Mohon tunggu...
@ra @rafin
@ra @rafin Mohon Tunggu... -

manusia pembelajar berusaha memahami kerasnya hidup

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Atlit dan Official Para Games Haus Bacaan

18 Desember 2011   14:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:06 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

[caption id="attachment_157132" align="aligncenter" width="300" caption="John P Hongitan, Pelatih Panahan Filipina"][/caption] Gawe besar Solo sebagai tempat diselenggarakannya perhelatan akbar olahraga para difable, ASEAN Para Games ke-6 tahun 2011 membuat saya sangat antusias untuk melihatnya secara langsung. Walau bukan asli orang Solo, saya turut bangga, event Internasional diselenggarakan di Kota yang tengah naik pamor ini. Saya juga mengompori (lebih tepatnya memaksa) kawan-kawan untuk melihat perjuangan para atlit membela bangsanya melalui olahraga. Apalagi, menonton pertandingan ini gratis.

Kami janjian di Stadion R. Maladi atau lebih dikenal dengan Stadion Sriwedari untuk melihat Cabang Panahan. Namanya juga orang Indonesia, kalau janjian banyak yang ngaret. Maka, sembari menunggu saya beli Kompas. Dengan membaca, waktu menunggu pun tak terbuang percuma. Membaca tentu lebih asyik di tempat yang nyaman, dan saya memilih di kursi yang memang disediakan di ruang tunggu.

Saking asyiknya, saya tak menyadari kalau ada orang yang mendekat. Kemudian dia menyapa dengan menggunakan bahasa Inggris. Usut punya usut ternyata, dia adalah Pelatih Panahan dari negara Filipina. Dengan bahasa Inggris ala Indonesia vs Filipina pun kami berbincang ringan. Namanya, John P Hongitan pelatih Bantiloc Agustina yang bertanding di nomor Recurve ARW 2 Female. Ya, Filipina memang hanya menurunkan satu atlet saja di cabang Panahan (archery). Dia bercerita atletnya sudah bertanding dan mendapatkan medali perunggu.

Kemudian dia bertanya, di mana dia bisa mendapatkan koran berbahasa Inggris. Saya jawab saja ada di Toko Buku Gramedia yang lokasinya memang tidak terlalu jauh dari Kompleks Sriwedari. “Oh… there is no English Newspaper here.” Ternyata dia menginginkan koran berbahasa Inggris gratis bagi atlet maupun official. Dia menyayangkan panitia yang tidak menyediakan koran berbahasa Inggris di venue maupun di tempat menginap. Padahal, dia membutuhkan informasi perkembangan para atlit maupun informasi dunia luar termasuk perkembangan negaranya yang sedang ditimpa bencana Badai Washi.

Kemudian dia meminjam Kompas. “I just see the pictures…” ucapnya sembari tersenyum. Benar saja, Hongitan melihat dengan seksama Karikatur Akhir Tahun, Kompas (Minggu, 18/12/2011) sambi senyum dikulum.

Keluhan juga muncul dari atlit angkat berat, yang juga kawan Hongitan. Dia yang sudah bertanding di beberapa negara, membandingkannya dengan negara China. “Mereka selalu menyediakan dua koran, khusus berbahasa China dan bahasa Inggris.”

Saya tidak bisa membayangkan bagaimana menunggu tanpa ada bacaan. Apalagi, mereka cukup lama di Indonesia, dari sebelum tanggal 12 sampai 22 Desember 2011 nanti. Jadwal ketat, akses ke luar dibatasi. Pasti sangat membosankan. Keluhan ini bisa menjadi masukan bagi panitia yang menyelenggarakan event-event internasional untuk mempersiapkanlebih baik. Mungkin terlihat sepele (bagi panitia), tapi hal ini sangat penting karena membaca adalah jendela dunia. []

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun