Mohon tunggu...
Kevinalegion
Kevinalegion Mohon Tunggu... Wiraswasta - Full Time Family Man

Get along between Family and Food!

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Kebut-kebutan di Bis Jakarta-Jepara (2)

17 April 2016   11:58 Diperbarui: 28 April 2016   16:22 3545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hanya dua kali ambil penumpang di Terminal Lembang dan Cikarang, bis langsung menuju Cikampek Palimanan. Ada yang cukup unik, dan pengalaman pertama kali saya naik bis AKAP, ternyata bis AKAP ini penggila memang benar-benar "gila". Hingga saat ini pun saya masih bertanya-tanya bagaimana bisa mereka bisa se-fanatik ini. Sepanjang perjalanan di beberapa titik tertentu, bis yang saya tumpangi ini bagaikan selebriti. Di setiap rest area dan beberapa spot bis ini selalu jadi objek foto para penggilanya, benar-benar bagaikan selebriti, mulai dari kamera hape sampai kamera professional hadir bagaikan profesi wartawan dan fotografer professional. Intensitasnya yang membuat saya takjub, bukan 1-3 kali tapi mungkin lebih dari 10 kali saya menemui gerombolan ini.

Dan selain gerombolan "fotografer" ini saya juga bertemu kejadian yang cukup mengherankan. Sepanjang perjalanan tol saya sering menemui gerombolan anak-anak yang berkumpul di pinggir tol, sesaat bis kita melewati mereka, mereka serempak memberikan acungan jempol, lalu dibalas supir bis kita dengan membunyikan klakson. Satu kali saya tidak heran, lebih dari 5 kali saya menemui gerombolan ini, akhirnya saya memutuskan untuk bertanya kepada asisten supir.

Mereka menyebutnya "minta telolet",Hahaha, Apaan sih maksudnya saya kira.

Menurut supir dan assitennya, hal ini menjadi rutinitas mereka saat membawa armadanya menelusuri tiap provinsi. Apabila ada gerombolan "telolet" ini, supir wajib membunyikan klaksonnya agar tidak ditimpuki batu oleh gerombolan ini. Sakit saya bilang. Gerombolannya ini masih berusia anak-anak pada umumnya, tapi bisa berlaku anarkis semacam ini. Tapi ya itu, gerombolan ini memang sangat mencintai setiap bis AKAP yang melewati mereka dengan lantunan sangkakala dunia ini.

Hahaha, ada-ada saja. Melalui pengalaman ini juga, saya jadi tahu jika bis memiliki klakson yang berbeda-beda. Makin banyak terompet dan variasi bunyinya, gerombolan "telolet" ini akan semakin ramai bersorak ketika klakson ini dibunyikan. Jika supir hanya sedikit membunyikan klaksonya, mereka kompak teriak "Peeeeliiiittt". Hahaha...

Menurut saya pribadi, hal ini sebenarnya cukup membahayakan. Bukan pada bis, tapi pada pengendara lainnya yang ada di sekitar bis. Kamu pasti tahu bagaimana suara klakson bis, selain besar juga pasti mengagetkan sekitarnya. Bayangkan bis AKAP yang selalu berjalan dengan kecepatan tinggi dan tiba-tiba ada suara klakson yang membuat kaget mobil sekitar dan malah menuju ke arah jalur bis.

Oke skip, masuk menjelang malam setelah makan malam jam 08.00 WIB di daerah Tanjung. Ini baru pengalaman paling dagdigdug, si mbaknya yang lebih suka tidur selama perjalanan ini, sedangkan saya terjaga karena bis AKAP memang memiliki hobi sampingan, iya hobinya balapan di jalan. Berkali-kali P.O Bis satu dengan yang lainnya saling bersalip-salipan, saya yakin bukan ingin mengejar setoran, memang hobi mereka saja. Berkali-kali melihat bis saling pepet nyaris bergesekan, tapi bukannya takut kok saya malah gembira bukan main. Hilang sementara trauma saya soal bis AKAP.

Hasilnya, saya tiba di Kab. Jepara jauh lebih cepat dari perkiraan, sekitar 1.45 dini hari bis sudah memasuki Alun-alun Jepara. Waduh, kecemasan saya soal angkutan menuju Pelabuhan, apa iya ada angkutan di jam orang tidur seperti ini. Lagipula kita juga bingung, karena belum juga memesan homestay untuk sekadar istirahat. Mungkin paham dengan jadwal wisatawan, di Alun-alun Jepara sudah menunggu sekitar 5 tukang ojek dan tukang becak yang sudah paham, setiap wisatawan yang turun di Alun-alun Jepara pasti akan menuju Pelabuhan.

Ojek atau Becak?

Kita pilih becak, hahaha. Saking noraknya mau ngerasain bagaimana naik becak Jawa yang tinggi-tinggi. Tapi jangan kira becak harganya bisa lebih murah dari ojek, kita berdua dikenai tarif yang lumayan saat menuju Pelabuhan, 50 RIBU!

Hahaha, tapi saya sadar diri sih, selain karena memang waktu sudah menuju pagi dan pasti akan sulit mencari transportasi yang tersedia, dan ditambah badan saya yang besar dan barang kita yang cukup banyak, apalagi bapaknya memang sudah cukup tua, bahkan saya sempat menawarkan diri untuk ngegowes, hehehe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun