Di ambang bulan Maret, pertiwi dikejutkan dengan wabah Corona. Pemberlakuan tinggal di rumah (Stay at Home), belum terlalu marak dilakukan. Melansir kabar dari Kemenkes, BNPB dan sumber kredibel, ada dua warga Depok yang terkena Virus mematikan ini. Adalah seorang ibu dan anak, konon si anak adalah guru dansa dengan murid ekpatriat.
Sejak kejadian itu, pemerintah mulai waspada dengan mengajak masyarakat tingal di rumah. Sekolah diliburkan, secara bertahap kantor mengikuti, dan semua kegiatan yang melibatkan kerumunan massa ditangguhkan.
Kampanye Work from Home dan Social Distancing menyusul, dan perlahan lahan kita dapati pemandangan senyap di ibukota.
Kompasianer Tangerang Selatan Plus, sedianya sudah siap menggelar kegiatan offline di bulan Maret. Satu evet bekerjasama dengan store farmasi, dan satu lagi event mandiri diadakan Ketapels.Â
Melihat kondisi yang berkembang, dua event ini urung diadakan. Tetapi admin tak patah arang, maka kegiatan yang sosial yang tak perlu mengumpulkan banyak orang tetap dijalankan.
Tercatat pada minggu pertama, Ketapels mengadakan aksi Berbagi sabun cair ke beberapa mushola di daerah Ciputat Tangsel. Admin sengaja memilih mushola, karena sebagian besar masjid sudah menyediakan sabun cuci tangan sendiri.
Kemudian di pertengahan bulan, Ketapels menindaklanjuti kegiatan bulan februari, yaitu menyerahkan donasi buku kepada Taman Baca Kolong Flayover Ciputat. Donasi buku dari Teman Ketapels, dikumpulkan sejak februari.
Program Obrolan Komunitas, akan lebih sering hadir di bulan April, mengingat porgram ini bisa dilakukan secara online.
Aksi Komunitas berikutnya, adalah Ketapels berbagi nasi Bungkus. Kali kedua Ketapels menyasar kaum rentan, Â yang dimotori oleh salah satu member Ketapels yaitu Buyang Ngesti.
Event online berupa lomba blog sudah dilakukan Komunitas lain di Kompasiana, tetapi menjadi event perdana Ketapels. Satu program baru lagi di Ketapels yaitu Info Komunitas, berisi info seputar layanan publik di daerah Tangerang Selatan.