Mohon tunggu...
Ketut Suasti
Ketut Suasti Mohon Tunggu... -

Karyawan Swasta

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Andai Saja Bu Susi Pudjiastuti Ditunjuk Presiden Menjadi Menteri Pariwisata

6 November 2014   00:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:32 1103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Berita mengenai Bu Susi Pudjiastuti, Menteri Kelautan dan Perikanan kini menjadi info yang paling diburu di media di penjuru negeri ini. Sosoknya yang fenomenal, berhasil menciptakan paradigma berbeda dalam memandang pilihan-pilihan hidup serta gaya hidupnya, seperti : latar belakang pendidikan, tato di kakinya, merokok atau hal-hal lain yang jarang dilakukan seorang perempuan Indonesia (yang standar).Namun justru karena keunikannya inilah yang membuatnya menjadi pusaran rasa keingintahuan serta penasaran sebagian orang. Meski ada beberapa kritik yang menimpanya, namun pujian serta dukungan tak sedikit pula didapatnya. Intinya, semakin digali informasi mengenai Bu Susi, semakin terlihat “keindahan” pribadinya yang menjadikannya kini sebagai “Indonesian Idol” baru. Termasuk juga saya, yang sekarang menjadi salah satu penggemarnya.

Sebelum resmi diumumkannya Kabinet Kerja pada hari Minggu, 27 Oktober, saat Bu Susi sempat dipanggil Presiden ke istana negara, media sempat menerka jabatan apa yang akan diberikan kepada Bu Susi, apakah Menteri Kelautan dan Perikanan ataukah Menteri Pariwisata? Jika Bu Susi jadi Menteri Kelautan dan Perikanan, itu pastilah karena keahliannya dibidang itu. Info itu jelas saya dapatkan dari media juga, wong saya gak kenal Bu Susi..(mungkin lebih ke sifat sok tahu saya kali ya…). Namun jika menjadi Menteri Pariwisata…is she the right person in the right place? Saat itu sempat terbersit rasa keraguan di hati ini, apakah Bu Susi mampu meningkatkan performance industri pariwisata yang dikatakan sebagai penyumbang devisa nomor satu terbesar dari sektor non migas di negeri ini? Sebagai insan pariwisata saya sangatlah berharap sosok Menteri Pariwisata dapat memberi angin segar untuk kalangan pelaku pariwisata, terutama di pulau Bali.

Namun kebutaan saya terhadap sosok Bu Susi akhirnya terjawab dengan berbagai informasi di internet yang begitu santer memberitakan keunggulan serta keindahan pribadi Bu Susi. Semakin mengetahui kelebihannya, semakin terbukalah mata saya terhadap Beliau. Diam-diam saya berharap Beliaulah yang dilantik menjadi Menteri Pariwisata. Tanpa mengecilkan arti Menteri Pariwisata yang ada saat ini, sebagai pelaku pariwisata, apakah harapan serta keyakinan saya jika Bu Susi benar-benar dilantik menjadi Menteri Pariwisata?

Moratorium Pembangunan Hotel di Bali

Moratorium atau pembekuan ijin hotel di Bali telah santer diwacanakan dan didengungkan pemerintah sejak beberapa tahun lalu (2009) namun hingga kini peraturan moratorium belum terbit juga sehingga pembangunan hotel dan vila di Bali tetap “merajalela”. Entah hotel atau vila itu berijin resmi, namun kehadiran hotel dan vila baru menjadi suatu bumerang bagi industri perhotelan di Bali yang menyebabkan adanya perang tarif antar hotel. Bali telah kelebihan ketersediaan kamar, sementara jumlah wisatawan yang datang jumlahnya tidak signifikan bertambah sehingga setiap hotel berjuang untuk mendapatkan“kue” hunian kamar. Dengan menurunnya pendapatan hotel, maka menurun pula kesejahteraan karyawannya. Selain kesejahteraan karyawan serta masyarakat pada umumnya, yang menjadi persoalan lain adalah banyaknya lahan subur di Bali yang dialihfungsikan menjadi hotel atau vila, sehingga kekayaan alam Bali kian lama kian menipis. Sektor pertanian menjadi mati suri dan Bali menggantungkan “hidupnya” pada pasokan bahan makanan dari pulau lain.

