Langit mulai menaburkan kegelisahannya ketika massa mulai menyerbu gedung DPR RI. Dengan lantang mereka bersama-sama menyanyikan lagu kebangsaan dinegeri sendiri yang membuat suasana menjadi sendu. Beratus-ratus ABRI kala itu bertugas mengamankan suasana yang cukup genting ditempat. Mereka yang masih terus menerus bercucuran keringat tak henti-hentinya memperjuangkan keadilan.
 Itulah beberapa tahun silam saat-saat dimana mahasiswa menjadi pelopor terdepan bagi bangsa. Mahasiswa peduli akan persoalan sosial dalam negeri, mereka tidak hanya memtingkan dirinya sendiri. Menjadi seorang mahasiswa tidaklah seperti menjadi siswa lagi. Minimal sebagai seorang mahasiswa diharuskan untuk mengamati mengenai isu sosial yang berada dalam negeri. Seperti membangun intensitas membaca surat kabar dipagi hari maupun kapan saja. Karena isu hangat di negara Indonesia ini pasti akan akan ada setiap harinya. maka dari itu, membaca surat kabar menjadi hukum fardhu'ain bagi setiap mahasiswa.
 Kuliah dan organisasi merupakan dua hal yang penting dalam kehidupan mahasiswa. Mereka yang hanya kuliah tanpa berkontribusi dalam organisasi adalah suatu hal tidak relevan sebagai pemuda Indonesia yang kala itu sudah disumpah dengan sebutan sumpah pemuda pada tahun 1928. Tidak hanya kuliah dan berorganisasi, akan tetapi mahasiswa juga dituntut untuk mengatur waktu yang sebik-baiknya guna untuk menjalankan kedua hal penting tersebut.
 sebagai pemuda yang katanya adalah penerus bagi bangsa, Universitas merupakan salah satu wadah yang relevan. selain pendidikan formal, Universitas juga menyediakan tempat untuk kebebasan berfikir yang sedemikian luas. akan tetapi terkadang sebuah universitas sudah tidak dicintai mahasiswanya. persoalan pelik itu salah satunya adalah ada sejumlah pihak-pihak tertentu untuk kepentingan pribadinya. unniversitas menjadi lahan bahan bisnis yang begitu efisien yang menjadikan acuh terhadap mahasiswanya sendiri. kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh para mahasiswa menjadi tak lagi apik hanya karena kepentingan pribadi sejumlah pihak kampus.Â
kalau sudah begitu, apa esensinya para mahasiswa yang kuliah maupun yang mengungkapkan ide-ide mereka menghuni universitas tersebut. mereka yang tak mau disebut dungu itu hanya mengacaukan generasi muda saja. bagamana bisa berkembang jika generasi tua selalu menguliti generasi mudanya sendiri. karena yang mereka pikirkan hanyalah bagaimana kampus itu bisa terkenal kemana-mana sedangkan pendidikannya bobrok didalamnya. menghilangkan para aktivis dalam kampus adalah salah satu bentuk tindakan anti kritik yang dilakukan oleh tikus-tikus kampus. banyak organisasi extra yang berbau kritis yang divonis tidak akan masuk kampus demi lancarnya bisnis tersebut.
 bahkan ada juga tikus-tikus kampus tersebut yang menjalankan bisnis keluarga di dalam kampus. aset keluarga yang di tanamkan untuk mengurusi keuangan berdampak negatif bagi para mahasiswanya yang hendak mengambil uangnya sendiri. sehingga menimbiulkan kurangnya maksimal dalam menyelenggarakan suatu kegiatan. salah satu hal yang dibikin geleng-geleng kepala adalah ancaman D.O terhadap para mahasiswa yang terus menrus melakukan kritisisasi terhadap pihak kampus. hal ini menimbulkan mahasiswanya menjadi apatis dan anti terhadap kritis.
 dizaman yang mulai terkikis ini sudah seharusnya para mahasiswa untuk mebanting setir atau biasanya disebut dengan mengubah rencana secara total. aksi demonstrasi yang saat itu dipelopori oleh tokoh nasional kita soe hok gie sudah tidak relevan lagi dilakukan oleh para mahasiswa saat ini. sikap aspirasi menggunakan demontrasi ini sudah di nilai negatif bagi banyak kalangan masyrakat, dan tentunya juga sikap kekerasan di era sekarang ini sangatlah sensitif bagi negeri. dan sekarang musuh mahasiswa tidak hanya tikus-tikus pemerintahan akan tetapi juga tikus-tikus kampus yang selalu berkeliaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H