Kata ISIS sudah tidak asing lagi ditelinga kita bukan? ISIS telah menuai isu dan kontroversi tidak jarang kita temui dalam berita. Tak jarang juga kita dengar kalau kelompok ini disebut teroris. Mereka telah menjelma menjadi sebuah ancaman keamanan dunia yang menjadi efek domino dari krisis politik Timur Tengah. Memang jika sudah berkaitan dengan politik kita harus berhati-hati. Negara-negara di Timur Tengah semakin melemah dalam hal berbangsa dan bernegara yang menyebabkan pelayanan publik terutama keamanan dan keadulatan kepada rakyatnya terancam dengan munculnya kelompok-kelompok militan bersenjata, termasuk ISIS.Â
Hilangnya rasa nasionalisme dalam berbangsa, membuat rakyat Irak dan Suriah lebih memilih ikut dalam kelompok yang mereka yakini dapat melindungi mereka. Krisis politik yang terjadi bertahun-tahun menyebabkan terjadinya berbagai pelanggaran HAM, intoleransi, hingga kekejaman rezim. Kejamnya ISIS tidak lepas dari perlakuan kejam rezim pemerintah, seperti Saddam Husein, Gaddafi, dan lainnya. Kelompok ekstrimis jihad ini berlandaskan Islam, mayoritas sejarawan Islam berpendapat kalau ideologi ISIS berakar dari al-Qaeda yang merespon tindakan invasi AS di Irak pada tahun 2003 lalu. Meskipun berlandaskan ajaran Islam, ISIS seringkali melakukan agresinya dengan brutal. Sebab aksinya tak jarang menelan banyak korban, baik luka-luka hingga meninggal dunia.Â
Pada awalnya kelompok ini berdiri dengan dipimpin oleh Abu Musab al-Zarqawi, seorang yang memimpin al-Qaeda di Irak yang masuk daftar orang paling dicari karena keterlibatannya dengan rangkaian serangan. Keterkaitannya dengan al-Qaeda karena berafiliasi dengan tujuan  mendapat sokongan dana, logistik, dan lainnya untuk jaringan al-Qaeda Irak. Setelah invasi AS terhadap Irak, ISIS menjadi kekuatan militer anti Amerika dan memeranginya dengan kekerasan.  Di sisi lain, al-Qaeda merasa tidak sejalan antara jihad yang dilakukan mereka dengan al-Qaeda yang dipimpin dengan Zarqawi.Â
Sebab aksi Zarqawi juga menebar kekerasan kepada warga sipil, baik sunni atau pun syiah. Kekejaman mereka bahkan dipublikasikan kepada dunia, yang menebar ketakutan kepada dunia. Ketika diperingati oleh pimpinan al-Qaeda pusat, al-Zawahiri, justru Zarqawi tidak menggubrisnya. Zarqawi membentuk Majelis Shura Mujahidin (MSM) kemudian menjadi Islamic State of Iraq (ISI) di tahun 2006. Tetapi, Zarqawi meninggal dunia dan kepemimpinan kelompok tersebut digantikan oleh Abu Umar al-Baghdadi.Â
Dalam kepemimpinan al-Baghdadi, pergerakan ISI semakin ekstrim dan radikal. Pergerakannya sempat tidak terdengar, namun pada sekitar tahun 2012 mereka kembali dan salah satu faktornya adalah pergejolakan politik di Suriah. Mereka dapat berkembang di Suriah karena operasi jihad (JN) yang dipimpin oleh Abu Muhammad al-Jawlani. ISI kemudian berubah nama menjadi ISIS, yakni Islamic State of Iraq and Syria. Tetapi, terpecah menjadi dua, ada yang tetap setia kepada al-Qaeda dan ada yang setia dengan ISIS.Â
Dari pecahnya kedua pihak tersebut, markas ISIS pindah ke Suriah dan membuka rekrutmen kepada para "pejuang jihad" baik di Timur Tengah hingga dunia. ISIS berhasil menggulingkan pemerintah rezim Assad dan menguasai daerah-daerah yang ada di Suriah. Mereka juga mengambil hati warga sipil dengan maksud "pejuang jihad" mereka bertambah. Kelompok lain di Suriah mungkin terlihat diam saja ketika kelompok ekstream ini menebar teror, tetapi mereka bukan diam hanya saja karena salah satu"musuh" nya sama, yakni kekejaman rezim pemerintah.Â
Selain di Timur Tengah, ISIS telah masuk ke Indonesia. Mereka telah menebar teror yang membuat ketakutan masyarakat. Salah satu tragedinya adalah bom Sarinah pada 2016 lalu. Pelaku bom Sarinah diduga didalangi oleh ISIS pimpinan Bahrun Naim. Mereka menebar teror dengam bom bunuh diri di tengah padatnya orang. Selain bom, mereka juga melakukan aksi penembakan. Total ada sekitar 31 korban dalam peristiwa tersebut. Dalam tragedi ini menyebabkan 4 korban sipil meninggal dunia dan sisanya luka-luka. Selain itu ada kasus teror bom bunuh diri lainnya di Kampung Melayu pada 2017 dan bom bunuh diri di Mapolresta Surakarta pada 2016.Â
Di sisi lain, para eks ISIS di Suriah meminta pulang ke Indonesia. Tetapi, pemulangan ini tidak dikabulkan oleh pemerintah Indonesia sebab untuk menghindari ancaman teror setelah memulangkan mereka. Ada sekitar 600an WNI yang ingin pulang ke Indonesia, pemerintah sendiri masih mendata jumlah dan identitas asli mereka. Karena berbagai teror yang sudah terjadi, pemerintah Indonesia memilih untuk tidak mengabulkan permintaan tersebut. Keputusan ini diambil untuk melindungi warga Indonesia dari ancaman teror yang kemungkinan ada ketika memulangkan mereka. Karena ketik seorang sudah terkena pemikiran radikal sulit untuk berpikir jernih kembali.Â
Tidak hanya Indonesia yang menolak pemulangan warga negaranya. Negara lain seperti Inggris, Prancis, dan lainnya juga menolak warga negaranya yang eks ISIS demi menjaga keamanan negara. Memang banyak pro-kontra dalam pemulangan eks ISIS, tetapi demi menjaga ketertiban dan keamanan negara, tidak ada salahnya untuk berhati-hati terhadap eks ISIS. Hingga saat ini, keputusan masih terus dibicarakan bagaimana baiknya.
Perkembangan ISIS hingga saat ini masih berlangsung dan menuai berbagai kontroversi baik di dunia maupun Indonesia. Sebagai warga negara, tentu kita harus pandai memilih infornasi karena salah-salah kita dapat kedoktrin dalam suatu kelompok tertentu. Pandai dalam memilih informasi bukan berarti kita memihak pada informasi yang menurut kita benar saja. Tentu harus melihat dari berbagai perspektif. Jika ada penyimpangan hindari dan jika tidak, hormati pandangannya atau pilih pandangan lain bahkan netral. Agar dikemudian hari, kita tidak menyesal dengan apa yang telah kita tuai.Â