Mohon tunggu...
Ruth Junita Simanjuntak
Ruth Junita Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya pengajar di SD Regina Caeli. Ibu dua anak yang selalu ingin belajar.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Mendidik Karakter Generasi Z

21 November 2024   21:09 Diperbarui: 21 November 2024   21:22 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Negara kita terkenal dengan karakter yang sopan, ramah, serta lemah lembut. Tegur sapa dan bersalaman merupakan pemandangan yang selalu kita temui di keluarga Indonesia. Belum lagi istilah-istilah seperti toleransi, tepo seliro, dan gotong royong yang sudah mendarah daging pada masyarakat kita. Saya ingat ketika saya duduk di Sekolah Dasar, kami akan cepat-cepat menjumpai guru kami hanya sekedar bersalaman dan itu harus mengantri karena semua siswa berebutan untuk bersalaman dengan Bapak atau Ibu guru. Jika ada salah satu teman kami tidak masuk karena sakit, kami pun selalu diajarkan untuk mendoakan dan menjenguknya. Sungguh karakter-karakter tersebut telah dibangun sedari kami kecil. 

Menurut KBBI: Karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Pendidikan karakter sebagai tujuan dari pendidikan nasional tertuang dalam UU nomor 20 Tahun 2003 pada bab 1 pasal 1 ayat 1 tentang sistem pendidikan nasional yang menyebutkan bahwa:"Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara". Proses pendidikan karakter perlu dilakukan sejak dini dan sudah harus dimaksimalkan pada usia sekolah dasar. Potensi yang baik sebenarnya sudah dimiliki manusia sejak lahir, tetapi potensi tersebut harus terus dibina dan dikembangkan melalui sosialisasi baik dari keluarga, sekolah, maupun masyarakat. 

https://www.kompas.com/skola/read/2021/04/17/130000069/jangan-tertukar-ini-pengertian-generasi-x-z-milenial-dan-baby-boomers menjelaskan bahwa Generasi Z adalah generasi yang lahir sekitar tahun 1997 hingga tahun 2000an. Generasi Z adalah generasi yang masih muda dan tidak pernah mengenal kehidupan tanpa teknologi. Generasi Z dikenal sebagai generasi yang mahir tentang hal digital, percaya diri, dan memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi.

Para generasi Z mendapatkan segala kemudahan baik dari teknologi, makanan, jenis permainan, tontonan, dll. Segala kemudahan dan fasilitas lengkap telah mereka dapatkan sejak mereka lahir. Hal ini baik tetapi tidak jarang hal ini juga dapat membentuk karakter peserta didik yang manja, serba instan, dan malas sering kali saya temui. Jika mereka menghadapi sedikit persoalan dalam pembelajaran atau project, dengan cepat mereka mengatakan susah, tidak bisa, atau buat PR saja. Belum lagi, Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang telah meninabobokan mereka selama kurang lebih 2 tahun membuat Pembinaan Karakter di sekolah belum dapat dilakukan secara maksimal. Hal ini menjadikan kami, para guru harus sabar dan memberi motivasi bagi para peserta didik agar tidak mudah menyerah saat menjumpai kesulitan. Berdasarkan penjabaran tersebut, maka SD Regina Caeli memandang perlu untuk menanamkan nilai-nilai karakter yang baik agar tujuan pendidikan nasional yang menciptakan  Profil Pelajar Pancasila tercermin pada peserta didik SD Regina Caeli. Berdasarkan Kemenristek Nomor 009/H/KR/2022 tentang Dimensi, Elemen, dan Sub Elemen Profil Pelajar Pancasila pada Kurikulum Merdeka menjelaskan, profil pelajar Pancasila terdiri dari enam dimensi, yaitu: 1) beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, 2) mandiri, 3) bergotong-royong, 4) berkebinekaan global, 5) bernalar kritis, dan 6) kreatif. Keenam dimensi profil pelajar Pancasila perlu dilihat secara utuh sebagai satu kesatuan agar setiap individu dapat menjadi pelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila. Pendidik perlu mengembangkan keenam dimensi tersebut secara menyeluruh sejak pendidikan anak usia dini. 

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2015 Tentang Penumbuhan Budi Pekerti menjelaskan bahwa:

  1. setiap sekolah seharusnya menjadi tempat yang nyaman dan inspiratif bagi siswa, guru, dan/atau tenaga kependidikan; 

  2. pembiasaan sikap dan perilaku positif di sekolah adalah cerminan dari nilai-nilai Pancasila dan seharusnya menjadi bagian proses belajar dan budaya setiap sekolah; 

  3. pendidikan karakter seharusnya menjadi gerakan bersama yang melibatkan pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, dan/atau orangtua.