Entah alasan apa yang menyebabkan moratorium itu hingga kini hanya menjadi wacana tanpa pelaksanaan nyata. Pemerintah sepertinya lebih mengedepankan pendapatan daerah dari sektor pariwisata. Terlebih dalih pemerintah memperluas lapangan kerja baru, yang membuat jumlah pendatang dari luar pulau hingga luar negeri berdatangan sebagai tenaga kerja yang pada akhirnya menambah kepadatan penduduk di pulau ini namun tidak diimbangi dengan daya dukung alam. Sehingga kedepannya, Bali akan mengalami degradasi kualitas lingkungan serta kerusakan alam yang parah. Wacana moratorium ini hanya tinggal wacana.

Jika boleh saya berandai-andai Bu Susi menjadi Menteri Pariwisata, maka saya yakin Bu Susi akan menekan pemerintah daerah Bali untuk benar-benar melaksanakan moratorium itu, atau bahkan mungkin Beliau sendiri yang akan mengeluarkan perintah moratoriumnya. Dengan kesungguhan dan keteguhan hatinya, saya yakin Bu Susi pasti mampu menggebrak jajaran instantsi terkait untuk serius melaksanakannya, sebab hal ini sangat penting buat kelangsungan industri pariwisata Bali dalam jangka panjang, bukan jangka pendek. Pembukaan hotel baru dengan dalih peningkatan pendapatan daerah maupun pembukaan lapangan kerja baru hanyalah bersifat sesaat(jangka pendek), sebab untuk jangka panjangnya jika moratorium tidak dilaksanakan dengan kepatuhan maka industri pariwisata Bali yang mengandalkan alam serta budayanya akan kehabisan “daya jualnya” serta akan menjadi industri yang ditinggalkan.

Penyetopan Rencana Reklamasi di Pantai Tanjung Benoa

Rencana reklamasi pantai Tanjung Benoa yang menuai protes masyarakat Bali di berbagai kalangan sepertinya tidak tanggapan yang serius pada zaman pemerintahan SBY. Protes serta demo yang berkali-kali dilakukan malah ditanggapi dengan keluarnya izin dari Pak SBY (Perpres Nomor 51 tahun 2014.) untuk mereklamasi pantai tersebut! Ini tentu saja sangat melukai hati masyarakat Bali, sebab jika rencana itu benar dilakukan, kerusakan alam Bali dipastikan akan terjadi serta bencana alam di tempat-tempat lain (efek dari reklamasi) akan sangat mungkin terjadi.

Hutan-hutan mangrove sebagai “punggawa” pulau Bali dari terjangan Tsunami pun akan kian menciut jumlahnya. Kelaparan para investor untuk mengkomersialisasi pulau Bali dengan mencaplok alam Bali justru didukung oleh pemerintah SBY.

Jika Bu Susi menjadi Menteri Pariwisata, melihat kecintaan Beliau pada alam serta pengamalannya yang telah dilakukannya secara nyata, terutama perhatiannya yang besar terhadap hutan mangrove, saya yakin Bu Susi akan berdiri di barisan paling depan yang akan berteriak lantang mengenai rencana reklamasi itu. Saya yakin Beliau yang akan menjadi “tameng” apabila tahu ngerinya bahaya Tsunami akibat mengecilnya areal hutan mangrove. Pasti Beliau mengajukan proposal kepada Presiden untuk mencabut Perpres itu.

Merintis Ladang-ladang Pariwisata Baru

Dengan pengalaman Beliau sebagai pengusaha penerbangan di lokasi-lokasi sulit, saya yakin Bu Susi akan membuka ladang-ladang pariwisata baru di semua kepulauan di Indonesia. Bali telah terlalu dieksploitasi untuk kepentingan pariwisata. Sudah saatnya kue pariwisata itu dibagi kepada propinsi-propinsi lain yang juga memiliki potensi pariwisata namun tidak dapat berkembang sebab sulitnya akses ke sana. Pengalaman Bu Susi di industri penerbangan akan sangat berguna untuk membuka pintu pariwisata itu dengan pesawat-pesawat kecil yang sekarang ini keberadaannya sangat terbatas. Bali bisa dipakai sebagai “pintu masuknya” atau “etalase” untuk menarik minat wisatawan ke daerah-daerah tersebut.

Ada banyak hal lagi yang saya yakini pada diri Bu Susi untuk membuat industri pariwisata negeri ini menjadi maju. Meski Bu Susi bukan menjadi Menteri Pariwisata, mudah-mudahan semangat Beliau dapat membuka pikiran dan mata hati birokrat yang terkait pariwisata untuk memajukan industri pariwisata di negeri ini. Terima kasih, Bu Susi atas inspirasi yang ditularkan kepada seluruh masyarakat Indonesia yang mengidolakan Anda (dan terutama saya)!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun