Hai, Financial Addict! Aku buat konten lagi nih tentang analisis laporan keuangan. Yaa namanya anak "akuntansi", rasanya nggak enak lah kalo lama nggak ngeliatin laporan keuangan.Â
By the way, karena habis gini adik kelasku masuk ke kelas analisis laporan keuangan, so nggak ada salahnya kalo kita ngalnjutin Subramanyam. Analisis arus kas ini bisa Financial Addict baca di bab 1.Â
Materi tentang arus kas ini adalah materi yang paling berkesan buat aku. Kenapa? Pertama, karena ini selalu keluar di UTS dan UAS, so kita wajib paham.Â
Kedua, karena materi ini penuh kejutan. Seperti judul artikel kali ini, nggak semua yang negatif itu jelek. Sebaliknya, nggak semua yang positif itu baik.Â
Loh, sebentar, Ce emangnya arus kas itu bisa negatif yak? Bisa lah yaw... Inget ya arus kas itu perubahan posisi kas, jadi bukan saldo akhir "kasnya".Â
Kalau kalian mikir oh kas nggak mungkin negatif, Ce. Ya emang gimana ceritanya kas bisa minus? Kecuali kas bon ya, beda perkara. (My dosen ALK be like: Nih anak keknya perlu dibalikin ke kelas ALK).
Peace, Pak... Biar nggak tegang. Okeh lanjut. Yang namanya "perubahan" itu bisa positif atau negatif ya. Kalau perubahannya positif berarti kas mengalami kenaikan dan kalau negatif berarti kas mengalami penurunan. Nah, di akuntansi, kita kenal ada tiga jenis arus kas.Â
Ada arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan. Arus kas operasi berarti arus kas yang berasal dari aktivitas bisnis sehari-hari.Â
Contohnya dari penerimaan kas dari penjualan, pembayaran kas kepada pemasok dan karyawan, pembayaran kas untuk asuransi, pembayaran kas untuk pajak penghasilan, ataupun penerimaan kas dari resistusi pajak penghasilan. Arus kas operasi akan positif jika penerimaan kas lebih besar dari pengeluaran kas.Â