Karena pentingnya Pendidikan Karakter di jenjang Sekolah Dasar ini, maka SD Regina Caeli membentuk tim karakter yang bertugas menggondok materi, penilian, serta umpan balik dari Kegiatan Pendidikan Karakter. Program pendidikan karakter dibuat berdasarkan karakteristik siswa SD Regina Caeli. Aspek-aspek Pendidikan Karakter kami fokuskan pada hal-hal berikut:

  1. spiritualitas

  2. peduli diri dan lingkungan

  3. kemandirian 

Adapun kegiatan Pendidikan Karakter di semester satu kami buat dengan menggunakan media video pembelajaran dikarenakan para peserta didik masih melaksanakan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ), setelah anak-anak menonton video barulah mereka menjawab pertanyaan berdasarkan video tersebut. Di akhir minggu tepatnya setiap Jumat, para peserta didik mengisi agenda mengenai hal-hal yang sudah atau yang belum mereka lakukan.

Pada semester dua, kami membuat kembali materi Pendidikan Karakter dengan tema dan kemasan yang berbeda. Adapun tema-tema karakter untuk semester dua ini adalah sebagai berikut:

  1. menghargai antarumat beragama

  2. jujur

  3. disiplin

  4. tekun belajar

  5. kreatif

  6. mandiri

  7. rasa ingin tahu

  8. gemar membaca

  9. tanggung jawab

  10. peduli lingkungan

  11. cinta tanah air

  12. semangat kebangsaan

  13. menghargai prestasi

Tema-tema tersebut dibawakan oleh guru yang telah tim karakter tunjuk, untuk penugasan, para siswa akan menuliskan kembali materi yang telah mereka dapatkan serta mempresentasikan hal-hal apa saja yang telah mereka lakukan berkaitan dengan, materi karakter pada hari itu. Di minggu terakhir, para siswa akan mengisi agenda mengenai hal yang telah dan yang belum mereka lakukan berkenaan dengan materi Pendidikan Karakter pada minggu itu Apakah hal itu sudah dirasa cukup untuk membentuk karakter yang baik bagi peserta didik? Pertanyaan itu belum bisa dijawab ya atau tidak, karena masih banyak Pekerjaan Rumah yang harus dilakukan oleh guru, orang tua, dan peserta didik untuk memiliki karakter yang baik, tentu saja pembelajaran di kelas harus sarat akan nilai-nilai karakter yang baik. Para peserta didik dapat menumbuhkan kecerdasan kognitif, afektif, dan psikomotor karena pengaruh keadaan, salah satu yang memengaruhinya mungkin saja kita sebagai pendidik yang senantiasa menuntun tumbuhnya kecerdasan pikiran murid. Peran orang tua pun tidak kalah pentingnya karena orang tua dan keluarga adalah lembaga pertama yang membentuk karakter peserta didik itu sendiri yang kemudian dititipkan kepada sekolah. Peran kita sebagai guru adalah partner dari orang tua dan merupakan instrumen dalam masyarakat. Kita adalah Role Model dari Pendidikan Karakter itu sendiri. Sebagai guru, kita pun wajib mengembangkan nilai-nilai karakter yang baik Hal-hal yang dapat kita lakukan dalam rangka mendidik karakter siswa Generasi Z adalah sebagai berikut:

  1. berbahasa sopan, lembut, dan dapat dipahami

  2. apa yang diucapkan haruslah dapat kita pertanggung jawabkan (jangan memberi nasihat kepada generasi Z yang kita sendiri belum melakukannya).

  3. dapat menginspirasi siswa, misal ketika mengajar memberikan contoh konkrit, melakukan eksperimen, dan memberikan siswa tanggung jawab.

  4. melek teknologi. Tidak dapat dipungkiri generasi Z sangat tertarik dengan hal-hal berkaitan dengan  teknologi, sehingga sebagai guru kita harus dapat mengimbanginya.

  5. gemar mengeksplorasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

  6. menggali potensi kecerdasan karakter di dalam diri peserta didik.

The great teacher inspires the students. Jangan takut untuk mendidik karakter siswa generasi Z. Dengan nilai-nilai karakter yang baik dari guru mereka, niscaya peserta didik akan meneladani karakter tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

UU nomor 20 Tahun 2003 pada bab 1 pasal 1 ayat 1 tentang sistem pendidikan nasional. 

Kemenristek Nomor 009/H/KR/2022 tentang Dimensi, Elemen, dan Sub Elemen Profil Pelajar Pancasila pada Kurikulum Merdeka.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2015 Tentang Penumbuhan Budi Pekerti.

Internet

https://www.kompas.com/skola/read/2021/04/17/130000069/jangan-tertukar-ini-pengertian-generasi-x-z-milenial-dan-baby-boomers

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun