Mohon tunggu...
@ra @rafin
@ra @rafin Mohon Tunggu... -

manusia pembelajar berusaha memahami kerasnya hidup

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kejutan Salah Sasaran

13 Desember 2011   17:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:21 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_155934" align="alignleft" width="300" caption="ninarahmasari.blogspot.com"][/caption]

Memberi kejutan bagi orang yang dicintai tentu sangat menyenangkan. Butuh tenaga ekstra untuk mempersiapkannya. Belum lagi dengan respons yang mereka berikan, apakah mereka suka atau justru sebaliknya.

Sebenarnya saya bukan tipe romantis, tapi tetap saja ingin memberikan “sesuatu” bagi orang yang disayang. Maka begitu mendekati bulan kelahiran suami, saya sudah mempersiapkan satu kejutan kecil. Yang ada dalam pikiran, tanggal lahir suami saya adalah belasan, tanggal 14 pada bulan-bulan menjelang pergantian tahun. Pada awal bulan saya sudah mempersiapkan rencana, yang menurut saya bakalan sukses.

Sayang, pagi sampai sore suami di rumah. Jadi, persiapan pun ditunda. Begitu dia berangkat kerja pada petang hari, rencana pun dijalankan. Hujan deras dan angin cukup kencang sore sampai petang tak menyurutkan rencana. Anggap saja cuaca yang tak bersahabat ini adalah bagian perjuangan. Ditemani hujan dan suasana gelap akibat listrik padam, saya memacu motor ke toko bakery. Memilih kue tart mini cantik. Lagi-lagi, ada yang kurang. Lilin lidi yang kecil-kecil ternyata tidak ada di bakery.

Saya masih berharap di toko lain ada yang menjualnya. Maka, tetesan air yang turun dari langit tak sedikit pun menyurutkan niat. Satu per satu toko saya datangi, hingga toko keempat tak ada yang menjualnya. Ya, sudahlah belum rezekinya. Tak ada lilin lidi yang kecil, ukuran sedang pun jadi.

Kalau biasanya tidur awal, khusus malam itu, saya nunggu sampai jam 2-an sesuai jadwal suami pulang. Maklum, dia kan kerja di industri surat kabar bagian shift malam. Begitu, dia buka pintu, saya menyongsongnya dengan kue tart sambil ngucapin selamat. Seneng banget ketika melihat dia tersenyum bahagia dengan kejutan ini.

Usai berdoa, dia keheranan, karena reminder di Facebook-nya tidak bekerja sedang wall-nya juga sepi-sepi saja tidak ada ucapan selamat. “Emang ini tanggal berapa?” tanyanya. “Tanggal 14,” jawabku. “Loh, aku kan Ultah-nya tanggal 18,” katanya sambil senyum-senyum. Walhasil malam itu kita ngakak gara-gara kejutan yang salah tanggal ini. Kalau inget kejadian ini, rasanya pengin ketawa terus, romantis plus lucu.

Ya, penyakit “lupa” ini memang kerap menghampiri saya. Mungkin bukan hanya saya tapi banyak yang mengalaminya. Kalau saya “terlalu” ingat akan satu kejadian karena sangat antusias terhadap satu hal, sebaliknya para pejabat yang terkena kasus korupsi, seperti Nunun Nurbaeti yang kena penyakit “lupa” akut, menurut keluarga dan pengacaranya, justru sekuat tenaga berusaha melupakannya. Nunun yang terjerat kasus suap Deputi Gubernur Indonesia Bank Indonesia (DGS BI), dan tersangka kasus korupsi lainnya melakukan berbagai cara melupakan satu kejadian “panas” di masa lalu agar lepas dari jerat hukum. []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun