Assalamualaikum wr wb, Hallo Teman Ketapels salam sehat selalu.
Pandemi di satu sisi, (bagi mimin) mengalirkan banyak pembelajaran. Tentang semangat berusaha, tentang tak mengenal kata menyerah.
Bulan November ini, program #KetapelsLarisinYuk memberi tantangan baru. Yaitu mimin berburu, pedagang keliling (utamanya) yang sudah sepuh atau penyandang disabilitas atau anak-anak. Terhitung empat pedagang sudah mimin temui (seminggu sekali selama November), semuanya seru termasuk pekan ini tak kalah seru.
Sepotong pagi di Kampung Bulak, Cempaka Putih, Ciputat- Tangsel, mimin menenui penjual kerupuk di seberang Masjid Darul Arqom. Tampak aneka jenis krupuk ditampung dalam plastik besar warna hitam, dengan tali ikatan dibiarkan terbuka demi memudahkan calon pembeli melihat barang yang dijual.
Dari kejauhan mimin merasakan ada yang berbeda, si penjual duduk tak bergeser dengan wajah mengarah lurus ke depan. Tak terusik hilir mudik kendaraan, si penjual bergeming dengan posisi mematung. Barulah mimin menyadari kondisi penjual krupuk, setelah berada sekira sepuluh meter dari tempatnya duduk.
Pria dengan tubuh gempal ini, pemilik nama Anton dan penyandang tuna netra . Dari penuturannya mimin dapatkan kabar, bahwa penglihatannya hilang setelah kecelakaan pada tahun 2011. Setelah itu dia terpaksa melepaskan pekerjaannya di daerah Bogor, dan bekerja apa saja untuk menyambung hidup.
Rasanya pengin mimin bisa membantu, tetapi network ke dinsos atau pihak terkait (yang mengurus penyandang disabilitas)  mimin belum ada.
Semoga melalui tulisan ini, sekiranya ada Kompasianer paham akan solusi Bang Anton bisa meninggalkan komentar atau menuliskan pesan untuk mimin Ketapels.
Dan sebelum berpisah, mimin sampaikan amanah dari Teman Ketapels. Meskipun tidak banyak, semoga bisa sedikit membantu. Pagi itu meninggalkan kesan, tentang sikap tak mengeluh dengan keadaan.
Ketapels, Silaturahmi, Berbagi, Insprasi.