pekerjaan mahasiswa. Sehingga mahasiswa tidak dapat mengerti apakah pekerjaan yang dilakukan benar atau tidak. Yang terakhir adalah rasa malas yang muncul dari dalam individu untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah.
- Faktor eksternal
Faktor ini merujuk pada kondisi sekitar yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang menunda tugasnya. Seperti, orang yang tumbuh dalam lingkungan yang tidak terlalu diawasi cenderung lebih sering menunda-nunda tugas-tugasnya daripada orang yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh dengan pengawasan orang tua.
Kemudian pada faktor eksternal berasal dari luar individu, seperti tugas yang sulit dan tidak sesuai dengan kapasitas individu tersebut untuk mengerjakan. Tidak adanya fasilitas untuk mengerjakan tugas juga menjadi faktor eksternal. Selain itu, waktu pengumpulan tugas yang masih lama, sehingga mahasiswa melakukan prokrastinasi karena jangka pengumpulan yang masih lama membuat mereka bersantai-santai.
Ciri-ciri prokrastinasi
Berikut adalah ciri-ciri seseorang dalam kondisi prokrastinasi (Hadza, 2023):
- Menunda mengerjakan tugas yang diberikan
- Keterlambatan dalam mengerjakan tugas
- Adanya kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja yang aktual
- Memilih untuk mengerjakan kegiatan lain yang dirasa lebih menyenangkan.
Faktor-faktor prokrastinasiÂ
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi seorang individu melakukan prokrastinasi, seperti konsep diri, keyakinan diri, tanggung jawab, kecemasan atau kekhawatiran terhadap feedback yang akan diberikan, kesulitan untuk melakukan pengambilan keputusan, kurangnya tuntutan dari tugas, serta standar yang terlalu tinggi tentang kemampuan individu (Majid, 2017). Selain itu, tingkat motivasi individu juga berpengaruh terhadap adanya perilaku prokrastinasi. Semakin tinggi motivasi, maka semakin rendah kecenderungan untuk melakukan perilaku prokrastinasi. Begitu pula sebaliknya. Semakin rendah motivasi yang dimiliki individu, maka semakin tinggi kecenderungan untuk melakukan perilaku prokrastinasi.
Contoh kasusÂ
Sekolah Tinggi Keperawatan Bina Usada Bali merupakan salah satu perguruan tinggi di Bali yang memiliki standar hasil lulusan dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,00 dengan masa studi selama empat tahun. Namun, pada kenyataannya, masih ada mahasiswa yang belum dapat menyelesaikan studi S-I tepat waktu dan lulus lebih dari empat tahun. Bagi sebagian mahasiswa, menulis skripsi merupakan hal yang menakutkan dan dianggap sebagai pekerjaan yang berat. Beberapa mahasiswa yang berhasil diwawancarai mengatakan bahwa penyebab lamanya waktu penulisan skripsi adalah lemahnya kemampuan manajemen waktu sehingga terjadi perilaku menunda-nunda penyusunan skripsi dan lemahnya kemampuan menulis karya ilmiah sehingga frekuensi bimbingan dengan dosen pembimbing sangat minim.
Kondisi Prokrastinasi dapat dilihat dari kebiasaan dalam penulisan skripsi mahasiswa keperawatan kelas VIII. Diketahui sebanyak 24 mahasiswa (34,4%) berada pada kategori rendah, 34 mahasiswa (48,6%) berada pada kategori sedang, dan 12 (17,1%) mahasiswa lainnya berada pada kategori tinggi. Penyebab mahasiswa memiliki kecenderungan prokrastinasi dalam penulisan skripsi adalah (1) mahasiswa merasa cemas dan takut terhadap kendala dalam penulisan skripsi seperti kurang percaya diri dan selalu menyalahkan diri sendiri ketika terjadi kesalahan dalam pengerjaan skripsi dan (2) mahasiswa menganggap skripsi sebagai tugas yang dapat membuat dirinya merasa tidak nyaman sehingga mencari alasan untuk melakukan kegiatan lain yang dianggap menyenangkan dan menghabiskan waktu untuk hal yang tidak berguna. Kendala lainnya yaitu terkait dengan proses penulisan skripsi seperti (1) menyelesaikan tugas-tugas administrasi penunjang proses penulisan skripsi, (2) membaca buku dan jurnal referensi untuk skripsi, (3) penulisan skripsi serta persiapan mental, dan (4) fisik dan penguasaan materi dalam menghadapi ujian proposal. Selain itu, mahasiswa menunda-nunda penulisan tesisnya karena tidak mampu menentukan kapan harus mulai mengerjakan tesisnya dan tidak mampu mengatur berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tesisnya (Gasim, 2016).
Teori-teori ProkrastinasiÂ
- Teori Psikodinamika
Penganut psikodinamik beranggapan bahwa pengalaman masa kanak-kanak akan mempengaruhi perkembangaan proses kognitif seseorang ketika dewasa, terutama trauma. Orang yang pernah mengalami trauma akan suatu tugas tertentu, misalnya gagal menyelesaikan tugas sekolahnya, akan cenderung melakukan prokrastinasi ketika dihadapkan lagi pada suatu tugas yang sama. Dia akan teringat kepada pengalaman kegagalan dan perasaan tidak menyenangkan yang pernah dialami. Oleh sebab itu, orang tersebut akan menunda mengerjakan tugas yang dipersepsikan akan mendatangkan perasaan seperti masa lalu.
- Teori Behavioristik
Penganut psikologi behavioristik beranggapan bahwa perilaku prokrastinasi akademik muncul akibat proses pembelajaran. Seseorang melakukan prokrastinasi akademik karena dia pernah mendapatkan punishment atas perilaku tersebut. Seorang yang pernah merasakan sukses dalam melakukan tugas sekolah dengan melakukan penundaan, cenderung akan mengulangi lagi perbuatannya. Sukses yang pernah dia rasakan akan dijadikan reward untuk mengulangi perilaku yang sama pada masa yang akan datang.
- Teori Kognitif dan Behavioral-Kognitif
Prokrastinasi akademik terjadi karena adanya keyakinan irasional yang dimiliki oleh seseorang. Keyakinan irasional tersebut dapat disebabkan suatu kesalahan dalam mempersepsikan sekolah. Seseorang memandang tugas sebagai sesuatu yang berat dan tidak menyenangkan. Oleh karena itu, seseorang merasa tidak mampu menyelesaikan tugasnya secara memadai sehingga menunda-nunda menyelesaikan tugas tersebut secara memadai