Mohon tunggu...
Kevin Alfiansyah
Kevin Alfiansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa universitas airlangga

Hobi olahraga

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pro Kontra Dampak Vape untuk Kesehatan

16 Juni 2022   13:30 Diperbarui: 16 Juni 2022   16:04 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao


Perbedaan pendapat praktisi kesehatan mengenai dampak vape bagi kesehatan membuat warga bingung.
Mereka pun berharap ada penelitian menyeluruh khususnya di Indonesia, mengenai pandangan soal vape agar tidak menimbulkan bias.
“Ada yang bilang dampak vape untuk kesehatan jauh lebih rendah dibanding rokok."
"Ada yang bilang gak jauh beda. Jadi yang benar seperti apa,” kata Hera, salah satu peserta Gerakan Pencegahan Penyalahgunaan Rokok Elektrik (Gepprek) di Bandung, Kamis (16/1/2020).
Selama ini, sambung Hera, penelitian soal vape yang dikeluarkan kebanyakan bersumber dari luar negeri.
Kondisi tersebut memunculkan keraguan di benak banyak orang, termasuk Hera.

Apalagi, ada pula yang memahami kondisi tubuh orang Indonesia dan lingkungan tempat hidup yang berbeda dari luar negeri, tentu memerlukan pendekatan yang berbeda.

Pendiri dan Ketua Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP) Prof Ahmad Syawqie Yazid mengatakan, berdasarkan hasil penelitian dia, efek vape ada di bawah rokok.
Kesimpulan itu dia ambil dari penelitian kecil dengan mengambil sampel dari 50 orang.
Sementara itu, mengenai dampak vape bagi perokok pasif, Syawqie mengatakan, berdasarkan penelitian tahun 2012, diungkap bahwa dampak dari uap yang ada di ruangan amat minimal.

Posisi vape atau rokok elektrik di masyarakat Indonesia masih kontroversial. Demikian pula di mata para ahli, masih banyak perdebatan antara sisi positif dan negatif dari vape terutama dalam upaya berhenti merokok.
Dari sisi bahayanya, disampaikan oleh Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, dr. Agus Dwi Susanto Sp.P(K), menyatakan vape sama bahayanya dengan rokok konvensional.
“Artinya, kalau dilihat dari kandungan nikotin secara konsentrasinya, mungkin satu hirupan lebih rendah dari rokok tembakau. Kemudian dalam rokok elektrik diakui tidak ada tar," jelas Agus saat dihubungi Kompas.com via telepon pada hari Kamis (18/10/2018).
Dia melanjutkan, tapi di dalam vape terkandung bahan berbahaya, seperti nikotin dan bahan-bahan karsinogen lain seperti formaldehyde. Karsinogen dalam hal ini menjadi zat yang cukup berbahaya sebagai penyebab kanker.

Di sisi lain, terdapat juga penelitian yang menganggap vape lebih baik dari rokok biasa. Hal ini disampaikan Dr. drg. Amaliya, MSc., PhD, Peneliti Fakultas Kedokteran Gigi dari Universitas Padjadjaran.
Dia menyatakan bahwa risiko bahaya yang ditimbulkan rokok elektrik 95 persen lebih rendah daripada yang ditimbulkan oleh rokok tembakau.
“Kalau kita bandingkan vape dengan rokok, ada lebih dari 400 zat beracun di dalam rokok konvensional. Sementara pada rokok elektrik, memang ada beberapa zat beracun yang ditemukan pada rokok tembakau yang dibakar, seperti formaldehyde, tapi kandungannya sedikit sekali, masih di bawah ambang batas normal,” jelas Amaliya, saat ditemui ada Rabu (17/10/2018) di Jakarta.

Dalam sebuah penelitian pada tahun 2017, Amalia mengkaji perubahan sel yang melapisi permukaan pipi bagian dalam rongga mulut tiga kelompok sampel utama, yakni kelompok perokok aktif, pengguna rokok elektrik dan non perokok.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perokok memiliki jumlah inti sel kecil (mikronukleus) dalam kategori tinggi, yakni sebanyak 147.1, sedangkan pengguna rokok elektrik dan non perokok masuk dalam kategori normal, yakni berkisar pada angka 70-80. Menurut penelitian tersebut, banyaknya jumlah inti sel kecil merupakan tanda bahwa telah terjadi pembelahan sel yang tidak normal.

Dalam kondisi normal, sel-sel yang terdapat dalam rongga mulut akan terus membelah dan memperbaiki diri. Namun, di rongga mulut perokok aktif, proses pembelahan tersebut menjadi kacau. Vape juga sering dianggap tidak berbahaya atau memiliki konsentrasi bahaya yang lebih rendah dari rokok konvensional.

Jadi kesimpulannya adalah Jalan yang terbaik adalah dengan tidak mengonsumsi keduanya. Karena kita juga melihat bahwa vape memiliki efek jangka panjang. Berhenti dari keduanya adalah jalan yang paling baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun