Begitulah kira-kira latar belakang beliau yang dapat saya paparkan secara singkat, Pak Jokowi. Secara track record, Pak Erick tercatat bersih dari korupsi. Beliau juga bukan berasal dari partai politik, sehingga boleh dikata Pak Erick tidak memiliki kepentingan politis dengan pihak manapun. Dari segi pendidikan, meski pendidikan terakhirnya ialah Master of Business Administration Universitas Nasional California, Amerika Serikat ([caption caption="©gilabola.com"][/caption]1993), setidaknya Pak Erick telah kenyang pengalaman di bidang bisnis dan manajemen olahraga sejak beberapa tahun terakhir. Berbeda dengan Pak Imam yang praktis baru bersentuhan langsung dengan dunia olahraga sejak delapan bulan lalu.
Dari latar belakang serta rekam jejak Pak Imam Nahrawi dan Pak Erick Thohir di atas, saya harap Bapak Jokowi menggunakan mata hati juga nurani Bapak dalam melihatnya. Saya yakin, Bapak pasti mampu memahami perbedaan antara keduanya. Satu hal yang ingin saya sampaikan, dunia olahraga Indonesia sedang berada dalam bayang-bayang keterpurukan. Sebagai contoh, pada SEA Games 2015 di Singapura lalu, kontingen kita hanya menempati posisi lima klasemen akhir medali emas. Masih di ajang yang sama, sepak bola yang merupakan salah satu cabang dengan target tinggi malah pulang tanpa medali menyusul kekalahan 0-5 dari Vietnam di laga perebutan medali perunggu. Belum lagi dengan kisruh para elite yang melanda sejumlah pengurus besar (PB) induk organisasi olahraga di Tanah Air seperti Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PBTI), Ikatan Sport Sepeda Indonesia (ISSI), serta Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI). Adapula kisruh yang langsung melibatkan Bapak Imam, yaitu gonjang-ganjing PSSI dengan Kemenpora. Buntut dari kisruh tersebut, seperti yang sudah Bapak ketahui, adalah pemberian sanksi dari FIFA untuk Indonesia berupa pengucilan dari kegiatan persepakbolaan internasional. Sebagai pecinta olahraga nasional, khususnya sepak bola, saya sedih melihat kondisi yang terjadi saat ini. Tidak ada lagi berita kemenangan tim kesayangan saya Persib Bandung di televisi, atau siaran langsung tim nasional Indonesia yang selalu saya tunggu-tunggu. Kini, saya hanya bisa menunggu dalam ketidakpastian. Dalam ketidakpastian ini, saya berharap Pak Jokowi mengerti apa yang saya sampaikan. Ya, saya memang rakyat biasa. Kartu tanda penduduk pun belum ada karena saya belum genap 17 tahun. Namun, sebagai warga negara yang cinta Indonesia dan peduli akan nasib dunia olahraga nasional, saya merasa perlu untuk mengangkat hal ini. Semoga Bapak mempertimbangkan Erick Thohir sebagai kandidat suksesor Imam Nahrawi di Kabinet Kerja.
Â
Â
Untuk olahraga Indonesia yang lebih baik,
Â
Â
Kevin Agusto
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H