Akhirnya, sesuai prediksi tahun lalu kejadian juga. Semenjak munculnya BBM jenis baru yang dikeluarkan Pertamina ini saya sudah menduga akan menggantikan posisi Premium yang saat ini masih tercatat sebagai bahan bakar subsidi. Pertalite yang muncul dengan RON dan harga yang serba tanggung ini, posisinya berada di antara Premium dan Pertamax.Â
Bagi saya peluncuran produk terbaru dari Pertamina ini sudah jelas tercium akan menggantikan Premium namun tidak dalam waktu dekat, karena sudah pasti jika Premium langsung diberhentikan akan memicu kericuhan yang luar biasa di kalangan masyarakat.
Jika ada yang masih ingat, langkah ini persis ketika Pertamax secara bertahap menggantikan posisi Premix RON 90 pada saat itu. Walaupun pada saat itu kehadiran Premix (Premium-Mixture) yang artinya bahan bakar Premium yang dicampur octane booster akhirnya dilarang karena campurannya mencemari air tanah. Tetapi proses pergantiannya tidak akan menimbulkan keriuhan karena Premix memang lebih sering digunakan di kalangan atas.
Khusus Pertalite ini Pertamina sudah seharusnya lebih hati-hati mengeluarkan kebijakan, Anda bisa bayangkan jika tiba-tiba Premium dihapuskan? Mulai dari kalangan ekstra bawah hingga kalangan menengah yang ogah menggunakan Pertamax mungkin bakalan meluncurkan gelombang protes yang luar biasa, apalagi bisa-bisa sampai dikaitkan dengan urusan politis. Salawi! Presiden Jokowi bisa-bisa diminta mesti turun dari kursi RI1 gara-gara kebijakan ini.
Tiga hari ini saya menemukannya di tiga SPBU yang berbeda, rata-rata SPBU yang menerapkan aturan ini berstatus CODO dan DODO yang berarti milik swasta bukan pemerintah. Dua dari dari SPBU yang saya temukan tidak memberitahukan jika tidak lagi menjual Premium sebagi deretan produk yang dijual, satu yang saya temukan dengan papan pemberitahuan yang cukup mendominasi SPBU, di papan tersebut tertera informasi jika mulai dari 14 Agustus 2016, SPBU ini tidak lagi menjual premium.
Saya prediksi memang kebijakan ini baru dilakukan beberapa SPBU saja, bertahap tapi pasti akan ada yang mengekornya. Mungkin saja SPBU yang dimiliki Pemerintah juga akan memberlakukan kebijakan yang sama, namun senyap tanpa informasi.
Kehadiran Pertalite ini memang seakan diset sebagai bentuk edukasi Pertamina kepada masyarakat, sudah seharusnya masyarakat menggunakan bahan bakar dengan kualitas yang lebih baik. Pertalite juga sebagai bentuk transisi untuk masyarakat yang tadinya lebih memilih untuk menggunakan bahan bakar bersubsidi untuk beralih menggunakan bensin non-subsidi.Â
Dan rencana ini memang cukup sukses, beberapa orang mulai beralih menggunakan Pertalite. Selain itu rencana peralihan ini jika terbukti sukses besar tentu akan sangat menguntungkan Pertamina karena beban yang harus disubsidi akan semakin berkurang, semua orang akan beralih menggunakan bahan bakar non-subsidi.
Bagi saya memang sudah saatnya kota-kota besar seperti Jakarta sudah tidak lagi layak dimanjakan dengan segala apapun yang murah, termasuk BBM. Akan lebih bijak, jika dana subsidi yang ada di kota-kota besar di Indonesia dialihkan ke daerah terpencil lainnya yang masih membutuhkan BBM dengan harga yang lebih murah untuk menunjang mobilitas mereka. Malu kan, sudah pendapatan besar tapi masih aja minta didiskon sama pemerintah.
Saya setuju jika Premium dihapuskan, tapi jangan di daerah. Cukup di kota-kota besar saja yang rata-rata pendapatan yang diterima sebenarnya mampu membeli bahan bakar non-subsidi. Biar para pengguna mobil LCGC yang sudah dihimbau menggunakan Pertamax malah bandel tetap memilih Premium. Gitu.
---