Negara kita terkenal dengan karakter yang sopan, ramah, serta lemah lembut. Tegur sapa dan bersalaman merupakan pemandangan yang selalu kita temui di keluarga Indonesia. Belum lagi istilah-istilah seperti toleransi, tepo seliro, dan gotong royong yang sudah mendarah daging pada masyarakat kita. Saya ingat ketika saya duduk di Sekolah Dasar, kami akan cepat-cepat menjumpai guru kami hanya sekedar bersalaman dan itu harus mengantri karena semua siswa berebutan untuk bersalaman dengan Bapak atau Ibu guru. Jika ada salah satu teman kami tidak masuk karena sakit, kami pun selalu diajarkan untuk mendoakan dan menjenguknya. Sungguh karakter-karakter tersebut telah dibangun sedari kami kecil.Â
Menurut KBBI: Karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Pendidikan karakter sebagai tujuan dari pendidikan nasional tertuang dalam UU nomor 20 Tahun 2003 pada bab 1 pasal 1 ayat 1 tentang sistem pendidikan nasional yang menyebutkan bahwa:"Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara". Proses pendidikan karakter perlu dilakukan sejak dini dan sudah harus dimaksimalkan pada usia sekolah dasar. Potensi yang baik sebenarnya sudah dimiliki manusia sejak lahir, tetapi potensi tersebut harus terus dibina dan dikembangkan melalui sosialisasi baik dari keluarga, sekolah, maupun masyarakat.Â
https://www.kompas.com/skola/read/2021/04/17/130000069/jangan-tertukar-ini-pengertian-generasi-x-z-milenial-dan-baby-boomers menjelaskan bahwa Generasi Z adalah generasi yang lahir sekitar tahun 1997 hingga tahun 2000an. Generasi Z adalah generasi yang masih muda dan tidak pernah mengenal kehidupan tanpa teknologi. Generasi Z dikenal sebagai generasi yang mahir tentang hal digital, percaya diri, dan memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi.
Para generasi Z mendapatkan segala kemudahan baik dari teknologi, makanan, jenis permainan, tontonan, dll. Segala kemudahan dan fasilitas lengkap telah mereka dapatkan sejak mereka lahir. Hal ini baik tetapi tidak jarang hal ini juga dapat membentuk karakter peserta didik yang manja, serba instan, dan malas sering kali saya temui. Jika mereka menghadapi sedikit persoalan dalam pembelajaran atau project, dengan cepat mereka mengatakan susah, tidak bisa, atau buat PR saja. Belum lagi, Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang telah meninabobokan mereka selama kurang lebih 2 tahun membuat Pembinaan Karakter di sekolah belum dapat dilakukan secara maksimal. Hal ini menjadikan kami, para guru harus sabar dan memberi motivasi bagi para peserta didik agar tidak mudah menyerah saat menjumpai kesulitan. Berdasarkan penjabaran tersebut, maka SD Regina Caeli memandang perlu untuk menanamkan nilai-nilai karakter yang baik agar tujuan pendidikan nasional yang menciptakan  Profil Pelajar Pancasila tercermin pada peserta didik SD Regina Caeli. Berdasarkan Kemenristek Nomor 009/H/KR/2022 tentang Dimensi, Elemen, dan Sub Elemen Profil Pelajar Pancasila pada Kurikulum Merdeka menjelaskan, profil pelajar Pancasila terdiri dari enam dimensi, yaitu: 1) beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, 2) mandiri, 3) bergotong-royong, 4) berkebinekaan global, 5) bernalar kritis, dan 6) kreatif. Keenam dimensi profil pelajar Pancasila perlu dilihat secara utuh sebagai satu kesatuan agar setiap individu dapat menjadi pelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila. Pendidik perlu mengembangkan keenam dimensi tersebut secara menyeluruh sejak pendidikan anak usia dini.Â
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2015 Tentang Penumbuhan Budi Pekerti menjelaskan bahwa:
setiap sekolah seharusnya menjadi tempat yang nyaman dan inspiratif bagi siswa, guru, dan/atau tenaga kependidikan;Â
pembiasaan sikap dan perilaku positif di sekolah adalah cerminan dari nilai-nilai Pancasila dan seharusnya menjadi bagian proses belajar dan budaya setiap sekolah;Â
pendidikan karakter seharusnya menjadi gerakan bersama yang melibatkan pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, dan/atau orangtua.
Karena pentingnya Pendidikan Karakter di jenjang Sekolah Dasar ini, maka SD Regina Caeli membentuk tim karakter yang bertugas menggondok materi, penilian, serta umpan balik dari Kegiatan Pendidikan Karakter. Program pendidikan karakter dibuat berdasarkan karakteristik siswa SD Regina Caeli. Aspek-aspek Pendidikan Karakter kami fokuskan pada hal-hal berikut: